Human Interest Story

Puja Kehilangan Ibu dan Adik Sekaligus dalam Kecelakaan Bus di Liku Lematang

Dalam percakapan melalui video call dua hari sebelum kecelakaan, Nyimas sempat berujar ingin memulai hidup dari awal

Editor: Soegeng Haryadi
TRIBUN SUMSEL/Shintadwi anggraini
Puja (18) menunjukkan foto ibu dan adiknya yang jadi korban tewas bus Sriwijaya Express masuk jurang di Pagaralam. 

PALEMBANG, SRIPO -- Firasat buruk begitu dirasa Puja (18) di malam sebelum Bus Sriwijaya mengalami kecelakaan maut di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumsel), Selasa (24/12) dini hari. Puja merupakan anak kedua dari Nyimas Fitria (40) yang menjadi korban tewas dalam kecelakaan tersebut.

Tak hanya itu, Raisa (5) anak keempat Fitria sekaligus adik kandung Puja, juga tewas seketika dalam peristiwa maut itu. “Iya, ibu dan adik saya meninggal dalam kecelakaan itu,” kata Puja saat ditemui di rumah duka di Jalan KH Faqih Usman Lorong Sintren Kelurahan 3/4 Ulu Kecamatan SU 1 Palembang, Kamis (26/12).

Puja berujar, sebelum kecelakaan itu terjadi, perasaannya entah mengapa begitu gelisah. Semalaman ia tak bisa tidur hingga akhirnya mendengar kabar ibu dan adiknya tewas dalam perjalanan pulang dari Bengkulu ke Palembang usai menghadiri acara lamaran yang digelar keluarganya.

“Waktu itu saya sedang ada di Prabumulih. Dapat kabar langsung pulang ke Palembang,” katanya.

Ia mengatakan, selama perjalanan ke Palembang, air matanya terus menetes tak tertahankan. Ia teringat segala kenangan yang langsung terbayang di pikirannya mengenai dua orang yang begitu dicintai itu.

Apalagi terhadap Raisa, adik bungsunya yang sempat mengajak akan pergi bersama ketika sampai di Palembang. “Dua hari sebelum kecelakaan, kami sempat video call. Raisa bilang nanti sudah di Palembang, kita pergi ke pasar. Beli topi sama jalan-jalan. Itu yang saya ingat terus,” ujarnya tersenyum tipis dengan raut wajah sedih.

Kini, sang ibu telah dimakamkan di TPU Talang Kerangga. Sedangkan Raisa dimakamkan di TPU Kecamatan Makrayu atas permintaan ayah mereka.

“Kami empat bersaudara. Saya anak nomor dua dan kakak saya sudah menikah. Masih ada satu adik yang harus saya urus. Saya yang akan gantikan tugas ibu untuk mengurusnya,” ujar Puja.

Beberapa hari sebelum mengalami kecelakaan maut, Nyimas Fitria (40) sempat menunjukkan perilaku yang berbeda dari biasanya. Keanehan itu dirasa Puja (18) anak kandung Nyimas Fitria, sebagai pertanda sebelum akhirnya sang ibu tewas dalam kecelakaan Bus Sriwijaya di Pagaralam.

“Mungkin keanehan sikap ibu, sebagai pertanda musibah ini. Saya juga tidak menyangka,” ujar Puja.

Dikatakan Puja, selama ini sang ibu memang memiliki karakter yang pendiam. Namun sesekali ia masih suka untuk berbincang dengan tetangganya. Hal ini tidak terlihat lagi sejak beberapa hari belakangan. Ibunya lebih banyak mengurung diri di rumah dan bahkan sudah sangat jarang berbincang dengan orang lain.

“Saya sempat tanya, kenapa ibu lebih diam sekarang. Terus dijawab, tidak apa-apa cuma capek saja,” ujarnya.

Puja mengaku, ia teringat dengan pesan terakhir Nyimas Fitria terhadapnya. Dalam percakapan melalui video call dua hari sebelum kecelakaan, Nyimas sempat berujar ingin memulai hidup dari awal bersama anak-anaknya. Sebab sudah hampir satu tahun ini, Nyimas telah berpisah dengan suaminya.

“Ibu ajak saya kerja di katering. Selain itu ibu menyarankan saya buka usaha online shop. Kecil-kecilan juga tidak apa-apa yang penting saya ada usaha sendiri. Ibu ajak kami mulai kehidupan baru,” ucapnya.

Selama hidupnya, Nyimas dikenal sebagai sosok yang pekerja keras dan bertanggung jawab bagi anak-anaknya. Dengan bekerja membuat pempek, dalam sehari ia bahkan bisa membuat 30 kg yang seluruh hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Saya harus kuat, demi adik. Saya berharap semoga ibu dan adik Raisa tenang. Kami sudah ikhlas dengan musibah ini,” ucapnya. (Tribun Network/fik/dwi/ard/wly)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved