BERITA EKSKLUSIF: Tak Kuat Bayar Cicilan, Driver Taksol Terpaksa Jual Mobil
Imbas dari kebijakan tersebut, sebagian besar para driver di Palembang terpaksa ramai-ramai menjual atau melakukan take over kendaraan.
PALEMBANG, SRIPO -- PT Gojek Indonesia (GI) cabang Palembang melakukan pemotongan uang insetif atau bonus para Sopir Taksi Online (Taksol) Gocar, terhitung sejak 7 Oktober 2019 lalu. Imbas dari kebijakan tersebut, sebagian besar para driver di Palembang terpaksa ramai-ramai menjual atau melakukan take over kendaraan roda empatnya karena tak sanggup lagi untuk membayar cicilan bulanan.
Adapun skema (hitungan) untuk mendapatkan insentif terbaru yang dikeluarkan GI cabang Palembang yakni 4 poin = Rp 17 ribu, 7 poin = Rp 35 ribu, 11 poin = 60-65 Rp ribu, 13 poin= 85-95 Rp ribu, 15 poin = 110-120 Rp ribu dan 18 poin = Rp 150 ribu.
Skema tersebut menurun drastis hingga 50 persen dari sebelumnya. Dimana untuk skema yang lama 4 poin = Rp 17 ribu, 7 poin = Rp 65 ribu, 11 poin = Rp 95 ribu, 13 poin= Rp 150 ribu, 15 poin = Rp 220 ribu dan 18 poin = Rp 290 ribu.
Jumlah hitungan insentif tersebut setiap hari berbeda-beda tergantung aturan berlaku dikeluarkan PT GI. Namun untuk skema anyar, hitungannya menurun drastis sampai 50 persen dari sebelumnya.
Dengan bonus yang jauh menurun itu, membuat para sopir mengaku kesulitan membayar cicilan mobil. Jika sebelumnyanya para driver online mampu berpenghasilan Rp 500 ribu per hari, kini pendapatan driver online berkisar Rp 250-300 ribu jika orderan tembus pada skema tertinggi 18 kali tarikan.
Iwan, salah seorang driver online di Palembang mengaku biasanya sehari ia bisa menabung Rp 150 ribu perhari. Uang tersebut ia simpan untuk membayar cicilan mobil yang setiap bulan harus dibayar Rp 4 juta.
Dengan skema baru ini ia kesulitan untuk menabung dengan jumlah tersebut. Lantaran uang insentif dan tunai dari penumpang habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mengisi bensin.
"Rencana mau di take over saja mobil, tidak sanggup lagi bayarnya. Semenjak insentif turun 50 persen pendapat menurun drastis," katanya, Minggu (20/10).
Madon, driver online lainnya mengatakan ia bersama rekan driver lainnya menolak adanya insentif. Ia meminta kepada PT GI untuk kembali menormalkan insentif. Dengan jumlah pendapatan saat ini ia mengaku bisa-bisa asap dapur tidak ngepul karena pendapatan yang sangat minim.
"Untuk tembus poin 18 saja susah. Nah ini malah dipotong insentif. Banyak rekan-rekan terpaksa jual mobilnya karena tak mampu bayar cicilan lagi," jelasnya.
Ketua Organisasi Driver Online (Odol) Sumsel, Sandy Aditya mengungkapkan masalah pemotongan insentif sampai 50% dari Gojek Indonesia sangat memberatkan bagi mitra pengemudi.
Menurutnya, insentif yang lama saja susah tercapai, apalagi pada saat sekarang yang dimana animo masyarakat menggunakan taksol saat ini juga sedang menurun.
"Untuk kebutuhan bensin saja sudah berapa untuk mencapai 18 trip. Belum untuk perawatan mobil, angsuran dan nafkah keluarga. Hal tersebut mendasari keresahan driver," ungkapnya.
Menurutnya PT Gojek Indonesia dalan menentukan tarif juga mempertimbangkan beberapa kebutuhan sosial dari pengemudi, seperti pemerintah dalam menetapkan UMR/UMK yang selalu mempertimbangkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) bagi pekerja.
Dengan kondisi insentif menurun drastis, diakuinya hampir 40 persen driver terpaksa menjual mobilnya karena sudah tak sanggup membayar cicilan perbulan.
"Harusnya menentukan insentif itu lihat dulu, apakah cukup tidak nominal sekarang. Driver banyak jual mobil artinya nomimal tersebut jauh dari kata cukup," tegasnya.
Insentif Bukan Hak Tapi Bonus
Head of regional corporate affairs PT Gojek wilayah Sumatera, Teuku Parvinanda Hendriawan menjelaskan bahwa insentif yang diterima oleh mitra gojek dan adalah bonus yang diberikan kepada para mitra.
Bonus tersebut merupakan uang tambahan yang diberikan pada PT GI kepada mitra, menambahkan pendapatan driver dari ongkos penumpang bukan gaji tetap, sehingga sewaktu-waktu bisa berubah tergantung kebijakan.
"Jadi insentif diberikan itu bonus yang ditentukan PT Gojek kepada mitranya," ujarnya, Minggu (20/10).
Dijelaskannya, penurunan insentif ini berlaku secara nasional, namun besar kecilnya berbeda - beda tergantung kondisi pasar masing - masing daerah. Penilaian insentif ini dinilai langsung oleh PT Gojek Indonesia pusat.
"Seluruh Indonesia dipotong insentifnya. Namun besar kecilnya berbeda, terganggu kondisi pasar masing-masing daerah," jelas Teuku.
Selain itu, mengenai adanya potongan Rp 2.000 kepada konsumen, digunakan untuk asuransi penumpang jika terjadi apa-apa dan ingin menuntut asuransi kepada pihaknya.
"Ke depan kita juga akan bekerjasama dengan Jasa Harja demi memberikan kenyamanan kepada para penumpang," katanya.
Ketua Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel, Ahmad Arvin mengatakan dengan dipotongnya insentif sebesar 50 persen maka mengurangi hak mitra. Maka itu, pihaknya beberapa waktu lalu menggelar aksi demo ke PT Gojek Indonesia Cabang Palembang untuk kembali menaikkan insentif para driver.
Menurutnya, pihak aplikator tidak pernah transparan dengan melibatkan para driver prihal alasan menurunkan nilai insentif. Padahal, selaku mitra para driver setidaknya harus mengetahui alasan jelas dan jangan langsung menurunkan bonus.
"Kalau ada kebijakan baru itu harusnya kami dikasih tahu dahulu, jangan tiba - tiba langsung menurunkan insentif," tegasnya.
Apabila tuntutan mengembalikan insentif tidak dipenuhi, Arvin mengancam akan membawa permasalahan insentif ini ke jalur eksekutif dan legislatif.
"Kalau tuntutan kami tidak dikabulkan, kami akan melapor ke eksekutif dan legislatif meminta PT GI Palembang ditutup operasionalnya," ungkapnya. (tim)
Skema insentif baru Gocar
4 poin = Rp 17 ribu
7 poin = Rp 35 ribu
11 poin = 60-65 Rp ribu
13 poin= 85-95 Rp ribu
15 poin = 110-120 Rp ribu
18 poin = Rp 150 ribu
Skema insentif lama Gocar
4 poin = Rp 17 ribu
7 poin = Rp 65 ribu
11 poin = Rp 95 ribu
13 poin= Rp 150 ribu
15 poin = Rp 220 ribu
18 poin = Rp 290 ribu.