Berita OKI

Kisah Rumah 100 Tiang di Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan, Tentang Lamaran Putra Pangeran Rejed

Salah satu tempat bersejarah di Kota Kayuagung memiliki nilai sejarah dan cerita unik untuk diulas adalah Rumah 100 Tiang di OKI Sumatera Selatan.

Editor: Tarso
Tribunsumsel.com/Nando Zein
Rumah 100 Tiang di Desa Sugiwaras Teluk Gelam OKI Sumatera Selatan ini masih tetap utuh dan terawat. Rumah ini menjadi tujuan destinasi wisata di OKI. 

Namun faktor kasulitan adalah mengenai ornament rumah yang harus semuanya diukir, baik ukir timbul 3 dimensi maupun ukir dalam bentuk lukisan.

Tepatnya pada abad 18 atau tahun, jadilah rumah yang disebut rumah seratus tiang dikarenakan memang tiang penyanggah rumah betul betul berjumlah seratus batang.

"Keberadaan rumah tersebut sebenarya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Pangeran Rejed, dikarenakan masih banyak ukiran lukisan yang belum terselesaikan,"

"Dia merencanakan seluruh tiang rumah harus bemuansa ukir, namun si arsitek tidak mampu menyelesaikan dia keburu pulang kenegeri cina," tuturnya.

Lanjutnya, oleh anak Pangeran Rejed Wira laksana rumah tersebut dijadikan sebagai pusat kekuasaan pemerintahan marga Bengkulah. Setiap diadakan pertemuan para pangeran atau pertemuan dengan pemerintah Belanda maka rumah tersebut menjadi pilihan utama.

"Pada awalnya dibeberapa bagian rumah dibalut dengan kain sebagai kasta tempat pertemuan para ningrat, sekarang rumah tersebut dihuni oleh titisan ketujuh keturunan dari Pangeran Rejed,"

"Pengakuan dari penghuni rumah semua ornament rumah belum ada yang direnovasi kecuali genteng bagian atas. Hal tersebut dilakukan dikarenakan sudah ada yang pecah atau rapuh dimakan waktu," ujarnya.

Oleh orang setempat perkampungan rumah seratus tiang dimaksud disebut sebagai kampong Pengeran. Secara historisasinya, dikatakan sebagai kampong Pengeran karena hampir seluruh rumah yang ada disekitar wilayah tersebut adalah masih ada kaitan darah dari si pengeran.

"Kondisi rumah disekitar wilayah ini masih dapat dikatakan utuh ditilik dari kondisi bangunan rumah huninya. Walaupun ada yang direnovasi, namun tetap tidak meninggalkan keaslian dari bentuk semula sebagai cermin rumah adat atau rumah bersejarah masa lalu," tutupnya.

Rumah tersebut juga pernah ditinggal dalam beberapa tahun dikarenakan anak cucu keturunan pangeran banyak hidup diperantauan akibat pergeseran nilai peradaban yang ingin mencari kehidupan di negeri orang.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved