Mengenang 22 Tahun Tragedi Trisakti, Aksi Damai Mendadak Mencekam, 4 Mahasiswa Tewas Tertembak

Kejadian tersebut menewaskan empat mahasiswa setelah mengalami penembakan, saat aksi segera berakhir.

Editor: Yandi Triansyah
(KOMPAS/JULIAN SIHOMBING)
Seorang mahasiswa jatuh tergeletak terkena pukulan pasukan anti huru-hara yang berusaha membubarkan aksi unjuk rasa menuntut Presiden Soeharto mundur di depan Kampus Trisakti, Grogol, Jakarta, 12 Mei 1998. Pada aksi tersebut empat mahasiswa Trisakti tewas terkena tembakan. Namun hingga saat ini, kasus tertembaknya mahasiswa Trisakti itu masih belum terungkap meski Komisi Nasional HAM telah merekomendasikan untuk dilakukan pengusutan. 

Dalam jumpa pers yang dilakukan, pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas.

Namun beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang menjadi korban.

Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Alifidin, Heri Heriyanto dan Hendriawan.

Selain mereka, ada puluhan mahasiswa lainnya yang menderita luka berat dan ringan.

Aksi mahasiswa diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan para alumni Universitas Trisakti mulai pukul 11.00 WIB di halaman parkir.

Awalnya aksi berlangsung damai. Sebenarnya agenda aksi itu salah satunya mendengar orasi dari Jenderal Besar AH Nasution, tapi tidak jadi karena absen.

Lalu diisi dengan berbagai orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa dalam berbagai bentuk.

Sekitar pukul 13.00 WIB peserta aksi keluar dari kampus menuju ke Jalan S Parman, Grogol (yang persis berada di depan kampus) dan hendak menuju gedung MPR/DPR Senayan.

Mahasiswa Universitas Trisakti berkonvoi melewati Jalan Medan Merdeka Barat menuju depan Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/5/2015). Aksi ini untuk memperingati 17 tahun tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menelan korban empat orang mahasiswa Trisakti saat memperjuangkan reformasi.
Mahasiswa Universitas Trisakti berkonvoi melewati Jalan Medan Merdeka Barat menuju depan Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/5/2015). Aksi ini untuk memperingati 17 tahun tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang menelan korban empat orang mahasiswa Trisakti saat memperjuangkan reformasi. ((KOMPAS.COM / RODERICK ADRIAN MOZES))

Barisan paling depan terdiri atas para mahasiswi yang membawa mawar dan membagikannya pada aparat kepolisian.

Di waktu yang sama, pimpinan mahasiswa, para alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo SH dan petugas keamanan membuat kesepakatan aksi damai itu hanya bisa bergerak sampai di depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat.

Atas kesepakatan yang dicapai dengan aparat keamanan tersebut, melalui sebuah pengeras suara Ketua Crisis Centre Universitas Trisakti Adi Andojo Soetjipto segera mengumumkan kepada mahasiswa bahwa mereka tidak boleh melanjutkan perjalanannya.

Atas kesepakatan tersebut, mahasiswa kemudian menggelar mimbar bebas.

Pada intinya, menuntut pemerintah untuk secepatnya melaksanakan reformasi politik, ekonomi, dan hukum, serta menuntut dilaksanakannya Sidang Umum Istimewa MPR.

Hingga sekitar pukul 17.00 WIB, aksi damai universitas ini berjalan tenang tanpa ketegangan antara mahasiswa dan aparat keamanan.

Ada yang bercanda dengan aparat keamanan, membagikan botol minuman, bahkan berfoto bersama mereka.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved