Sempat Dihancurkan Belanda, Ini Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang, Banyak yang Belum Tahu
Sempat Dihancurkan Belanda, Ini Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang Banyak yang Belum Tahu
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Sudarwan
Waktu pembangunannya memakan waktu selama 17 tahun karena bahan bangunannya harus didatangkan dari luar Palembang bahkan luar pulau Sumatera.
Pada 1797 bangunan tersebut resmi digunakan.
Walaupun demikian arsitek Benteng tidak diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan dari orang Eropa.
Keterampilan mencetak bata orang-orang Cina di Palembang diwariskan kepada keturunannya yang bermukim di perkampungan tua mereka.
Tepatnya berada di Sungai Ogan alias Sungai Buaya.
Masyarakat Cina pada masa kesultanan tinggal di rumah-rumah rakit di wilayah Seberang Ulu.
Seperti juga komunitas Arab, Eropa dan orang-orang yang dianggap bukan sebagai warga kesultanan Palembang.
• Kini Jadi Duda Keren Tajir Melintir, Begini Mewahnya Rumah Sule, Pantas Cewek-cewek Kecantol
• Fakta Terbaru Pernikahan Lucinta Luna Terbongkar, Fotografer Ngaku Harus Lakukan Ini Saat Acara
• Anak Anggota DPR, Inilah Sosok Mantan Suami Pertama Nikita Mirzani, Miliki Wajah Bak Orang Jepang
Bentuk Bangunan Lama Masjid Agung
Masjid Agung terletak di kel. 19 Ilir kec. Ilir Barat 1 Palembang. Masjid Agung berada di persimpangan jalan Jend. Sudirman di sebelah timur.
Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan jalan Guru-guru (berjarak kurang lebih 60 m).
Jalan Guru-guru sekarang sudah diganti namanya menjadi jalan Faqih Usman.
Menurut Djohan Hanafiah, dulu jalan ini sampai dinamakan jalan Guru-guru karena di sepanjang jalan ini bermukim guru-guru agama Islam.
Mereka mengajarkan mengaji Al-Quran, Fiqih dan ilmu agama lainnya yang berpusat di Masjid Agung.
Masjid Agung ini dulunya dikelilingi sungai. Bagian Ilir (timur) berbatasan dengan sungai Tengkuruk.

Darat (utara) berbatasan dengan sungai Kapuran. Ulu (barat) berbatasan dengan sungai Sekanak.