10 Bulan Berinteraksi dengan Suku Anak Dalam, Perempuan Muda Ini tak Merasa Jenuh, Mereka Asyik Kok
Salah seorang guru dari PKBM Salsabilah, Delta Arika mengaku memiliki keseruan tersendiri ketika mengajarkan anak-anak Suku Anak Dalam.
SRIPOKU.COM, MURATARA - Waktu menunjukkan pukul 07.30 WIB, anak-anak dari komunitas Suku Anak Dalam satu per satu memasuki ruang kelas belajar.
Mereka datang membawa perlengkapan sekolah seperti buku dan pena, lengkap dengan seragam sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Mulai dari hari Senin hingga Sabtu, anak-anak Suku Anak Dalam ini mengikuti proses belajar mengajar seperti sekolah pada umumnya.
Hanya saja pendidikan yang mereka ikuti merupakan pendidikan non formal atau pendidikan kesetaraan paket A, B dan C.
Mereka merupakan binaan asrama khusus anak-anak Suku Anak Dalam milik Dinas Sosial Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).
Di asrama ini mereka diajarkan oleh guru-guru dari Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Salsabilah Kabupaten Muratara.
Berbagai disiplin ilmu mereka pelajari, seperti ilmu Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, dan lain sebagainya.
Salah seorang guru dari PKBM Salsabilah, Delta Arika (25) mengaku memiliki keseruan tersendiri ketika mengajarkan anak-anak Suku Anak Dalam.
"Asyik sih, seru, bagi saya pribadi menyenangkan," kata Delta Arika dibincangi Tribunsumsel.com, Jumat (25/10/2019).
Tak ada sedikit pun rasa penat atau jengkel yang ia rasakan ketika mendidik anak-anak yang dulunya tinggal di hutan tersebut.
Delta mengakui mendidik anak-anak Suku Anak Dalam memang sedikit berbeda dengan siswa-siswi pada umumnya.
Mereka agak lambat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga guru harus lebih bersabar mengajarinya.
"Iya, itulah serunya, jadi kita harus sabar, pelan-pelan," kata wanita lulusan Universitas Sriwijaya (Unsri) Jurusan Matematika ini.
Akan tetapi ia melihat rasa ingin tahu dan semangat belajar anak-anak Suku Anak Dalam tersebut sangat tinggi.
Delta menambahkan, berdasarkan pengalamannya selama 10 bulan mengajar, ternyata anak-anak Suku Anak Dalam mudah tersinggung.
Meskipun mereka salah, ternyata tidak bisa dimarah atau dibentak, karena hal itu dapat membuat mereka enggan mengikuti pembelajaran.
Oleh sebab itu, sebagai tenaga pendidik harus memberikan pengertian yang lebih halus dan menegurnya dengan lemah lembut.
"Kita harus menghargai latar belakang mereka. Walaupun mereka salah jangan dibentak, sangat mudah tersinggung mereka ini," katanya.
Sementara itu, pembina asrama Dinas Sosial, Yuli mengatakan, selama dididik anak-anak Suku Anak Dalam sudah ada perkembangannya.
Beberapa di antara mereka yang memiliki kemampuan setara dengan siswa-siswi pada umumnya sudah dipindahkan ke sekolah formal.
"Mereka tidak selamanya dididik di sekolah non formal ini. Di sini kita memberikan ilmu dasar, setelah mereka bisa kita pindahkan," ujarnya.
Ia menyebutkan, sudah ada 8 anak-anak Suku Anak Dalam dari asrama Dinas Sosial yang dipindahkan ke SMA Plus Bina Satria Rupit.
"Kita ajarkan dulu di sini, setelah mereka sudah siap ditempatkan di sekolah luar, maka kami lepaskan mereka," tambahnya.