Ramadan 2020

1.531 Etnis Tionghoa Jadi Mualaf

Di masjid ini warga etnis Tionghoa dibantu dan dibimbing jika akan memeluk atau memahami agama Islam, belajar Salat, dan membaca Al Quran.

Editor: Soegeng Haryadi
KOMPAS.COM
Masjid Lautze di kawasan Pecinan Jakarta 

JAKARTA, SRIPO -- Masjid Lautze menyisakan sejarah panjang. Pendirinya Abdul Karim Oei Tjeng Hien merupakan sahabat dekat Presiden Pertama Indonesia Soekarno dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama Buya Hamka. Abdul Karim Oei adalah juga penggagas berdirinya organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Hingga kini, keberadaan Masjid Lautze sudah berhasilkan 1.531 orang etnis Tionghoa menjadi mualaf.

“Beliau (Abdul Karim) orang Indonesia etnis Tionghoa. Tahun 1930an masuk Islam,” kata Ali Karim Oei (65) Ketua Pengurus Masjid Lautze sekaligus anak bungsu dari Almarhum Abdul Karim Oei, Selasa (5/5/2020).

Masjid Lautze sendiri berada di Jalan Lautze 87-89, Sawah Besar, Jakarta Pusat , temasuk kawasan pecinan. Di masjid ini warga etnis Tionghoa dibantu dan dibimbing jika akan memeluk atau memahami agama Islam, belajar Salat, dan membaca Al Quran.

“Di sini juga sebagai pusat informasi, sekaligus menjadi tempat pembelajaran tentang Islam bagi warga etnis Tionghoa,” tutur Ali.

Sejak 1997-2019 Masjid Lautze telah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin memeluk agama Islam. Bahkan hingga kini jumlahnya sudah 1.531 orang, yang mayoritas dari etnis Tionghoa.

“Kita bikin Masjid Lautze, sebagai media dakwah bagi warga Tionghoa. Sudah ribuan yang menjadi mualaf," katanya.

Ali mengatakan, Islam itu Rahmatan Lil Alamin, rahmat untuk semesta alam. Tak membedekan suku. “Karena itu kita dakwah di lingkungan Tionghoa,” katanya.

Di lantai 3 Masjid Lautze, tepatnya di ruang sekretariat terpampang foto Abdul Karim bersama Buya Hamka dan Soekarno. Bertiga mengenakan jas dalam foto hitam putih tersebut. Jika diperhatikan dari dekat, sosok Buya Hamka terlihat mengenakan sarung dengan setelan jas yang terlihat kebesaran atau tidak sesuai dengan proporsional badan.

“Bung Karno sesi foto syaratnya harus pakai jas. Terpaksa (Buya Hamka) minjem baju dan jasnya kedodoran bawahnya sarung. Ini foto resmi di studio,” kata Ali seraya memperlihatkan foto tersebut.

Sementara sosok Oei, merupakan tokoh nasional yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Buya Hamka.

Meski memiliki paham yang berbeda, kata Ali, ketiganya tetap berteman. Jika Buya Hamka dan Abdul Karim Masyumi, sementara Soekarno adalah Nasakom. “Politik berbeda tapi tetap berteman,” tutur Ali Karim.

Ali menceritakan persahabatan ketiganya erat ketika Soekarno dibuang ke Bengkulu. Bahkan Soekarno pernah bekerja di perusahaan meubel milik Oei.

“Sampai dia yang mengawinkan Soekarno dan Fatmawati,” tuturnya. Sampai Soekarno menjadi presiden, mereka tetap bersahabat. Bahkan Oei kerap dipanggil ke Istana Merdeka.

“Bapak saya selalu dipanggil ke Istana. Makan siang di Istana, ngobrol soal negara. Dia ditawarkan oleh Soekarno macam-macam tapi tidak mau,” ujarnya. (tribun network/denis)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved