Cerita Robiyati, Bidan di Danau Ranau OKUS Mengabdi Tulus di Desa Terpencil Jadi Panggilan Jiwa
Mengabadikan diri menjadi seorang bidan yang tinggal di kawasan terpencil ternyata bukan cita-cita seorang Robiyati.
SRIPOKU.COM-- Mengabadikan diri menjadi seorang bidan yang tinggal di kawasan terpencil ternyata bukan
cita-cita seorang Robiyati.
Namun setelah dijalani dan dinikmati, ternyata rutinitas itu begitu dinikmatinya. Profesi itu bahkan ditekuninya hingga dirinya berumah tangga.
Baginya, menolong warga yang membutuhkan merupakan panggilan jiwa yang harus dijalani dengan tulus dan ikhlas.
Robiyati merupakan salah satu bidan yang tinggal di perbatasan wilayah. Berbagai tantangan dan rintangan harus dihadapi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat.
Belum lagi, pemahaman masyarakat yang masih terbatas membuat tugas semakin berat dan menantang.
Selain itu, kondisi geografis yang sangat berbahaya di perbukitan menjadi tantangan tersendiri
bagi bidan yang ada di pedalaman dan perbatasan.
Seperti yang dirasakan Robiyati AMd Keb yang mendapatkan tugas di wilayah Kecamatan Bandingagung, Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan yang berada di perbatasan Lampung Barat, Provinsi Lampung tepat di sekitar Danau Ranau.
Robiyati menjadi bidan pertama kali pada tahun 1995, ketika wilayah tersebut masih sangat terpencil dengan kendaraan yang sangat minim dan penerangan yang masih menggunakan lampu kaleng minyak tanah.
Namun dengan kondisi yang sangat minim tersebut, Robiyati mengaku tetap optimis dan bersemangat untuk membantu masyarakat terutama ibu-ibu dan calon bayi, sehingga tidak mengalami gangguan seperti kekurangan gizi, kekurangan berat badan, serta gangguan kesehatan ibu dan anak setelah melahirkan.
Bahkan, Robiyati mengaku kerap kali berkeliling perbukitan untuk memberikan penyuluhan dan pemeriksaan terhadap masyarakat hanya dengan menggunakan sepeda dan terkadang berkeliling danau Ranau seharian untuk mendatangi rumah-rumah penduduk.
"Pertama kali saya tugas disini masih gadis. Saat itu listrik pun belum ada, kendaraan yang ada hanya sepeda. Untungnya beberapa tahun setelah saya bertugas, saya menikah dan memudahkan untuk menjalankan tugas karena bisa meminta ditemani oleh suami ketika harus mendatangi warga dengan lokasi yang jauh dan terjal" ujarnya.
Robiyati bercerita pernah terjatuh dari sepeda motor ketika akan memeriksa warga di pegunungan karena sepeda motor jenis trail yang dikendarai bersama suaminya tidak mampu menanjak. Bahkan, ketika itu dirinya sedang hamil usia tujuh bulan. Akibat terjatuh, janin dalam perutnya sempat sedikit bergeser.Namun setelah dilakukan pemeriksaan secara rutin, akhirnya kandungannya kembali normal.
"Waktu itu kami harus memeriksa ke perbukitan. Ketika di perjalanan karena jalannya sangat tinggi, motor yang kami kendarai tidak mampu menanjak dan kami terjatuh. Setelah terjatuh saya tidak memikirkan kehamilan, tetapi langsung berdiri dan menuju rumah warga. Ketika sampai di rumah baru kepikiran dan langsung melakukan pemeriksaan di rumah sakit Baturaja" katanya bercerita.
Namun dirinya mengaku belum pernah menemukan kendala yang berarti selama bertugas, karena seluruh pekerjaan dan kegiatan dikerjakan dengan lapang dada dan ikhlas. Bahkan, dirinya mengaku sangat bahagia karena bisa memberikan bantuan kepada masyarakat.
"Kalau saat ini sudah enak, sudah ada Handphone, kendaraan pun sudah banyak. Banyak pasien saya yang sudah merasa cocok dengan saya dan sudah seperti keluarga sendiri. Terkadang mereka sampai menunggu lama di rumah ketika saya masih bertugas. Padahal puskesmas dengan fasilitas rawat inap ada. Namun mereka lebih memilih ke rumah menemui saya dulu sebelum saya arahkan ke rumah sakit jika tidak bisa ditangani lagi" katanya.
Saat ini, Robiyati mengaku tidak ada kendala berarti dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang gizi maupun keselamatan ibu dan anak. Yang menjadi kendala hanyalah jarak, yang terkadang membuat warga kesulitan untuk menuju wilayah perkotaan ketika akan melahirkan atau ketika ada keadaan darurat.
"Untuk masalah gizi sebenarnya tidak ada masalah, karena masyarakat sudah dianjurkan untuk mengantisipasi. Hanya saja ada beberapa keluarga yang bermukim di perbukitan yang terkadang kekurangan pasokan makanan dengan gizi tinggi. Mereka hanya sesekali ke pasar membeli stok makanan, sedangkan di perbukitan
kondisinya sangat sulit. Kalau untuk pengetahuan mereka sudah mumpuni" ujarnya.
Sebagai bentuk kepedulian kepada kesehatan masyarakat Robiyati terkadang mengunjungi rumah-rumah warga dan berbincang langsung mengenai permasalahan keluarga yang menyangkut permasalahan gizi, kehamilan dan kesehatan warga.
"Kalau kita datangi ke rumah warga, kita lihat anggota keluarganya dan anak-anaknya. Kita bisa tanyakan permasalahan apa dan memberikan masukan agar kedepannya bisa lebih baik" paparnya.(adv/hen)
Alamat Praktik :
Jalan Akmal No.17, Kelurahan Bandar Agung Ranau, Kecamatan Banding Agung, Sumatera
Selatan.
Kata Mereka:
Ibu Dr. Emi Nurjasmi M.Kes, Ketua Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI)

Peran bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan strategis adalah memberikan pelayanan
Kesehatan Ibu Anak, Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi perempuan mulai dari
memberikan pelayanan atau edukasi pada masa sebelum nikah, pra hamil, pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan, asuhan masa nifas, asuhan bayi baru lahir sampai usia 5
tahun dan prasekolah serta pelayanan KB dan kesehatan reproduksi perempuan.
Bidan bekerja pada setiap fasilitas kesehatan, baik pemerintah maupun swasta mulai dari
fasilitas kesehatan tingkat primer (Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan jaringannya, klinik,
praktik mandiri bidan) di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
Kebijakan penempatan bidan disetiap desa untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga bidan ada di tengah-tengah masyarakat dan bersama masyarakat.
Ibu Mela Tutriana (Ibu dari Khoirun Nisak) – Pasien Bidan Robiyati

Ibu Bidan Robiyati merupakan bidan yang sangat baik, karena beliau sangat perhatian dengan
pasien-pasiennya. Di samping beliau sangat baik dalam memberikan pelayanannya, sangat
sabar dalam menangani pasiennya juga turut serta dalam memberikan edukasi mengenai
tumbuh kembang anak, beliau pun juga memahami kami sebagai warga desa yang kurang
mampu sehingga Ibu Bidan sering sekali mendapatkan bayaran dalam bentuk beras atau yang
lainnya. Terkadang kami berhutang tetapi Ibu Bidan menerima dengan ikhlas dan tetap
tersenyum. Terima kasih banyak Ibu Bidan Robiyati.