Sempat Dihancurkan Belanda, Ini Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang, Banyak yang Belum Tahu
Sempat Dihancurkan Belanda, Ini Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang Banyak yang Belum Tahu
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Sudarwan
Dan laut (selatan) berbatasan dengan keraton Tengkuruk yang sekarang menjadi museum SMB II.
Mulanya tidak ada menara di masjid Agung.
Saat masa pemerintahan Sultan Najmudin I putra SMB I menara masjid baru dibangun.
Namun pendirian menara ini bukan tanpa rintangan.
Pembangunan menara masjid bertepatan dengan perang dingin antara Kerajaan Palembang melawan Belanda pada tahun 1821.
Akibatnya atap menara masjid hancur dan baru diganti jadi atap rumbia pada 1825.
Berdasarkan laporan Mayor William Thorn (penguasa Inggris di Palembang) pada 1811 menyebutkan bahwa denah masjid Agung berbentuk persegi panjang berukuran 686x110 kaki.
Pintu masuknya dari tiga jurusan yang ditandai bangunan gapura bagian timur, selatan juga utara.
Menara masjid setinggi 60 kaki/20 m ini berdenah persegi enam.
Menara ini awalnya dibangun agak jauh dari masjid karena kondisi tanahnya berupa rawa.
Diputuskan demikian karena jika tidak begitu maka akan mempengaruhi tekanan pada tanah yang tidak padat.
Jika ada tekanan maka kontur tanah berubah.
• Sedang Live, Ayu Ting Ting Tiba-tiba Tendang Bintang Tamu, Reaksi Andika Kangen Band Sampai Begini
• Bantah Ingin CLBK, Lagu Ini Ternyata Pesan Cinta Ariel Noah Untuk Luna Maya, Jarang Disadari
• 4 Tahun Tak Teguran Hingga Bubar, Begini Reaksi Tika dan Tiwi T2 Saat Bertemu Lagi, Ungkit Masa Lalu

Itu dapat menyebabkan tanah tempat berdirinya masjid tidak kuat menahan bangunan masjid itu sendiri.
Ciri khas masjid Agung ini adalah Mustaka yang dimilikinya.
Karena pada umumnya masjid di pulau Sumatera berbentuk kubah.
Masjid bermustaka adalah masjid yang mempunyai atap bagian atas terpisah dari atap di bawahnya. Atap bawahnya ini ditopang oleh pilar-pilar di atas tanah. Jika dilihat seksama maka kepalanya seperti terpisah dari leher tubuh masjid.
Seiring berjalannya waktu, masjid Agung telah banyak direnovasi sehingga beberapa bentuknya tak lagi sama seperti yang dulu.
Masjid ini juga telah mengalami beberapa kali perluasan oleh banyak pihak.
Termasuk oleh pemerintah Belanda waktu zaman kolonial.
Yayasan Masjid Agung dan Pertamina pun turut andil.
Untuk masalah perluasan dan renovasi ini banyak simpang siur terkait kapan dilakukannya hal tersebut.
Terakhir masjid Agung Palembang diresmikan oleh Presiden saat itu Megawati Soekarno Putri.
Dan masjid ini didaulat menjadi salah satu masjid Nasional.
Ciri khas masjid ini masih dipertahankan.
Seperti atap menara yang bergaya khas Cina dan undak-undak pada atap masjidnya yang melengkung ke atas.
Untuk sejarah masuknya Islam di Palembang akan saya bahas di tulisan lain. Semoga informasi ini bermanfaat.
Sumber: Buku berjudul Masjid Agung Palembang; Penulis Bangun P.Lubis, dkk.