BBLK Kewalahan Periksa Sampel

Sampel yang masuk kerap kali membeludak di BBLK Palembang sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pemeriksaan sampel.

Editor: Soegeng Haryadi
Humas Pemprov Sumsel
Jubir Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sumsel, Yusri 

PALEMBANG, SRIPO -- Penyebaran virus corona atau Covid-19 yang begitu masif masuk di Sumsel, membuat Balai Besar Penelitian Kesehatan (BBLK) Palembang sedikit kewalahan dalam memeriksa sample spesimen pasien, Minggu (12/8).

Juru bicara satgas pencegahan dan penanggulangan Corona (Covid-19) Sumsel, Yusri mengatakan pihaknya cukup kewalahan menerima sampel para pasien dugaan Corona di wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

Diakuinya sampel yang masuk kerap kali membeludak di BBLK Palembang sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pemeriksaan sampel.

Perkembangan Terbaru Kasus Covid-19 di Sumsel, 4 Pasien Dinyatakan Sembuh dari Corona

Pasien Ketiga Covid-19 di RSMH Palembang Berhasil Sembuh, Ini Pesannya kepada Kita Semua

"Setiap hari selalu membludak, kami cukup kewalahan memeriksa sampel spesimen. BBLK Palembang tak hanya periksa sampel asal Sumsel saja, tetapi meliputi Sumbagsel juga," katanya.

Ia menjelaskan, dari banyaknya sampel yang masuk BBLK Palembang, pihaknya baru bisa merilis hasilnya setelah tiga hari. Hal itu lah yang kerap membuat terlambatnya konfirmasi sampel yang ada. Dalam satu hari paling tidak ada sekitar 93 sampel yang masuk dari empat daerah di Sumbagsel.

Untuk meminimalisir membludaknya sampel yang masuk, dalam waktu dekat pihaknya akan memfungsikan lab yang biasa digunakan untuk tubercolosis untuk memeriksa spesimen dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR).

"Ke depan kita akan fungsikan juga lab tubercolosis untuk menekan membludaknya sampel yang masuk," tegas Yusri.

Diakuinya, tak hanya kewalahan dalam pemeriksaan sampel, dugaan corona di Sumsel juga terus meningkat. Hingga kemarin sudah ada 21 orang pasien positif, di mana ada 18 pasien yang di rawat diisolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesain Palembang.

Sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) saat ini yang diisolasi ada 19 orang di mana, 11 orang dirawat di RS, dan 8 orang diisolasi secara mandiri.

"Mereka yang diisolasi mandiri adalah petugas medis yang memang dari awal mereka menerima pasien Covid-19. Awalnya biasa saja, setelah itu mereka mengalami gejala sehingga dijadikan PDP dan dirawat mandiri," jelasnya.

Menururtnya, pertimbangan yang diambil oleh gugus tugas dengan mengizinkan para PDP untuk melakukan isolasi mandiri yakni, karena mereka dianggap disiplin dan memiliki tempat yang memadai untuk perawatan secara mandiri.

Namun untuk menghindari kecolongan seperti pasien 09 yang sebelumnya kerap berkeluyuran maka, mereka akan diawasi oleh anggota TNI dan Polri. (oca)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved