Virus Corona
Gegara Covid-19 Enam Negara Besar Dunia Terperosok ke Jurang Resesi
Gegara Covid-19, sejumlah negara begitu merasakan dampaknya terutama sektor ekonomi sehingga terperosok ke jurang resesi
Penurunan ini merupakan yang paling curam sejak badan statistik mulai mengumpulkan data pertumbuhan triwulanan pada tahun 1970 dan lebih buruk dari kontraksi 9% yang diprediksi oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
"Sekarang sudah resmi, ini adalah resesi seabad," kata ekonom DekaBank Andreas Scheuerle.
3. Hong Kong
Ekonomi Hong Kong mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada tahun 2019 ketika terjadi protes anti-pemerintah yang disertai kekerasan dan tarif perdagangan antara Washington dan Beijing pada kuartal terakhir tahun lalu.
Melansir Reuters, ekonomi Hong Kong menyusut 0,4% yang disesuaikan secara musiman pada Oktober-Desember dari kuartal sebelumnya, versus kontraksi 3,0% yang direvisi pada Juli-September. Secara tahunan, ekonomi menyusut 2,9%, dibandingkan dengan penurunan 2,8% yang direvisi pada kuartal ketiga.
Untuk keseluruhan tahun 2019, produk domestik bruto riil mengalami kontraksi sebesar 1,2%, penurunan tahunan pertama sejak 2009.
4. Jepang
Perekonomian Jepang tergelincir ke dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 4,5 tahun pada kuartal I 2020. Kondisi ini menempatkan Jepang pada jalur kemerosotan terdalam pascaperang ketika krisis virus corona merusak bisnis dan konsumen.
"Sudah hampir pasti bahwa ekonomi mengalami penurunan yang lebih dalam pada kuartal saat ini," kata Yuichi Kodama, kepala ekonom di Meiji Yasuda Research Institute. "Jepang telah memasuki resesi besar-besaran."
Data produk domestik bruto (PDB) resmi menunjukkan, ekonomi terbesar ketiga di dunia itu mengalami penurunan tahunan sebesar 3,4% pada kuartal pertama 2020. Sebelumnya, Jepang terakhir kali mengalami resesi di paruh kedua 2015.
5. Singapura
Ekonomi Singapura mengalami kontraksi rekor pada kuartal kedua 2020. Kondisi itu menyebabkan resesi dan menempatkan negara yang bergantung pada perdagangan tersebut pada kemerosotan terburuk yang pernah terjadi tahun ini ketika wabah virus corona mengekstraksi banyak kerugian pada bisnis.
Produk domestik bruto (PDB) anjlok dengan rekor 41,2% dalam tiga bulan yang berakhir Maret, berdasarkan basis tahunan kuartal ke kuartal, data awal dari Kementerian Perdagangan dan Industri. Pencapaian tersebut lebih buruk daripada ekspektasi ekonom yakni 37,4% penurunan dalam jajak pendapat Reuters.
Secara year on year, PDB menukik 12,6% dibandingkan perkiraan ekonom yang mematok angka PDB di 10,5%. Sektor manufaktur tumbuh 2,5% dari tahun lalu, terutama karena lonjakan output di sektor biomedis, meskipun itu masih lebih rendah dari kenaikan 8,2% pada kuartal pertama.
Kemerosotan PDB kali ini merupakan yang kedua kalinya secara berturut-turut bagi Singapura. Pada kuartal I 2020, ekonomi Singapura menurun 0,3% tahun-ke-tahun (yoy) dan 3,3% kuartal-ke-kuartal. Ini memenuhi definisi untuk resesi teknis.