General Manager Carmeta Tour and Travel Service Ungkap Kunci Sukses Bisnisnya, Ternyata Amalkan Ini

General Manager Carmeta Tour and Travel Service Ungkap Kunci Sukses Bisnisnya, Ternyata Ini yang Amalkan

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ, HANDOUT
Herry Timadius bersama pilot pesawat carter. 

General Manager Carmeta Tour and Travel Service Ungkap Kunci Sukses Bisnisnya, Ternyata Ini yang Amalkan

Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Di balik kunci kesuksesan usaha yang diteruskan sang anak tidak terlepas dari mengikuti apa yang telah diajarkan orang tuanya.

Seperti contoh General Manager Carmeta Tour and Travel Service Herry Timadius mengakui sukses turut mengembangkan bisnis usaha keluarga Timadius, lantaran mengamalkan yang diajarkan orang tua dan figur engkong (kakek).

Ia mengaku sejak kecil belajar tentang bisnis yang dijalankan keluarga dengan melihat orang tua mengurus perusahaan.

"Wong tuo ngajarkan anak, karena ada keindahan di balik itu yang disiapkan oleh yang Maha Kuasa untuk kita. Papa itu wongnyo sabar, sering ngalah."

"Katakanlah ada anak buah nakal. Biaso dipanggilnyo, diingetin. Kalu bener-bener mau berubah diberi kesempatan."

Selain Joe Taslim, 9 Artis Indonesia Ini Sukses Main Film Hollywood, No 8 Dulunya PNS Guru Bahasa!

Brand Happiness Hero Paxel Alexander Zulkarnain Sebut Branding Jadi Kunci Sukses IKM

Gagal Jadi Pemenang dan Tak Terekspos Publik Begini Kabar Bojes AFI Sekarang, Jadi Pengusaha Sukses!

Klub Korban Persija Rekrut Pelatih Paling Sukses di Piala AFF

Menurut Pendiri Amazon, 3 Tipe Orang Ini yang Selalu Sukses dalam Bisnis

"Berbeda dengan biasonyo bos-bos lain kalau ada yang kayak itu langsung dipecat."

"Ini kalau orang itu betul-betul nyesal tetap ikut dipekerjakan. Yang tadinya nakal, jadi tidak nakal."

"Jadi banyak yang betah. Memang kalau bertaubat itu susah. Ada yang berubah nian."

"Ada yang nakal, tetap nakal. Bekali kesabaran dan percaya akan kesempatan," ungkap Herry di sela-sela menceritakan menyiapkan layanan penerbangan pesawat carter untuk keluarga pasien emergency yang hendak berobat ke luar negeri, Jumat (12/9/2019).

Selain itu, pria berkacamata minus ini banyak melihat figur engkong (kakek) almarhum Cho Suk Ngian yang peduli dengan orang gila, orang miskin dan binatang seperti kucing.

Makanan sisa harus dikumpulkan ke piring kaleng. Hingga ramai kucing liar kumpul.

"Makanya aku sampai sekarang masih terus belajar bijaksana dalam setiap menyelesaikan masalah," katanya.

Dari figur pendahulunya ini, Herry memetik pelajaran untuk bersikap sabar, baik.

Percaya kalau orang jika diberi kesempatan akan berubah.

"Kita lihat juga selain sabar, tidak marah. Diplomasinya juga bagus. Dengan usaha kecil ini saja, dia diundang mantan Presiden China Hu jin dao, Presiden SBY, Soeharto, Megawati meresmikan di Muntok."

"Pernah diundang Wapres Taiwan. Untuk ukuran orang sederhana bukan kaya raya adalah kepuasan tersendiri dan bangga diundang kepala negara. Apalagi seperti Presiden China," katanya.

Gadis Pemulung yang Sukses Raih Beasiswa di Universitas Melbourne

Kini Sukses Jadi Seleb Terkenal, 6 Artis Ini Ternyata Korban Bully, No 2 Sampai Alami Tekanan Mental

Deretan Anak Pejabat Pilih Hidup Sederhana, Ada yang Anak Gubernur, No 3 Sukses Jadi Artis Ngetop!

Orang tuanya juga terlibat dalam Ketum Perhimpunan Keluarga Besar Hakka Sumsel.

Ketua Umum Yayasan Sosial Sukamaju yang membawahi Panti Jompo gratis, dan rumah penitipan abu di Sukamaju.

Dan juga Ketua Persatuan Gereja Tionghoa Indonesia Wilayah Sumsel.

Aku sendiri sebagai Sekretaris Perhimpinan Keluarga Besar Hakka Sumsel.

Pengurus rumah penitipan abu di Sukamaju. Jangan sombong.

