Human Interest Story
Kisah Wong Kito Terkunci di Malaysia dan Skotlandia, Sembako tak Putus Plus Pinjaman Modal
Selama lockdown ia hanya duduk dan diam diri saja di rumah atau apartemen karena tak bisa kemana-mana lagi.
Ismadi dan Tara Nursalim, adalah dua orang asal Palembang yang kini tengah merasakan sulitnya hidup ditengah pandemi covid-19 yang berada di negeri orang.
Kedua putra-putri asal Sumsel ini pun berbagi ceritanya menghadapi pandemi global diluar negeri kepada masyarakat kota Palembang melalui live talk Sumsel Virtual Fest 2020, Rabu (22/4/2020).
Ismadi, yang telah bekerja 1,8 tahun di Malaysia ini mengaku selama masa lockdown di Malaysia ia pun tak bisa melakukan aktivitas seperti biasa yang ia lakukan.
"Saat ini di Malaysia sudah memberlakukan lockdown yang harusnya berakhir 24 April tapi diperpanjang hingga usai lebaran," ujarnya.
• Ratusan WNI Asal Aceh Terjebak di Malaysia yang Melakukan Lockdown, Sebagian Minta Makan ke Polisi
• Nasib Ribuan Mahasiswa Indonesia di Mesir Tidak Bisa Memenuhi Kebutuhan Harian, Imbas Lockdown
Ia mengatakan selama lockdown ia hanya duduk dan diam diri saja di rumah atau apartemen karena tak bisa kemana-mana lagi.
"Kalau di Malaysia ini kasus positif corona sudah menurun tapi pemerintah disini masih berlakukan lockdown karena untuk jaga-jaga. Semua orang harus stay at home, jaga jarak dan juga jaga kebersihan," bebernya.
Lanjut pria asal Lahat ini, selama lockdown para warga disana pun mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Seperti beras, gula, telur, minyak, mie instan dan bahan pokok lainnya.
"Alhamdulilah bantuan ini langsung diberikan oleh company Malaysia, kita juga gak boleh keluar karena akan dapat sanksi kecuali kalau ada ijin dari police atau ijin dari tempat kerja," jelasnya.
Pegawai hotel ini juga mengatakan di wilayah ia tinggal juga semua tempat sudah tutup seperti kedai-kedai, hotel, mall akibat lockdown ini.
Lanjut pria berkepala plontos ini mengatakan hingga saat ini ditempat ia kerja tidak ada yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) namun semuanya dirumahkan saja.
"Alhamdulilah gak ada yang di PHK namun sekarang dirumahkan dulu tapi kita gak dapat upah hanya dapat pinjaman 400 ringit yang akan dipotong dari uang gajian nantinya. Dan ini aturan dari perusahaan," tegasnya.
Ismadi juga mengatakan di Malaysia juga menghadapi bulan suci ramadan sama seperti di Indonesia yang tidak boleh menggelar sholat tarawih ataupun buka bersama.
"Kalau tahun lalu atau tahun sebelumnya ya disini ada sahur bareng, buka bareng dan sholat tarawih tapi tahun ini tidak boleh dan hanya boleh dilakukan dirumah saja," ungkapnya.
Ia berharap keadaan ini cepat berlalu dan kita bersama -sama tetap menjaga kesehatan dan kebersihan.
Hal yany sama juga diungkapkan oleh Tara Nursalim yang sedang menimba ilmu di Skotlandia ini. Ia mengaku saat ini hanya bisa berada dirumah saja karena ditempat ia berada sekarang sedang mengalami lockdown.
"Sampai bulan Maret lalu saya masih ada kelas, masih study, masih ke kampus. Saya juga sempat kerja parttime tapi sudah gak lagi sejak Febuari lalu.Biasanya juga ngegym tapi sekarang gak bisa lagi," jelasnya.
Wanita ini mengaku , sejak lockdown yang diberlakukan di negara yang ia berada saat ini ia pun tak bisa melakukan aktivitas lagi dan hanya berdiam diri dirumah saja.
Ia menceritakan saat ini keadaan di Skotlandia khususnya di Glasgow, tempat ia berada termasuk yang paling banyak dibanding kota-kota lainnya.
"Tapi di Glasgow lagi membaik sekarang. Cuma dari 10 ribu kasus yang ada ternyata hanya seperenam kasus yang benar-benar reallated corona ternyata ada penyakit lain yang disebabkan oleh pandemi ini," jelas dia.
Tara mengatakan saat ini, kondisi di Skotlandia memang lockdown tapi gak dalam artian bukan semua total lockdown atau semua tutup.
"Melihat peraturannya stay at home boleh keluar rumah tapi kalau hanya untuk olahraga pagi atau sepedaan, kita boleh belanja atau ke supermarket," jelasnya.
Kemudian untuk bisnis lain seperti retail,cafe, restaurant itu sudah dilockdown alias tutup. "Jadi yang ada hanya apotek tapi juga ada jamnya," ungkap dia.
Mengenai ketahanan pangan, lanjut Tara agak sulit membandingkannya dengan Indonesia. Ia mengatakan disini sudah banyak yang work from home bahkan orang kehilangan pekerjaan.
"Terutama bisnis starup, orang-orang intership seperti saya. Seperti summer ini ada tiga intership yang saya batalkan jadi gak ada pemasukan," jelasnya.
Akan tetapi, lanjut Tara pemerintah disini memberi jaminan dari range 300 sampai 1000 pound untuk diberikan kepada employeenya untuk jaminan bertahan hidup," ungkap dia.
Ia mengaku diawal-awal lockdown di Skotlandia mengaku sempat kehabisan tisu, pasta, roti atau pangan primer lainnya.
"Tapi hanya satu minggu yang parah banget setelahnya tidak," jelas Tara.
Tara juga mengatakan di Skotlandia juga selama lockdown dilarang keluar rumah dan dikenakan sanksi. "Patroli juga ada tapi disini gak terlalu keliatan," ungkap dia.
Wanita berhijab ini juga berharap agar corona ini cepat berlalu dan kita tetap bisa menjaga kesehatan, jaga komunikasi dan tetap stay at home.
"Semoga ini gak akan lama," pungkas dia. (rie)