Demi Kuota untuk Belajar Daring, 2 Pelajar di Pagaralam Cari Uang Jadi Pemetik Kopi, 5 Jam Per Hari

Dua pelajar ini terpaksa harus menjadi buruh harian sebagai pemetik kopi di kebun agar bisa membeli kuota dan membeli handphone serta laptop.

Penulis: Wawan Septiawan | Editor: Refly Permana

ada foto

Handout

MEMETIK KOPI : Tampak Rika Puspita Sari siswa SMA yang terpaksa harus menjadi buruh harian pemetik kopi untuk bisa membeli kuota.

Laporan Wartawan Sripoku.com, Wawan Septiawan

SRIPOKU.COM, PAGARALAM - Rika dan Wulan merupakan pelajar di salah satu SMA negeri di Kota Pagaralam.

Dua pelajar ini terpaksa harus menjadi buruh harian sebagai pemetik kopi di kebun agar bisa membeli kuota dan membeli handphone serta laptop.

Kedua pelajar ini bekerja di kebun sebagai pemetik kopi harian dengan upah Rp 50 ribu perhari.

Hal ini mereka lakukan agar bisa mengikuti sistem belajar jarak jauh tersebut.

Istri Hamil 6 Bulan Lettu Amir Hamzah Gugur di Perperangan 5 Hari 5 Malam Sosok Pahlawan dari Lahat

"Saya saat libur sekolah terpaksa harus menjadi butuh harian pemetik kopi dengan upah Rp 50 ribu perhari.

Hasilnya untuk membeli kuota handphone, pak," ujar Wulan kepada sripoku.com.

Dirinya harus mulai bekerja sejak pukul 09.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB.

"Kami bekerja selama lima jam dan akan mendapat upah sebesar Rp 50 ribu saja," ungkapnya.

Jika Wulan menjadi pekerja buruh harian pemetik kopi untuk membeli kuota lain dengan Rika.

Dirinya sengaja menjadi buruh harian dengan tujuan untuk membeli Smartphone.

WANITA Cantik Ini Dinikahi Pria Asal Afrika, Awalnya Gegara Menangis Tersedu di Mal, Ini Kisahnya!

"Upah yang saya terima saya kumpulkan untuk dapat membeli Hp. Karena selama ini saya harus pinjam Hp teman agar bisa belajar online," kata Wulan.

Orangtua Rika sangat keberatan dengan sistem belajar online yang saat diterapkan pemerintah.

Pasalnya dengan sistem tersebut harus butuh biaya banyak seperti untuk membeli kuota internet.

"Rika ini juga belum punya Hp jadi harus pinjam punya tetangga.

Untuk itu dia bekerja sebagai buruh petik kopi dengan harapan uang upah yang didapat bisa dikumpulkan untuk membeli Hp," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved