Kiriman Asap dan Debu, 7000 Siswa Rawan Terkena Ispa

Mulai meningkatkan titik api (Hotspot) di Sumsel dan Kabupaten PALI sendiri, setidaknya ada 7000 siswa rentan terkena gangguan pernapasan (insfeksi Sa

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Syahrul
PAKAI MASKER --- Seorang siswa terpaksa mengenakan masker saat pergi sekolah. Gambar diambil beberapa waktu lalu. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG, SRIPO – Mulai meningkatkan titik api (Hotspot) di Sumsel dan Kabupaten PALI sendiri, setidaknya ada 7000 siswa rentan terkena gangguan pernapasan (insfeksi Saluran Pernapasan Atas/ISPA) karena kiriman asap dan debu, sudah mulai menyebar ke lokasi pemukiman dan sekolah. Dinas Kesehatan bergerak cepat, mereka membagikan masker dengan sasaran utama siswa Sekolah Dasar (SD) dan SMP.

Berita Palembang : Dampak Kabut Asap, Penderita ISPA Balita Paling Mendominasi

Kurun Waktu 24 Jam Terakhir, Satelit Pantau ada Sebanyak Sembilan Titik Api (Hotspot) di Sumsel

Plt Kepala Dinkes Kabupaten PALI, Lydwirawan, Senin (5/8/2019) mengatakan, Dinas Kesehatan PALI tidak banyak memiliki stik masker. Untuk itu, ia mengajukan permintaan masker ke Dinas Kesehatan Provinsi 7-10 ribu lembar.Upaya itu dilakukan untuk antisipasi dampak cuaca akibat asap dari Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang mengintai kesehatan warga Bumi Serapat Serasan, khususnya anak-anak sekolah.

"Masker itu akan kita bagikan secara gratis dengan sasaran anak-anak siswa sekolah serta karyawan lainnya agar kesehatan warga bisa terjaga," katanya.

Selain itu juga diimbau,kepada warga untuk menggunakan masker serta menggunakan pelindung mata agar tidak terkontaminasi dengan asap, bahkan debu di jalanan. Hal ini penting, mengingat agar warga bisa terhindar dari penyakit, seperti radang pernafasan hingga gangguan penglihatan. "Untuk itu, mari kita bersama-sama selain menjaga kesehatan juga lingkungan karena cuaca sekarang sedang kemarau , bahkan tidak sedikit berdebu, maka gunakanlah masker untuk beraktivitas sehari-hari," ujarnya.

Diketahui, menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PALI, sedikitnya ada 72 titik api muncul hingga Bulan Agustus 2019. Kemudian, 107 hektare lahan di Kabupaten PALI terbakar akibat Karhutla.

Sementara di Pagaralam, akibat belum dibangunnya jalan di kawasan Perumnas Griya Bangun Sejahtera (GBS) Kelurahan Bangun Rejo Kota Pagaralam, sepertinya mulai berdampak buruk bagi masyarakat bagi warga di kawasan tersebut. Kondisi jalan yang masih tanah, saat ini mulai berdebu. Hal ini disebabkan musim kemarau yang mulai melanda Kota Pagaralam sejak satu bulan terakhir ini. Banyaknya debu dijalan membuat warga khawatir akan menyebabkan penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan (ISPA).

Salah satu ruas jalan yang paling parah dan paling berdebu yaitu jalan Salak I,II dan III. Namun masih ada beberapa jalan lainnya kondisinya hampir sama.

Akibat banyaknya debu ada bebetapa titik jalan yang sengaja dibuat warga menyerupai jalan Offroad atau berlumpur. Hal ini agar jalan tidak berdebu.

Septi (34) salah satu warga mengatakan, bahwa kondisi jalan di GBS memang sebagian sudah dibangun. Namun juga masih banyak yang belum tersentuh pembangunan sama sekali.

Banyaknya debu membuat warga khawatir terkena penyakit ISPA. Pasalnya setiap hari debu jalan mulai berterbangan masuk kedalam rumah dan terhirup warga.

"Daripada kami terkena penyakit ISPA bahkan TBC lebih baik kami siram air dan kami buat berlumpur agar tidak berdebu," katanya. (cr3/one)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved