Pak Pulang Api ke Rumah Kita

Api yang semula berkobar jauh di ujung kawasan, semalam mulai mendekati rumah warga.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT
BERJIBABKU --- Anggota TNI Koramil Kertapati, Polsekta Kertapati dan warga berjibabku memadamkan api kebakaran lahan yang mendekati rumah warga RT 32, Jl Jembatan Kuning, Mataram, Kemasrindo, Kertapati, Selasa (21/8/2019). Kebakaran lahan ini terjadi dari sore hingga malam hari mengakibatkan warga setempat panik dan ibu-ibu histeris 

PALEMBANG, SRIPO -- Kawasan Jalan Mataram Kelurahan Kemasrindo, Kecamatan Kertapati, Selasa (21/8) malam merah membara. Bunyi gemericik dan letupan kecil membuat warga setempat panik dan histeris. Api yang semula berkobar jauh di ujung kawasan, semalam mulai mendekati rumah warga. Bahkan seorang ibu rumah tangga, berteriak-teriak memanggil suaminya pulang karena api semakin mendekat. Anggota TNI dari Koramil Kertapati bersama warga, bekerja keras untuk memadamkan api.

Anggota Koramil Kertatapi, Sertu Darman berusaha menenangkan seorang ibu yang histeris ketika api kebakaran lahan telah mendekati rumahnya di kawasan Jembatan Kuning, Mataram, Kelurahan Kemasrindo, Kecamatan Kertapati, Selasa (21/8/2019).

"Ibu, ibu harus tenang jangan panik. Kita pasti membantu yang penting ibu jangan teriak-teriak," mintanya.

"Bapaaak....cepatlah pulang...ini api sudah dekat ke tempat rumah kita....." teriak ibu ini kepada suaminya melalui videocall WhatsApp.

Menurut warga, sekitar siang menjelang sore, api berawal dari ujung lahan semak belukar jauh di tengah kawasan Mataram Kemasrindo, Kertapati. Kencangnya angin, kurangnya jumlah air dan tidak adanya alat untuk membasahi semak membuat api mulai membesar dan merambat mendekati rumah warga.

Anggota Koramil Kertapati, Polsek Kertapati bersama warga terus berusaha memadamkan dan membasahi kawasan. Mesin pompa air dari kelurahan yang dibawa sedikitnya bisa mengurangi ganasnya si jago merah. Namun tak lama berselang warga pun panik kembali, sebab debit air dalam sumur warga kurang.

Warga dan petugas bahu membahu memadamkan dan menjaga kawasan dari api kebakaran lahan ini. Sekitar pukul 20.30, anggota Koramil Kertapati bersama warga akhirnya berhasil memadamkan kobaran api.

Sementara itu, sudah hampir satu pekan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lincir belum kunjung padam. Sulitnya untuk mendapatkan sumber air dan jauhnya akses lokasi menjadi penyebab lamanya proses pemadaman. Terlebih, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak kemarau masih kemungkinan berlangsung Agustus-September.

Oleh karenanya Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan terus mendesak agar dapat dibantu Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dari BPPT.

Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru mengatakan, Pemprov akan mengajukan kembali TMC jika selama selang waktu satu sampai dua hari kedepan kebakaran belum bisa ditanggulangi.

"Hasil tinjauan kalau masih terbakar saya rembuk dengan Forkompinda, walaupun kondisi Karhutla di Sumsel belum segawat di daerah lain, tetapi jika masih tetap terbakar harus minta rekayasa cuaca. Karena bahan bakunya bukan garam saja tapi juga perlu kondisi awan yang mengandung air," ungkapnya, Katanya, Rabu (21/8/2019).

Selain itu, pihaknya sudah menurunkan personil baik dari unsur OPD maupun pihak terkait untuk fokus memadamkan kebakaran lahan di Muara Medak tersebut.

"Saya akan turunkan kembali tim agar pemadaman bisa tuntas,” jelasnya.

Sejauh ini, menurutnya tim dilapangan sudah berupaya maksimal bahkan sekat bakar, sekat basah dan sekat kanal sudah dilaksanakan dan ada sebagian yang sudah berhasil membatasi meluasnya api.

“Ada juga yang belum berhasil, itu akibat angin kencang, sehingga api meloncati sekat bakar yang sudah dibuat. Hasilnya api terus menjalar,” jelasnya.

Untuk sekat bakar ini sendiri, kata Deru, terkendala karena terbatasnya alat. Sumsel baru hanya ada 13 alat untuk membuat sekat bakar tersebut. Sedangkan dari kesiapan anggaran pemadaman karhutla, Herman Deru menegaskan, anggaran disediakan Pemprov Sumsel bahkan juga ada dana tidak terduga. Namun anggaran itu belum terpakai.

“Anggaran kita ada, bahkan ada dana tidak terduga namun sampai sekarang belum terpakai,” jelasnya.

Untuk upaya pemadaman sendiri, pihaknya kini mengandalkan satgas darat dan udara. "Untuk darat kita sudah kirim Personil gabungan Brimob, Satpol PP, TNI dan juga Polisi. Cara pemadaman juga kita coba manual," jelasnya.

Sementara, Kepala BPBD Sumsel Iriansyah menambahkan, Dari total sembilan helikopter, ada empat helikopter waterbombing yang difokuskan untuk pemadaman karhutla di Muara Medak. Sementara 3 helikopter lagi distandbykan untuk memadamkan karhutla di kabupaten lain.

“Kita juga dibantu dua helikopter waterbombing dari Sinar Mas, mereka membantu memadamkan kebakaran," jelasnya.

Selain itu pemadaman juga turut dibantu oleh tim satgas darat dengan total personil lebih dari 400 orang. Baik dari unsur TNI, Kepolisian, Manggala Agni dan sebagainya.

“Sudah seminggu lebih, kendalanya karena akses yang sulit dijangkau tim darat, untuk menuju ke lokasi butuh waktu sekitar 15 jam melalui jalur darat, juga karena sumber air yang terbatas karena sudah banyak yang kering,” ungkapnya.

Dari data sementara, diperkirakan ribuan hektar yang sudah terbakar, namun lanjut Iriansyah untuk jumlah pastinya masih dalam perhitungan.

“Kesulitan kita juga karena lahan yang terbakar adalah lahan gambut, ditambah lagi karena angin kencang sehingga mempermudah api menjalar,” tutupnya. (sts/cr26)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved