Human Interest Story

Alhamdulillah Aysha Sudah Bisa Minum Susu

Orin baru saja melihat kondisibayi Aysha, anaknya yang saat ini masih menjalani perawatan intensif pasca dilakukannya operasi pemisahan

Editor: Soegeng Haryadi
ISTIMEWA
Tim dokter ahli gabungan Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang dan Rumah Sakit DR Sutomo Surabaya berhasil melakukan pemisahan terhadap bayi kembar siam Aysha dan Alisya, Selasa (27/8/2019). 

MATA Orin Safitri (26) ibu kandung bayi kembar siam, tampak berkaca-kaca sesaat setelah keluar dari ruang neonatal intensive care unit (NICU) Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH), Rabu (28/8/2019).

Orin baru saja melihat kondisibayi Aysha, anaknya yang saat ini masih menjalani perawatan intensif pasca dilakukannya operasi pemisahan tubuh oleh tim dokter gabungan RSMH dan RS DR Sutomo Surabaya, Selasa (27/8/2019).

"Sedihlah pastinya, melihat anak saya kondisi seperti itu. Masuk inkubator dan banyak dipasang alat di tubuhnya,"kata Orin sembari menghapus air matanya saat ditemui di depan pintu ruang instalasi rawat intensif RSMH.

Kata Orin, sebagai seorang ibu, dirinya seakan bisa merasakan rasa sakit yang kini dirasakan anaknya itu.

Namun dia mengaku tetap bersyukur dengan perkembangan yang mulai ditujukan bayi Aysha pasca operasi.

"Alhamdulillah kondisi terlihat sehat. Sudah bisa buka mata, bisa batuk. Dia (bayi Aysha) juga sudah bisa minum susu. Walaupun hanya 1 CC, tapi dia bisa minum Asi saya yang sudah dipompa,"ucapnya.

Sejak melahirkan pada 12 Agustus 2019 lalu, Orin mengaku belum pernah sekalipun menggendong anak pertamanya yang lahir dalam keadaan kembar Siam.

Itulah mengapa, rasa bahagia begitu dirasanya saat pertama kali melihat bayi Alisya bisa membuka matanya.

"Karena saat melahirkan, saya sempat kejang karena mengalami darah tinggi sampai tensi saya 210. Setelah melahirkan, saya sempat tak sadarkan diri selama 3 hari karena dibius total. Jadi bagaimana perkembangannya, saya tidak tahu sama sekali,"ujarnya.

Setelah melahirkan, Orin juga tidak mengetahui kondisi anak pertamanya yang lahir dalam keadaan kembar siam. Dia baru mengetahui kondisi tersebut saat telah berada di RSMH.

"Saya tiba disini hari Sabtu, dihari itu baru tahu kondisi sebenarnya anak saya. Sebelumnya suami tidak bilang apa-apa. Katanya takut saya terkejut dan tertekan,"ucapnya.

Dia juga bisa mengaku sudah ihklas atas hasil operasi yang tidak bisa menyelamatkan nyawa anak keduanya, bayi Alisya.

"Rasa sedih pasti ada, tapi mau bagaimana lagi. Itu sudah jadi kehendak yang kuasa. Saya cuma bisa terima saja,"ungkapnya.

Saat ini bayi Alysa sudah dibawa pihak keluarganya untuk dimakamkan di Pedamaran Ogan Komering Ilir (OKI).

"Saya dan suami tidak ikut ngubur. Sudah saya percayakan sama keluarga. Soalnya kami masih fokus sama kondisi Asyah. Banyak yang harus kami urus disini. Susah juga kalau harus bolak-balik,"ujarnya.

Sementara itu, Tim pemisahan kembar Siam Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Dr Indrayady SP.A(k) mengatakan, satu hari pasca menjalani operasi pemisahan tubuh dari kembarannya, kondisi bayi Aysha dalam keadaan stabil.

Bayi berumur 16 hari tersebut, sudah bisa membuka mata dan menerima asupan ASI walaupun masih dalam jumlah yang sedikit.

"Saat ini bayi Asyah sudah bisa membuka mata. Selain itu, kita sudah mulai memberikan ASI walaupun sedikit. Sekali minum hanya 1 CC dan rencananya akan diberikan sebanyak 8 kali dalam sehari,"ujarnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan,kasus bayi kembar siam Asyah dan Alisya yang dioperasi oleh tim dokter RSMH, termasuk jenis bayi kembar siam parasit.

Dimana kondisi bayi saling menempel pada dinding dada bagian bawah, dinding perut dan panggul.

"Pada bayi kembar siam Asyah dan Alisya, diketahui bahwa salah satu bayi yaitu Alisya yang kita sebut sebagai bayi 2, tidak memiliki saluran tenggorokan (napas) dan tidak terbentuk paru-paru, sehingga bayi tersebut tidak bisa bernapas sendiri,"ujarnya.

Sedangkan, lanjutnya, bayi satunya lagi yakni Asyah yang merupakan kakak bayi Alisya atau disebut tim dokter sebagai bayi 2, memiliki saluran napas yang normal.

Diketahui, bayi yang tidak mempunyai saluran napas dan paru-paru (bayi 2) selama ini mendapat oksigen dari bayi yang sehat (bayi 1).

"Keadaan ini menjadi beban bayi yang normal untuk menghidupi dirinya sendiri dan saudara kembarnya. Disamping itu rongga dada bayi parasit (bayi 2) terisi hati dan usus dari bayi yang sehat,"jelasnya.

Disamping itu, dia juga mengungkapkan, pada bayi parasit juga dijumpai kelainan bawaan lahir lain yang memperberat kondisi bayi parasit.

Kelainan bawaan lain yang menyertai bayi parasit adalah terdapat celah lebar pada bibir dan langit-langit mulut, kelainan jantung bawaan yang berat serta ukuran kepala yang kecil.

"Kondisi ini menjadi dilema. Bila dibiarkan terus maka kondisi kedua bayi tersebut akan makin memburuk sehingga bisa menyebabkan keduanya meninggal. Itulah mengapa kita putuskan untuk melakukan tindakan pemisahan. Namun tentunya dengan berbagai kesiapan yang telah dimatangkan,"ujarnya.

Diakui Dr Indrayady, pada kasus yang terjadi pada bayi kembar Siam Asyah dan Alisya, tidak mungkin untuk menyelamatkan keduanya atau mengorbankan keduanya. Sehingga tim dokter harus memilih salah satu dari bayi kembar tersebut.

"Tentu saja tim dokter memutuskan untuk menyelamatkan bayi yang sehat dengan melakukan operasi pemisahan. Meskipun dengan risiko bayi parasit akan meninggal karena bayi yang parasit tidak memiliki saluran napas (tenggorokan) dan tidak terbentuk paru-paru," ujarnya.

Mendapat pendampingan dari tim bayi kembar siam RS Dr. Soetomo Surabaya, tim bedah RSMH berhasil melakukan tindakan pemisahan tubuh bayi Aysha dan Alisya. "Saat ini bayi Asyah masih membutuhkan pemantauan secara rutin. Sebab 7 hari kedepan adalah masa kritisnya setelah tindakan pemisahan tubuh yang telah dijalaninya," ujar dia. (cr8)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved