Warga Jepang Sasaran Empuk Hacker Kartu Kredit

Modus operasional dalam kasus ini, para tersangka mencari pelanggan yang berminat memesan tiket maskapai atau kamar hotel.

Editor: Soegeng Haryadi
Jawaban.com
Ilustrasi 

PALEMBANG, SRIPO -- Warga negara Jepang jadi incaran paling empuk oleh para pelaku pembobol kartu kredit atau kasus ilegal carding. Dari puluhan nomor kartu kredit yang didapat dari situs jual beli facebook, hacker Palembang paling sering berhasil menjebol kartu kredit tersebut, Sabtu (7/3).

Para pelaku carding asal Palembang mengaku dalam situs jual beli nomor kartu kredit tersebut para pelaku bisa mengakses seluruh nomor kartu kredit warga negara asing. Hanya saja warga asal negeri Sakura lebih banyak yang berhasil, ketimbang orang luar negeri lainnya.

Alpin, salah seorang pelaku carding Palembang mengaku setiap membeli nomor kartu kredit mereka akan mendapatkan puluhan nomor warga negara asing. Mulai dari Asia, Eropa hingga Amerika.

Video Ekslusif: Modal Cuma 50 Ribu, Hacker Palembang Bobol Kartu Kredit Bule

Modal Cuma 50 Ribu, Hacker Palembang Bobol Kartu Kredit Bule

Namun, dari puluhan nomor yang didapat hanya sekitar 50 persen tingkat keberhasilannya. Dan warga negara Jepang menjadi sasaran empuk.

"Tingkat keberhasilan jebol kartu kredit ini 50 persen. Nah kalau dapat mangsa warga negara Jepang hampir selalu berhasil," katanya.

Ia menyebut, keberhasilan menjebol kartu kredit warga negara Jepang itu lantaran algoritma dari penelusuran para hacker terbilang tidak terlalu sulit. Maka itu saat sedang meretas kartu kredit warga Jepang selalu sukses.

"Cukup mudah untuk meretas orang Jepang. Kalau orang Eropa tingkat keamanannya lebih sulit," ujar Alpin.

Wawan, pelaku lainnya yang mengaku hasil meretas kartu kredit tak hanya mereka gunakan untuk keperluan pribadi membeli tiket pesawat ataupun membooking hotel. Jika hasil menjebol kartu kredit cukup banyak berhasil, mereka biasanya menjadikan hasil tindak kriminal sebagai bisnis dengan menjual tiket pesawat dan hotel dengan harga murah di bawah pasaran.

"Untuk pemasarannya ya melalui medsos instagram dan facebook. Kita tawarkan kepada pelanggan harga jauh dari pasaran," ungkap Wawan.

Modus operasional dalam kasus ini, para tersangka mencari pelanggan yang berminat memesan tiket maskapai atau kamar hotel. Lalu agar lebih meyakinkan, pelaku menyuruh pelanggan untuk mencari tahu dulu harga tiket resmi pada website di marketplace dengan dalih agar bisa menentukan diskon yang akan diberikan kepada pelanggan.

Setelah mendapatkan tiket yang ditarget, pelaku mulai beraksi melakukan peretasan lalu dijual ke pelanggan seharga 50-70 persen harga resmi. Saat mau check in, pelanggan tinggal tunjukan kode booking yang telah dipesan pekaku.

"Biasa kan dipakai pribadi, kalau ada yang mau baru kita pesan. Hasil dari bisnis ini cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari. Ya jutaan rupiah, tak sampai dua digit," katanya. (oca)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved