Mengenang 22 Tahun Tragedi Trisakti, Aksi Damai Mendadak Mencekam, 4 Mahasiswa Tewas Tertembak
Kejadian tersebut menewaskan empat mahasiswa setelah mengalami penembakan, saat aksi segera berakhir.
Di jam yang sama para pimpinan mahasiswa dan petugas keamanan menyepakati untuk menyudahi aksi.
Lalu kesepakatan diumumkan
Namun, karena jumlah mahasiswa yang begitu banyak, sementara pintu masuk yang tersedia sangat kecil, rombongan mahasiswa kelihatan berjalan begitu lambat.
Sekitar 70 persen dari peserta aksi ini sudah berhasil masuk ke dalam kampus.
Tiba-tiba dari arah belakang mahasiswa (yang masih berada di depan kantor Wali Kota) terdengar letusan senjata para petugas.
Mahasiswa yang bingung atas keadaan tersebut lari tunggang langgang ke dalam kampus.
Bahkan ada yang berusaha melompat pagar jalan tol.
Beberapa mahasiswa yang tidak sempat lari dipukuli petugas.
Bahkan salah seorang kameraman TV Yasushi Takahashi mengalami luka memar terkena pukulan petugas.
Mahasiswa yang marah atas peristiwa tersebut, dari dalam kampus kemudian melempari para petugas.
Pelemparan ini kemudian dibalas oleh aparat keamanan dengan melepaskan gas air mata dan menembaki para mahasiswa yang telah berada di dalam kampus.
Di dalam kampus suasana menjadi mencekam, karena terjadi keributan mahasiswa yang berupaya lari menyelamatkan diri di dalam gedung.
Sebagian lain berupaya menolong teman-temannya yang mengalami luka-luka terkena tembakan dan lemparan batu dari petugas.
Tangis pilu dan teriakan kemarahan mahasiswa terdengar di mana-mana.
Dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya memaksa Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selasa Kelam 12 Mei 1998, Terjadinya Tragedi Trisakti...",