Berdiplomasi yang baik dan sabar dan selalu menanggapi hal-hal secara positif.

"Misal ada kawan ngomong apo. Jangan diambil negatifnya saja. Dengan kegiatan sosial jangan takut berbuat sosial, penghasilan berkurang."

"Dengan kita berbuat baik, tentu akan datang kebaikan lain menghampiri kita apabila perbuatan kita disertai dengan ketulusan."

"Yayasan Sosial ini tidak memandang perbedaan. Sebagai contoh penitipan rumah abu secara fisik terbagi 4. Ada blok umat Budha, Kristen dan Katolik, Islam," beber Herry.

Herry Timadius bersama keluarga besarnya.
Herry Timadius bersama keluarga besarnya. (SRIPOKU.COM/ABDUL HAFIZ, HANDOUT)

Ia mengaku terjun dalam bisnis keluarga langsung diajak praktik di bawah arahan.

"Lihat segi positif dan negatif. Awalnya perbedaan kultur. Dulu aku di Australia. Ketepatan waktu, keakuratan, hasil kerja."

"Di Australia, bos ngomong aku maunya kau selesai sekian lamo. Taruhannya harus selesai. Di luar itu dinilai gagal."

"Contoh di pertanian, 5 blok harus selesai. Pengaruh tenaga kerja yang pelan-pelan."

"Efisiensi tenaga dan waktu, biaya diperhitungkan kalau di Australia."

"Di sini tidak bisa. Mesti fleksibel dan toleransi. Harapannya kita punya kebudayaan menghargai efisiensi tenaga dan waktu, biaya harus diperketat."

"Terhadap pegawai, perlakuan sama tanpa ada memandang perbedaan," papar Herry yang pernah mengenyam pendidikan Bachelor of commerce di University of Western Australia.

Ia memetik hikmahnya kesuksesan yang diraih tidak terlepas dari kemauan untuk bekerja keras dan mau belajar.

Bahkan hingga kini General Manager Carmeta Tour and Travel Service mengaku masih terus belajar untuk bisa bijaksana setiap menyelesaikan masalah.

"Ya, awalnya dari rasa tanggungjawab terhadap keluarga. Lalu turut bahagia apabila bisa membawa orang jalan untuk bisa senang-senang. Kebetulan memang, aku jugo seneng jalan. Jadi klop," kata Herry Timadius.

Bungsu dari empat bersaudara buah kasih pasangan Judi Timadius dan Maria Kurniawan dirinya mengaku tidak hanya dirinya saja terlibat di dalam bisnis keluarga ini.

"Selain aku, ada cici aku dan koko. Di Carmeta Tour and Travel Service, aku General Manager sejak 2006 hingga sekarang," aku pria kelahiran Palembang 1 Agustus 1975.

Herry pun mengaku tak ingin menjadi salah seorang diantara kebanyakan anak-anak yang enggan mengurus bisnis keluarga, sementara malah senang berfoya-foya.

"Kita dak setuju hidup foya-foya. Di atas gunung ada gunung. Di bawah lembah ada yang lebih dalam."

"Jangan kita nggak bersyukur. Ingat ke bawah tahu terima kasih Tuhan kita masih dikasih rumah, makan."

"Bukan merendahkan orang. Syukuri segala hal baik itu baik maupun buruk dalam hidup ini. Ataupun yang tampaknya buruk. Biar tampak buruk harus disyukuri," ujar alumni SMA Xaverius 1 Palembang.

Di samping fokus bekerja, bapak 3 orang buah pernikahannya dengan Liana Liauw ini mengaku tak lupa meluangkan waktu untuk anak-anaknya.

"Baik waktu dan perhatian untuk kerja maupun keluarga harus seimbang. Keluarga yang harmonis dan seimbang akan memberi dampak tenang, jernih dan stabil dalam bekerja," kata pria yang memegang motto hidup selalu berusaha keras dengan mengandalkan kekuatan YME tidak putus asa serta bersyukur akan segala hal karena dibalik kesusahan akan ada hikmat yang baik untuk kita.

Herry cukup dikenal dengan style apa adanya, ceplas-ceplos dan humoris. Selain itu mudah diingat dengan badan tambun.

Apa rahasianya bisa menjaga kesehatan dengan tubuhnya yang tambun memiliki tinggi badan 165cm dan berat 148kg sehingga tetap fresh.

"Besar belum tentu tidak sehat. Rahasia sehat saya. Jaga mulut dan hati agar tulus dan tidak mendengki dengan pikiran yang selalu jernih dan tenang serta jaga makan dan minuman serta olahraga yang cukup," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved