Inilah Perbedaan Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder
Hipertensi primer biasanya didiagnosis setelah dokter mengamati hasil tensi pasien selama tiga kali kunjungan berturut-turut tetap tinggi,
Jika hasil diagnosisnya merujuk pada hipertensi primer, dokter umumnya lebih dulu menyarankan perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat.
Jika perubahan gaya hidup ke arah lebih sehat tak mempan, dokter umumnya akan meresepkan obat penurun tekanan darah.
Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder dapat terjadi saat tekanan darah ajek tinggi karena penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Melansir Cleveland Clinic, hipertensi sekunder jarang terjadi. Penyakit ini hanya diidap pada 5-10 persen penderita tekanan darah tinggi.
Terdapat kondisi atau penyakit yang bisa jadi penyebab hipertensi sekunder, di antaranya:
- Penyakit ginjal
- Kelenjar adrenal bermasalah
- Pheochromocytoma atau tumor kelenjar adrenal
- Sindrom Conn karena hormon aldosteron berlebih
- Sindrom Cushing karena hormon kortisol berlebih
- Kelenjar paratiroid terlalu aktif
- Fungsi kelenjar tiroid abnormal

Efek samping penggunaan obat-obatan tertentu juga bisa memicu hipertensi sekunder, di antaranya:
- Pil KB
- Obat antiinflamasi nonsteroid
- Obat pelangsing
- Obat stimulan
- Obat antidepresan
- Penekan sistem daya tahan tubuh
- Obat dekongestan
Sementara itu, gejala hipertensi sekunder bisa berbeda-beda, tergantung jenis kondisi dan penyakitnya.
Berikut beberapa tandanya:
- Pheochromocytoma: berkeringat, jantung berdebar, sakit kepala, cemas
- Sindrom Cushing: berat badan bertambah, lemas, pertumbuhan rambut abnormal, terlambat haid, muncul garis ungu di kulit perut
- Masalah tiroid: lelah, berat badan naik atau turun secara drastis, intoleransi panas atau dingin
- Sindrom Conn: lemah atau lesu karena kadar kalium merosot
- Sleep apnea: lelah atau mengantuk di siang hari, mendengkur, napas berhenti saat tidur

Mengingat hipertensi sekunder relatif jarang dan biaya skriningnya cukup mahal, tenaga medis cukup selektif untuk melakukan pengujian.
Ada beberapa faktor untuk menentukan perlu tidaknya seseorang dengan tensi di atas 130/80 mmHg diberi rekomendasi pemeriksaan hipertensi sekunder, antara lain:
- Usia di bawah 30 tahun memiliki darah tinggi tanpa riwayat keluarga atau faktor risiko lainnya
- Pasien yang sudah menjalani pengobatan hipertensi tapi kondisinya tak kunjung membaik
- Obesitas
- Kadar potasium ajek rendah atau kadar kalsium selalu tinggi
Untuk mendiagnosis hipertensi sekunder, penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, USG ginjal, pemeriksaan kelenjar, dan cek tensi. (Healthline, Everyday Health, health.clevelandclinic.org)
Penulis: Mahardini Nur Afifah
Berita Ini Sudah Diterbitkan di Situs https://health.kompas.com/ dengan Judul:
Perbedaan Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:
