Virus Corona

Lebih Parah dari Covid-19, Ada Wabah yang Tewaskan 60.000 Pernah Terjadi di China

Selain wabah Covid-19 yang lahir di Wuhan China yang sudah telah banyak korban, sebelumnya ada wabah menelan korban hingga 60.000.

Editor: Salman Rasyidin
Eva.vn
Dokter yang waktu itu bekerja merawat pasien Pes. 

SRIPOKU.COM - Selain wabah Covid-19 yang lahir di Wuhan China yang sudah telah banyak korban, sebelumnya ada wabah menelan koran hingga 60.000.

Menurut  saduran Intisari-online.com, saat ini China kembali dirundung masalah besar, setelah Wuhan mulai membaik sebuah provinsi yang berbatasan dengan Rusia menjadi tempat baru penyebaran Covid-19.

Heilongjiang, adalah provinsi di China yang diyakini menjadi hot spot baru penyebaran Covid-19 karena jumlah pasiennya meningkat dari hari ke hari di wilayah ini.

Ironisnya, tercatat dalam sejarah bahwa provinsi Heilongjiang ini ternyata pernah diserang pandemi yang sangat mematikan pada tahun 1911.

Pada tahun 1911, wabah pes meletus di provinsi ini blokade, karantina, masker, pembatasan wilayah, juga dilakukan pemerintah China pada saat itu.

Namun, penyakit ini ternyata jauh lebih mematikan dari yang tercatat di China, karena pada tahun itu pandemi pes ini merengut sekitar 60.000 lebih nyawa orang Tiongkok.

Setelah wabah itu terkendali, China mengadakan konferensi pers dengan ahli kesehatan dari AS, Jepang, Rusia, Inggris dan Prancis.

Pada musim sebelumnya tahun 1910 wabah ini diperkirakan sudah menewaskan 63.000 orang Tiongkok hingga tahun 1911.

Epidemi ini juga berhasil menarik perhatian dunia tentang skala wabah, yang menyebar di Kota Harbin, ibukota Heilongjiang, yang hari ini menjadi hot spot baru virus corona di China.

Harbin waktu itu dihuni oleh banyak komunitas China, Jepang dan Rusia dengan banyak kegiatan komersial yang melakukan aktivitas perdagangan.

Menariknya, sama dengan Virus Corona, wabah ini muncul karena perdagangan berbagai jenis bulu terkenal, dari berbagai jenis hewan liar.

Wabah itu diyakini berasal dari bulu berang-berang, hewan pengerat yang hidup di padang rumput dan stepa di Mongolia dan Manchuria (Wilayah Heilongjiang saat ini).

Pedagang Eropa, Amerika dan Jepang membeli bulu, dan kulit berang-berang tanpa menyadari bahayanya saat itu.

Pada Abad ke-20, bulu berang-berang sangat populer karena kualitasnya yang baik.

Ribuan pemburu berbondong-bondong ingin mendapatkannya, harganya pun juga melonjak drastis, tapi akhirnya wabah itu muncul dan memberangus warga China saat itu.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved