Komedian Pandji Terkena Sleep Apnea dan Dirawat Inap, Kenali Tanda dan Cara Mengatasinya, Bahaya!
Komedian Pandji Pragiwaksono Terkena Sleep Apnea, Kenali Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya!
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dialami penderita apnea tidur:
- Mendengkur dengan keras.
- Sering mengalami henti napas dan kemudian terengah-engah.
- Bernapas dengan berat dan berisik.
- Kesulitan tidur nyenyak di malam hari atau insomnia.
- Bangun dengan mulut kering atau tenggorokan serak.
- Pusing saat pagi hari.
- Mengantuk saat pagi hari.
- Berkeringat secara berlebihan di malam hari.
- Sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
- Mudah marah.
- Depresi.
- Penurunan gairah seksual atau disfungsi ereksi pada pria.
Disarankan untuk segera menemui dokter apabila seseorang mengalami beberapa gejala di atas, terutama jika gejala tersebut sudah mengganggu rutinitas sehari-hari.
• Ratusan Pekerja PT SAP di Muratara Di-PHK Massal, Manajemen Beralasan Perusahaan Defisit
• Ramai Artis Tanggapi Kasus Penusukan Wiranto yang Bikin Heboh, Iis Dahlia Malah Nekat Ngomong Begini
Penyebab Sleep Apnea
Saat tidur, otot di belakang tenggorokan yang menopang jaringan lunak dari langit-langit (uvula), tonsil, dinding samping tenggorokan dan lidah, mengendur.
Hal ini menyebabkan saluran udara menyempit atau tertutup saat kita menarik napas sehingga tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Situasi tersebut dirasakan otak yang bereaksi membangunkan kita agar saluran udara kembali terbuka.
Gangguan tidur obstuktif ini biasanya berlangsung sangat singkat dan berulang dalam satu jam. Sedangkan gangguan tidur lain atau apnea tidur sentral membuat kita tidak bisa bernapas sesaat pada waktu otak tidak mengirimkan sinyal ke otot pernapasan.
Akibatnya, kita merasa sulit untuk meneruskan tidur nyenyak atau terbangun dengan napas pendek.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami apnea tidur:
- Jenis kelamin. Apnea tidur lebih cenderung terjadi pada pria.
- Memiliki leher yang besar. Ukuran leher yang lebih besar dari 43 cm lebih berisiko mengalami apnea tidur.
- Obesitas atau berat badan berlebihan. Adanya lemak berlebihan di jaringan lunak leher dan perut bisa mengganggu Anda dalam bernapas.
- Mengonsumsi obat penenang. Obat ini dapat membuat tenggorokan mengendur, contohnya obat bius dan obat tidur.
- Berusia 40 tahun atau lebih. Apnea tidur lebih umum terjadi pada orang-orang di usia ini, meski bisa juga terjadi pada usia berapa pun.
- Kelainan pada struktur leher bagian dalam. Misalnya amandel yang besar, saluran pernapasan kecil, rahang bawah kecil, dan adenoid yang besar.
- Hidung tersumbat. Orang mengalami penyumbatan pada hidung lebih berisiko menderita apnea tidur, misalnya karena polip dan kelainan struktur tulang hidung.
- Riwayat dalam keluarga. Jika terdapat keluarga Anda yang mengalami apnea tidur, risiko Anda menderita juga akan meningkat.
- Merokok. Merokok dapat meningkatkan risiko inflamasi dan penumpukan cairan di saluran pernapasan atas.
- Mengonsumsi minuman keras. Kebiasaan ini jika dilakukan sebelum tidur akan memperburuk apnea tidur dan juga dengkuran Anda.
- Menopause pada wanita. Perubahan hormon selama menopause dapat membuat tenggorokan lebih mengendur dari biasanya sehingga risiko apnea tidur meningkat.
- Kondisi medis. Orang yang menderita gangguan jantung dan stroke berisiko mengalami apnea tidur sentral.
• Dampak Kabut Asap, 10 Pesawat SMB II Alami Delay, Paling Sebentar Selisih Satu Jam
Pengobatan Sleep Apnea
Pengobatan apnea tidur dilakukan berdasarkan kondisi dan tingkat keparahan yang dialami. Untuk apnea tidur yang ringan, penanganan yang dianjurkan adalah dengan mengubah gaya hidup seperti:
- Menghindari obat-obatan penenang dan obat tidur.
- Menurunkan berat badan jika Anda mengalami kelebihan berat badan.
- Menghindari tidur terlentang. Usahakan untuk tidur dengan posisi miring.
- Berhenti merokok bagi yang memiliki kebiasaan merokok.
- Membatasi konsumsi minuman keras atau alkohol, terutama pada waktu sebelum tidur.
Jika cara tersebut belum dapat mengatasi gejala atau ternyata apnea tidur yang dialami merupakan tingkat sedang hingga parah, maka diperlukan terapi dengan menggunakan beberapa alat, di antaranya:
- CPAP (Continuous Positive Airway Pressure)
CPAP adalah alat untuk meniupkan udara bertekanan positif ke dalam hidung saja atau ke dalam hidung dan mulut. Udara bertekanan positif ini akan mencegah tenggorokan menutup dan meredakan gejala-gejala yang muncul akibat apnea tidur. Beberapa efek samping dari teknik pengobatan ini meliputi:Hidung tersumbat.
Hidung berair atau iritasi.
Sakit kepala.
Sakit telinga.
Sakit perut dan perut kembung.
Rasa tidak nyaman akibat pemakaian masker.
- BiPAP (bilevel positive airway pressure). Alat ini membuat tekanan udara saat menarik napas menjadi lebih tinggi, lalu tekanan tersebut diturunkan saat napas dikeluarkan. Tujuannya adalah untuk membantu penderita apnea tidur sentral yang mengalami pola pernapasan yang lemah.
- MAD (Mandibular Advancement Device). Alat ini didesain untuk menahan rahang dan lidah untuk mencegah penyempitan pada saluran pernapasan yang menyebabkan seseorang mendengkur. Alat ini dipakai di atas gigi saat penderita sedang tidur. Alat ini bisa digunakan bagi orang yang tidak bisa menggunakan alat CPAP, meski tidak dianjurkan untuk penderita apena tidur yang parah.
- ASV (adaptive servio-ventrilation). Alat yang terkomputerisasi ini merekam pola pernapasan dan dapat membuat pernapasan menjadi normal ketika tidur dengan memberi tekanan pada saluran udara.
- Pemakaian oksigen tambahan. Berbagai alat yang dapat menyalurkan oksigen ke paru-paru sudah banyak tersedia. Penggunaan alat ini dapat membantu penderita apnea tidur, khususnya apnea tidur sentral.
Sejumlah terapi untuk kondisi medis yang terkait dengan apnea tidur juga dapat dilakukan, misalnya untuk gagal jantung atau gangguan neuromuscular. Dengan mengobati gangguan medis tersebut, maka apnea tidur diharapkan dapat hilang.
• VIDEO: Divonis Penyakit Hingga Minta Cerai dari Anang, Fakta Kondisi Ashanty Dibongkar Krisdayanti
• BREAKING NEWS: Kualitas Udara Palembang di Level BERBAHAYA, Melonjak 835 μgram/m3, Server BMKG Down