Kabut Asap Paling Ekstrem, Jarak Pandang 50 Meter
Para pengendara pun terpaksa memacu kendaraannya dengan sangat pelan, lantaran jarak pandang sangat minim.
PALEMBANG, SRIPO -- Kabut asap yang menerpa kota Palembang semakin tebal dan parah. Bahkan saking tebalnya kabut asap membuat jarak pandang hanya sekitar 50 meter. Dari pantauan sripoku.com, Senin (14/10) kabut asap yang menerpa kota pempek kemarin menjadi yang paling parah dari hari-hari sebelumnya. Kepulan asap tebal tampak jelas terlihat di sepanjang jalan.
Para pengendara pun terpaksa memacu kendaraannya dengan sangat pelan, lantaran jarak pandang sangat minim. Di sepanjang jalan, hanya lampu kendaraan yang terlihat dari kejauhan. Raungan klakson kendaraan bersahut-sahutan untuk memberi kode kendaraan satu sama lain agar tak terjadi tabrakan, imbas minimnya jarak pandang.
Anak-anak sekolah yang sudah terlanjur sampai ke sekolah pun terpaksa pulang kembali ke rumah, dikarenakan asap yang semakin tebal.
Akibat tebalnya kabut asap, tak sedikit terjadi insiden kecil seperti kendaraan yang bersenggolan dan nyaris menabrak karena pandangan sangat gelap
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang mencatat, kabut asap yang menerpa kota Palembang, kemarin menjadi yang paling ekstrem sepanjang tahun ini.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Beny Setiaji mengatakan angin permukaan yang tercatat di BMKG Stasiun Meteorologi SMB II Palembang umumnya dari arah Timur–Tenggara dengan kecepatan 5-20 Knot (9-37 Km/Jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat Karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.
Sumber dari LAPAN Tanggal 14 Oktober 2019 tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah Tenggara Kota Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80% yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada wilayah Banyu Asin 1, Pampangan, Tulung Selapan, Pedamaran, Pemulutan, Cengal, Pematang Panggang dan Mesuji. Total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80% untuk wilayah Sumsel sebanyak 260 titik, titik panas terbanyak pada wilayah Kab. OKI 139 titik panas dan Kab. Banyu Asin 67 titik panas.
"Kondisi ini menjadikan kondisi terekstrim selama berlangsungnya Karhutla dengan indikasi kwantitas dan jarak pandang yang terjadi. Intensitas Asap (Smoke) umumnya meningkat pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00) dikarenakan labilitas udara yang stabil (tidak ada massa udara naik) pada waktu-waktu tersebut," katanya.
Ia menjelaskan, fenomena Asap sendiri diindikasikan dengan kelembapan yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara, mengurangi jarak pandang, beraroma khas, perih di mata, mengganggu pernafasan dan matahari terlihat berwarna oranye/merah pada pagi/sore hari, hal ini berpotensi memburuk jika adanya campuran kelembapan yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena Kabut Asap (Smog) yang umumnya terjadi pada pagi hari.
"Jarak Pandang Terendah pada pagi hari tanggal 14 Oktober 2019 berkisar hanya 50-150 m dari jam 06.30-08.30 WIB dengan Kelembapan pada saat itu 95-96% dengan keadaan cuaca Asap (Smoke) yang berdampak 7 (tujuh) penerbangan di Bandara SMB II Palembang mengalami delay (tertunda)," ungkapnya.
Secara Regional, melemahnya Badai Tropis Hagibis di Laut Cina Selatan dan masih adanya pusat tekanan rendah di wilayah tersebut mengakibatkan adanya aliran massa udara ke arah pusat tekanan rendah tersebut dari wilayah Indonesia, hal ini mengakibatkan tetap menurunnya potensi dan intensitas hujan di wilayah Sumsel 3 (tiga) hari ke depan (14-16 Oktober 2019).
Kondisi angin timuran yang menuju pusat tekanan rendah di Samudera Hindia akan membawa uap air dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa menyebabkan potensi hujan di wilayah Sumsel bagian Barat-Utara (Kab. Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kab. Muba, Kab. Lahat, dan Kab. Muara Enim) pada tanggal 17-18 Oktober 2019.
Sedangkan secara Lokal, kondisi hujan akibat faktor lokal (awan konvektif) akan tetap berpotensi di wilayah bagian barat Sumsel dikarenakan kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan, biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis (berbeda tiap tempat) dan berpotensi petir disertai angin kencang.
"BMKG Sumsel menghimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menggunakan masker dan berhati-hati saat bertransportasi pada pagi hari (04.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-20.00) seiring potensi peningkatan partikel udara kering di udara (asap) dan menurunnya jarak pandang," kata Beny.
27 Penerbangan
Jarak pandang yang minim membuat 27 penerbangan dari dan menuju bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II terggangu.
General Manager Angkasa Pura Cabang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II, Fahrozi mengatakan dua penerbangan kembali ke bandara asalnya yakni Sriwijaya Air rute Cengkareng-Palembang dan Air Asia rute Kuala Lumpur-Palembang. Sementara itu satu maskapai yang harus memutar arah yakni Batik Air dengan rute Pekanbaru-Palembang harus dialihkan ke Jambi karena tidak memungkinkan mendarat.
Penerbangan yang terganggu tersebut hampir semua maskapai khususnya yang memiliki jam terbang pagi karena jarak pandang terendah 50 meter hingga pukul 07.30. Barulah pukul 10.00 jarak pandang mencapai 1000 meter atau aman untuk penerbangan.
Keterlambatan di Bandara SMB II paling lama terjadi 4,9 jam atau 296 menit yang dialami maskapai Lion Air dengan rute Palembang-Pangkal Pinang.
Maskapai Garuda Indonesia terpaksa delay enam penerbangan yang terdiri dari empat penerbangan kedatangan dan dua jadwal keberangkatan.
Terpisah Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Palembang mengeluarkan surat edaran akibat semakin kurang baiknya jarak pandang dari kabut asap di perairan Palembang. Dalam surat tersebut dikatakan jika kondisi kabut asap masih pekat dari pukul 06.00 sampai 10.00 WIB maka kapal kapal yang akan masuk dan keluar Sungai Musi untuk melakukan penundaan. Begitu juga kondisinya saat malam hari.
Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Kasi Lala) Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Palembang, Adriawan mengatakan, jika asap semakin tebal sampai pukul 10.00 maka pihaknya akan menunda pergerakan kapal baik yang akan masuk maupun keluar dari Sungai Musi.
"Jam 06.00 sd 10.00 pagi apabila berkabut asap agar menunda pergerakan begitu juga pada malam hari," kata Adriawan, Senin (14/10/2019) saat dihubungi.
Menurut dia, jarak pandang di Sungai Musi sekitar 50 meter. Kondisi itu tidak memungkinkan untuk kapal bergerak.
"Meningkatkan kewaspadaan dan berhati hati setiap melakukan perlayaran," kata dia.
Pihaknya juga meminta kapal untuk mengoptimalkan navigasi untuk pengamatan keliling sekitar kapal.
"Mengadakan komunikasi radio dengan stadiun radio pantai serta Chanel sesuai ketentuan," kata dia. (oca/axl/cr26)