Pendidikan
LEARN FROM HOME: Pendidikan Di Masa Pandemi COVID-19
Sudah hampir bisa dipastikan praktis selama satu semester ini dunia pendidikan terpaksa meninggalkan tradisi belajar mengajar di ruang kelas
LEARN FROM HOME: Pendidikan Di Masa Pandemi COVID-19
Oleh : DR. Abdurrahmansyah MAg
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang
Penetrasi
Sudah hampir bisa dipastikan bahwa praktis selama satu semester ini dunia pendidikan di Indonesia terpaksa meninggalkan tradisi belajar mengajar di ruang kelas.
Otoritas pendidikan menetapkan kebijakan yang tak lazim untuk tidak membolehkan guru dan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Kalangan perguruan tinggi juga terkena imbas kondisi ini dan meliburkan mahasiswa untuk tidak datang dan kuliah di kampus. Wabah covid-19 ini sungguh telah meluluhlantakkan tatanan dan tradisi pendidikan dan pembelajaran modern yang sudah sangat mapan selama ini.
Pola pengelolaan di institusi pendidikan beralih dengan sistem daring (dalam jaringan).
Proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan mahasiswa dikoordinasikan oleh sekolah dan kampus melalui konsep belajar dari rumah (learn from home).
Bangunan sekolah dan kampus yang megah dengan berbagai fasilitas dan sarana belajar praktis tidak berfungsi sama sekali selama wabah covid-19 merebak.
Manusia dan orang-orang terdidik dipaksa untuk merenungi kembali filosofi dari eksistensi lembaga sekolah.
Kaum “sekolahan” perlu memikirkan kembali hulu pendidikan, sekaligus melawan lupa untuk mengabaikan keluarga sebagai input pendidikan dan hulu pendidikan yang maha penting dan harus dihargai.
Sepertinya memang ada yang keliru dari sikap “keangkuhan” lembaga pendidikan kita selama ini yang tidak memandang urgen “pendidikan keluarga” (at-tarbiyah al-‘iyal).
Kebijakan sekolah sehari suntuk atau full day school disadari atau tidak telah merampas peran keluarga untuk ikut mendidik anak bangsa.
Rumah tidak lebih sekedar tempat istirahat dan tidak lagi terlihat fungsinya sebagai lembaga penddikan pertama manusia (madrasah al-ula).
Hadirnya makhluk covid-19 setidaknya mampu menyadarkan kita semua untuk kembali ke rumah dan memfungsikannya benar-benar sebagai madrasah pertama.
Learn From Home: Problem dan Efektivitas
Secara teoritis hulu pendidikan adalah keluarga.
Sekolah dan institusi pendidikan merupakan perpanjangan tangan keluarga untuk mendidik anak-anak mereka.
Dalam History of Education kita diperkenalkan dengan istilah schola materna (sekolah ibu) yang selanjutnya menjadi almamater yang menunjukkan betapa sekolah betul-betul harus bertanggungjawab untuk meneruskan visi dan misi pendidikan di keluarga.
Semua keluarga pasti menginginkan anak-anak mereka memiliki kompetensi kognitif, keterampilan, dan moral yang baik.
Selanjutnya lembaga pendidikan yang bernama sekolah dan kampus dengan sistem pengelolaan modern yang terus berkembang itu mengambil alih proses membentuk (to form), mengembangkan (to develop), dan membangun (to contruct) potensi peserta didik untuk menemukan jati dirinya melalui bakat dan kemampuan dasar yang mereka miliki secara optimal.
Inilah hakikat fungsi dari lembaga pendidikan. Karena itu, tidak bisa sekolah dan kampus mencerabut akar fungsi pengembangan pendidikan ini.
Dalam regulasi pendidikan nasional, penyelenggaraan pendidikan dihajatkan bagi terwujudnya peserta didik yang memiliki keunggulan dari aspek iman dan takwa, kemandirian, kecerdasan akademik, dan keterampilan.
Ketiga ranah ini harus tersentuh secara serentak dan utuh dalam satu proses pendidikan secara komprehensif.
Karena luasnya capaian tujuan pendidikan ini, peran pendidikan tidak hanya dibebankan kepada lembaga pendidikan formal saja, tetapi juga menjadi peran pendidikan non formal, dan informal.
Pranata keluarga sebagai lembaga pendidikan informal seharusnya mampu memerankan fungsi ini secara efektif.
Implementasi pendidikan di lingkungan keluarga, saat ini benar-benar diuji efektivitasnya.
Ketika sekolah tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal maka proses pendidikan diambil alih oleh keluarga.
Orangtua dituntut untuk mampu memberikan kebutuhan pendidikan kepada anak-anaknya sebagaimana selama ini diperankan oleh guru-guru di sekolah.
Alternatif proses pembelajaran dengan sistem daring menjadi satu-satunya cara untuk melanjutkan pembelajaran selama pandemic covid-19.
Kondisi ini di satu sisi menawarkan paradigma baru pembelajaran modern dengan beberapa kelebihannya.
Peserta didik dapat mengakses sumber belajar secara efektif dan efesien karena tidak harus datang ke sekolah.
Kemampuan menggunakan teknologi media pendidikan berbasis jaringan semakin massif.
Ada harapan bangsa ini menjadi terbiasa menggunakan teknologi modern dalam proses pembelajaran.
Namun kondisi pendemik corona virus ini, di sisi lain menjadi sangat menyakitkan bagi anak bangsa di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki akses teknologi jaringan.
Ketersambungan jaringan masih menjadi problem besar bagi anak-anak di desa-desa nun jauh di sana.
Sampai di sini, kondisi learn from home ini menjadi petaka yang sulit terpecahkan.
Ada problem kesenjangan sosial dan aspek kesejahteraan yang tidak merata di tengah-tengah masyarakat yang akhirnya berdampak pada tidak efektif kebijakan pembelajaran berbasis jaringan ini.
Secara implementatif, peran keluarga dalam proses pembelajaran berbasis teknologi digital sangat ditentukan oleh kesiapan orangtua dalam mendampingi anak-anak mereka dalam belajar.
Pemahaman dan kemampuan orang tua dalam membantu proses belajar siswa dari sisi konten dan strategi sangat penting.
Persoalannya adalah tidak sedikit persentase keluarga dan orang tua yang tidak cukup memiliki pemahaman dan kemampuan untuk mendampingi kegiatan belajar anak-anak mereka, yang akhirnya mengganggu produktivitas proses pembelajaran ini.
Secara praktis mengalihkan dominasi peran pendidikan ke lembaga keluarga memiliki sisi efektivitas dilihat dari tujuan pendidikan afektif.
Kebersamaan yang lebih intens antara orangtua dan siswa di rumah memungkinkan terjadinya interaksi yang produktif dalam rangka membentuk sikap siswa.
Orangtua secara full day dapat memantau dan mendampingi proses belajar siswa tanpa kendala apapun dari sisi waktu.
Dalam batas ini, sesungguhnya terdapat harapan baru bagi terbentuknya karakter positif dari para siswa melalui implementasi learn from home.
Nilai-nilai karakter dapat secara efektif dididikkan oleh orangtua melalui koordinasi dengan para guru di sekolah.
Kondisi ini di satu sisi dapat membangun komunikasi edukatif antara pihak sekolah dan orangtua.
Di sisi lain pola interaksi sekolah dan keluarga dapat mengajarkan para orangtua dalam memahami strategi mendidik bagi anak-anak mereka.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa peran orangtua dalam mendampingi anak-anak dalam belajar di rumah berkorelasi terhadap peningkatan prestasi belajar di sekolah.
Di sinilah hubungan keluarga dan sekolah menemukan titik temu dalam membangun potensi peserta didik.
Diharapkan pasca pandemic ini tradisi pendidikan keluarga semakin menemukan momentum penguatannya, sehingga ketersambungan pendidikan karakter di keluarga dan sekolah tetap berlanjut.
Tidak ada yang sia-sia dari penciptaan Allah SWT terhadap berbagai kondisi.
Semoga pandemic covid-19 ini membawa hikmah bagi perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga seluruh warga bangsa ini semakin arif dan menyadari berbagai kelemahannya dan tidak angkuh dengan prestasi pendidikan formal yang telah dicapai.
Sebaliknya, sikap rendah hati dan selalu bergantung pada Allah SWT senantiasa tertanam sebagai buah dari pendidikan di masa pandemic ini. Wallahu a’lam bi al-Shawwab.