Gerhana Matahari Cincin di Sumsel 80 Persen, Terlihat Seperti Bulan Sabit

Di Kabupaten OKU Selatan, Sumsel masyarakat melihat GMC seperti bulan sabit dan tertutup oleh awan yang menyelimuti penampilan gerhana.

Editor: Soegeng Haryadi
Tribun Sumsel/Rahmat Aizullah
Sejumlah pegawai di kantor Bupati Muratara berburu momen Gerhana Matahari Cincin (GMC), Kamis (26/12/2019). 

PALEMBANG, SRIPO -- Gerhana Matahari Cincin (GMC) yang teramati dari wilayah Provinsi Sumsel hanya 80 persen pada puncak gerhana sekitar pukul 12.30 WIB. Hal tersebut karena wilayah Sumsel memang tidak dilalui GMC dengan cincin sempurna.

Kepala Informasi dan Observasi BMKG SMB II, Bambang Beni Setiadji mengakui, awan dan hujan ringan menjadi penghalang visual (mata biasa) pengamatan GMC pada Kota Pagaralam, Muba, PALI, Muaraenim, Kota Prabumulih, Banyuasin, Palembang, OKI, OI dan OKU Timur

Sedangan potensi cerah berawan yang dapat memudahkan pengamatan GMC dengan visual (mata biasa) pada di wilayah Musirawas, Lubuklinggau, Empatlawang, Lahat, OKU, OKU Selatan dan Muratara.

"Jadi ada sebagian yang bisa diamati dengan visual (mata biasa). Untuk Palembang terhalangi awan. Tapi memang GMC tidak sempurna. Hanya 80 persen saja," ujarnya singkat.

Jusna, salah seorang warga Desa Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Provinsi Riau tak menyangka bisa menyaksikan fenomena alam, Gerhana Matahari Cincin, Kamis (26/12) kemarin. Di Provinsi ini, Gerhana Matahari Cincin berada pada fase penuh pukul 12.12 WIB.

“Saya jadi heran pas melihatnya. Tiba-tiba alam gelap dan matahari persis seperti cincin warna putih,” ujar wanita paruh baya berusia 62 tahun ini.

Dirinya mengaku baru kali ini melihat Gerhana Matahari Cincin.”Baru kali ini. Tapi kalau gerhana bulan dulu ada pernah lihat,” sebut Jusna.

Gerhana Matahari Cincin yang terjadi kemarin, menjadi fenomena gerhana kelima sepanjang tahun 2019. Antara lain, Gerhana Matahari Sebagian (GMS) 5-6 Januari 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.Gerhana Bulan Total (GBT) 21 Januari 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.Gerhana Matahari Total (GMT) 2 Juli 2019 yang tidak dapat diamati dari Indonesia serta Gerhana Bulan Sebagian (GBS) 17 Juli 2019 lalu yang dapat diamati dari Indonesia.
Fenomena alam, Gerhana Matahari Cincin kali ini melewati 25 pusat kota dan kabupaten di 7 provinsi. Di antaranya adalah Aceh, SUmatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

Sementara di Kabupaten OKU Selatan, Sumsel masyarakat melihat GMC seperti bulan sabit dan tertutup oleh awan yang menyelimuti penampilan gerhana.

"Mungkin puncaknya tertutup oleh awan, yang saya saksikan terlihat separuhnya menyerupai bulan sabit," uar Iwan, warga Batu Belang Kecamatan Muaradua, Kamis (26/12).

Sedangkan warga di Desa Danau Rata Kecamatan Kisam Tinggi menggunakan baskom yang diisi air untuk melihat gerhana. "Hanya terlihat seperti bulan sabit, tidak tampil seutuhnya seperti cincin yang di daerah lain," ujar Deky.

Dibeberapa tempat di Palembang, masyarakat menggelar salat gerhana. Di Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo Palembang menjadi salah satu tempat digelarnya salat gerhana. Puluhan warga tampak antusias menggelar solat gerhana berjamaah tersebut.

Salat gerhana dilaksanakan pukul 11.00 WIB. Bertindak sebagai Imam adalah H M Zaki Abdurrahman MA dan Khotib Ustadz H Abdul Majdid Dahlan.

Sebelum salat dilaksanakan, diawali dengan takbir gerhana, salat sunnah gerhana, khutbah salat gerhana, dan diakhiri dengan salat Zuhur berjamaah.

Dalam khotbahnya, Ustadz H Abdul Majdid Dahlan mengatakan selama gerhana terjadi umat muslim banyak dianjurkan melakukan introspeksi diri. GMC menunjukkan ciptaan Allah SWT sangat besar saja seperti (matahari, bulan, bintang) sangat patuh kepada sang pencipta, apalagi manusia.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved