Berita Palembang
Potret Keluarga Suryadi, Bertahan Hidup di Gerobak Kayu Menyusuri Palembang Bersama 6 Buah Hatinya
Pilu dan iba, saat pandangan tertuju pada pria lusuh mendorong gerobak kayu bersama istri dan 3 orang buah hati
Penulis: pairat | Editor: Siti Olisa
"Batas seumuran anak saya yang nomor 3 kami tak punya tempat tinggal, semuanya di dalam gerobak inilah. mandi, makan dan urusan lainnyo. tapi pas anak yang ke 4 sampe sekarang Alhamdulillah ada kawan yang bersedia ditumpangi rumahnya" beber Suryadi.
Sejauh ini Suryadi belum ada niatan untuk beralih profesi, mengingat untuk melamar pekerjaan tak punya Ijazah pendidikan, dia bersama istri sama-sama hanya mengenyam pendidikan batas sekolah dasar.
Dua tahun lalu, ia pernah punya kenangan pahit terjaring razia petugas di lapangan, sehingga selama kurang lebih 2 bulan Suryadi berhenti mencari barang rongsokan.
Ia pun mencoba untuk mencoba profesi lain menjadi penarik bentor (becak-motor) namun setelah dilalui, pendapatan penarik bentor pun sepi dan setiap hari Suryadi harus menyetor dengan si pemilik bentor barulah sisanya dibawa pulang ke rumah.
"Ya waktu kena razia Pol.PP sempat stop selama 2 bulan, jadi nyubo narik bentor. kito rental sistem setor. tapi yo sepi mungkin sudah kalah sekarang sudah praktis orang pake ojek online, na kalo nak cak itu kami dak ngerti, jadi yo setelah dipikir-pikir mending cak inilah" ungkap Suryadi dengan wajah malu.
Saat ditanya keluarga besar, Wulan dan Suryadi saling tatap tersenyum sembari menggelangkan kepala.

"Kalo aku dari kecik tinggal samo Wak, wongtuo sudah ninggal dari kami masih bayi, naa kalo ayahnyo keluargonyo di dusun galo dak pernah lagi jugo mudik, la dak ado lagi komunikasi" ungkap Wulan.
Namun meski di tengah kondisi ekonominya saat ini, Suryadi bangga bisa menghidupi anak-istri dari hasil keringatnya sendiri bukan dari hasil menadah mengharap belas kasihan orang.
Lebih jauh dia berharap kelak suatu saat nanti nasib anak-anaknya tak seperti nasib dirinya, oleh sebab itulah sebisa mungkin anak-anaknya harus sekolah.
"Semoga ada terus rejekinya, sampe anak-anak bisa bersekolah semua. jangan sampe terulang dengan anak saya yang pertama telat sekolahnya masuk SD sampe umur 10 tahun, karena waktu itu kita tak punya biaya" Kenang Suryadi.
Terakhir, Suryadi pun berkeinginan kelak bisa mempunyai gubuk sendiri yang bisa ditempati dia bersama istri dan anak-anaknya.
"Semoga kalo Allah mau ngasih rejeki kita tak pernah tahu, siapa tahu nanti ada program pemerintah yang bisa mewujudkan keinginan sederhana kami ini" Tutup Suryadi sembari tersenyum.