Virus Corona
Cerita Wong Palembang Jalani Puasa dan Lebaran di Jepang, Saat Pandemi Covid-19 Mewabah
Pasangan suami istri yakni Nyayu Aisyah dan Hifni Mukhtar Ariyadi, menjalani Ramadan dan Idul Fitri di Jepang.
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Yandi Triansyah
Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMI) misalnya, mengadakan tabligh akbar tiap akhir pekan selama bulan Ramadan.
Bertempat di Sekolah Republik Indonesia Tokya (SRIT), tabligh akbar ini mendatangkan ustad-ustaz masyhur dari Indonesia untuk mengisi kajian, mulai dari bada Ashar hingga menjelang Maghrib lalu ditutup dengan kegiatan berbuka puasa bersama.
Masjid-masjid lain yang ada di kota tempat tinggalnya, Tokyo, seperti Masjid Tokyo
Camii, Masjid As-salam, Masjid Otsuka juga mengadakan kegiatan buka bersama dan salat tarawih setiap harinya selama bulan Ramadan.
Semua kegiatan di SRIT dan masjid-masjid lainnya ditiadakan, mengikuti protokal dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
"Tapi bukan berarti ini dapat mematahkan semangat dalam berpuasa pada tahun ini.
Dengan kemajuan teknologi, kegiatan-kegiatan keagamaan di bulan Ramadan bisa dilakukan dengan berbagai aplikasi online meeting, atau bisa diikuti secara live streaming," katanya.
Demikian pula dengan KMII, ujar Aisyah, meskipun kegiatan yang melibatkan pengumpulan banyak orang ditiadakan, program-program Ramadan setiap akhir pekan juga diselenggarakan secara online.
adapun kegiatannya seperti Tahsin Alquran, tabligh akbar, hingga program khusus untuk anak-anak yang diberi nama GenQ (Generasi Qurani) sehingga Ramadan tahun ini pun dapat tetap dapat berjalan dengan khusyuk namun menyenangkan.
"Mungkin hal ini juga dialami oleh saudara saudara muslim lainnıya di Indonesia. Namun, kita harus tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapatberibadah di bulan Ramadan tahun ini," kata Aisyah lagi.
Dia menyebutkan, dalam tiga bulan terakhir, Jepang menghadapi masa-masa yang sulit karena penambahan kasus Covid-19 yang sangat banyak.
• BREAKING NEWS: Shelter Tower XL di Jakabaring Palembang Meledak dan Terbakar, Warga Cemas
• Kisah Perjuangan Pemuda Papua Berbekal Nasi Tahu yang Lulus Jadi Prajurit TNI AD, Ingin Jadi Sniper!
Pada awal bulan april, Jepang mengumumkan status darurat emergency yang menyebabkan barıyak sekolah,kantor, tempat hiburan, restoran, dan mal ditutup dan warga diminta untuk bekerja dari rumah agar tidak keluar rumah jika memang tidak ada keperluan mendesak.
Mayoritas warga sangat antusias untuk bekerjasama dengan aturan ini, terbukti dengan sangat sepinya tempat-tempat wisata dan perbelanjaan.
Seperti Shibuya crossing street yang biasanya bisa beribu-ribu orang lewat tiap harinya, saat aturan ini keluar, mungkin hanya puluhan orang saja yarıg lewat tiap harinya.
Begitu pula dengan pusat perbelanjaan seperti Nakamise Shopping Street yang berada di dekat Sensoji Temple
nampak sangat sepi dibandingkan hari-hari sebelum pardemi terjadi.
Selain itu juga di stasiun stasiun besar seperti Shinjuku, Ikebukuro dan Tokya yang biasanya jadi lautan manusia, tapi terlihat sangat sepi setelah pemerintah mengumumkan kondisi darurat.
Di Jepang sendiri, budaya memakai masker sudah sangat umum.
Sebelum merebaknya pandemi ini, warga Jepang dengan kesadaran tinggi sudah terbiasa menggunakan masker saat berada di tempat umum seperti di kereta, jika mereka
merasa tidak enak badan.
