Syarofal Anam Tradisi Maulid Yang Tak Lekang Oleh Zaman

Mengenal lebih jauh Syarofal Anam, tradisi budaya itu selalu dimainkan baik saat acara khitanan maupun ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Budi Darmawan
Sripo/rahma
Lomba Syarofal Anam yang diadakan IMMA di Masjid Agung, Kamis (14/11/2019) 

Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Palembang Darussalam kaya akan tradisi budaya yang kental dengan nuansa Islami, Syarofal Anam adalah salah satunya. Ditengah kemajuan teknologi dan derasnya arus budaya asing saat ini, nyatanya masih ada sekelompok masyarakat yang peduli dan tetap berusaha menjaga agar warisan budaya Islam ini tak lekang oleh zaman.

Mengenal lebih jauh Syarofal Anam, tradisi budaya itu selalu dimainkan baik saat acara khitanan maupun ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Lantunan syair pujian terhadap junjungan Baginda Muhammad SAW dibawakan dengan merdu dengan diiringi alat rebana atau familiar bagi orang Palembang Terbangan.

Tak sampai disitu, anggota grup Syarofal Anam juga sesekali melakukan gerakan mengangkat kedua telapak tangan ke atas sebagai simbol memuji kepada sang pencipta dan juga Nabi Besar SAW.

Kemas Andi Syarifuddin, Pembina Syarofal Anam menceritakan jika Syarofal Anam sudah ada sejak masa Khalifah Salahuddin Al Ayyubi. Dimana ujaran-ujaran sholawat yang dituturkan dulunya sebagai membangkitkan gelora semangat para Khalifah ketika berada di Medan perang. Bahkan dikala itu sempat diadakan juga sayembara penulisan syair yang ditujukkan untuk perjalanan kehidupan seorang Nabi Muhammad SAW.

Barulah kemudian, dibawa Ulama asal Palembang yakni Syekh Abdus Somad Al Palembani ketika abad ke 18.

"Masyarakat kerap tahu lantunan-lantunan Syarofal Anam ini saat momen Maulid Nabi seperti saat ini, tapi sebenarnya bisa untuk saat tasyakuran pernikahan, khitanan, pengiring tamu besar dll. Bahkan, dikalangan majelis ada sebutan tradisi Maulid Syarofal Anam 12-an yaitu setiap tanggal 12 bulan Arab selalu ada rutin kegiatan Syarofal Anam. Tanggal 12 sendiri sebagai momen pengingat kelahiran Nabi Muhammad," katanya saat dijumpai di Masjid Agung, Kamis (14/11/2019)

Menurutnya sebagai peninggalan budaya dan tradisi Islam sudah sepatutnya untuk terus dijaga, terlebih Syarofal Anam juga dapat dijadikan bagian dari ibadah karena didalamnya ada lantunan dzikir dan sholawat.

"Sekarang baik di Seberang ulu dan Ilir masih ada kelompok yang rutin mendendangkan kegiatan ini terutama dilingkungan Majelis Taklim," ujarnya.

Sementara itu, Bertepatan dengan momentum Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, Ikatan Muslimah Masjid Agung (IMMA) menggelar lomba Syarofal Anam. Ini merupakan bentuk upaya para muslimah Palembang berperan serta melestarikan Syarofal Anam. Ada 16 grup syarofal Anam yang unjuk gigi melantunkan syair pujian.

Meski didominasi oleh kaum ibu-ibu namun semangat dan semarak Syarofal Anam tak kalah seperti ketika dibawakan oleh anak-anak maupun kaum pria.

Dra Hj Nurina Ibrahim Msi, Ketua Panitia Lomba Syarofal Anam mengatakan, tak bisa dipungkiri tradisi syarofal Anam kini mulai terpinggirkan. Hanya sedikit orang yang mau melantunkan dan menampilkan Syarofal anam. "Memang banyaknya identik dalam kegiatan majelis taklim karena lingkupnya disana kegiatan ini. Tapi ada juga anak-anak dengan gerakan tari rodatnya. Untuk kali ini kalangan ibu-ibu yang kita lombakan," jelasnya.

Untuk lomba Syarofal Anam, ada empat kriteria penilaian, mulai nada lagu Ketukan, tajwid, kekompakan, Adab dan Penampilan serta tidak pakai salam

"Satu grup 12 orang dengan menbawakan lagu wajib dan pilihan maksimal waktu tampil 10 menit
Pemenang langsung diumumkan dihari yang sama, dan pemberian hadiah akan diserahkan pada waktu pertemuan bulanan IMMA," jelasnya. (Cr26)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved