Pengelolaan Sampah di Sekolah
Sampah merupakan produk sampingan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia setiap dan menghasilkan0,8 kg perharinya .
Pengelolaan Sampah di Sekolah
Oleh : Dra Purwiastuti Kusumastiwi, MM
Kepala SMA Negeri 3 Palembang
Sampah merupakan produk sampingan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia setiap hari. Tiap orang di Indonesia, rata-rata menghasilkan sampah hampir 0,8 kg per harinya.
Kondisi ini jika tidak disikapi dengan bijak, maka sampah dapat menjadi masalah yang signifikan bagi kehidupan manusia.
Di antara masalah yang timbul dari keberadaan sampah yakni masalah sosial di lingkungan seperti terjadinya banjir.
Di Palembang baru-baru ini turun hujan sehari semalam yang menyebabkan tingginya genangan air yang melebihi batas normal. Kondisi demikian menimbulkan dampak terhadap dunia pendidikan --terlambatnya peserta didik atau pegawai datang ke sekolah maupun ke tempat kerja.
Hal itu semua disebabkan akses dari rumah ke sekolah-sekolah tersebut semuanya dilanda banjir.
Kalau mau dibilang seluruh tempat di kota Palembang terkena dampak banjir tersebut terlalu berlebihan.
Ada beberapa sekolah di kota Palembang yang akhirnya mengambil kebijakan meliburkan peserta didiknya karena tidak memungkinkan untuk diadakannya proses belajar mengajar.
Sebenarnya ini bukan masalah pemerintah saja, tetapi ini masalah kita atau masyarakat kota Palembang secara keseluruhan dan harus secepatnya diambil cara untuk mengantisipasi masalah lingkungan ini.

Salah satu cara yang dapat kita pergunakan untuk membantu adalah melalui pengelolaan sampah atau pemilahan sampah.
Pemilahan sampah ini menjadi awal yang baik bagi masyarakat dalam pengolahan sampah yang semakin maju.
Seiring bertambahnya kesadaran manusia akan kepeduliannya terhadap penyelamatan bumi terutama dalam masalah sampah.
Di bawah ini adalah beberapa contoh manfaat pemisahan sampah organik dan anorganik:
1. Pengurangan kuota sampah Seperti yang kita ketahui, sampah-sampah banyak menumpuk di tempat pembuangan akhir.
Sebenarnya kita masih bingung cara mengurangi tumpukan sampah tersebut sementara konsumsi masyarakat
semakin meningkat.
Dengan pemisahan ini secara tidak langsung dapat membantu masalah tersebut.
Sampah-sampah organik akan lebih cepat membusuk jika dikelompokkan sesamanya.
Kalau sampah-sampah anorganik, dengan pengelompokkan sampah yang demikian sampah menjadi lebih bersih dan mendorong masyarakat untuk lebih bersemangat memanfaaatkan sampah untuk di daur ulang contohnya plastik.
2. Melakukan pendaur ulang-an sampah.
Masyarakat sekarang ini menjadi lebih kreatif dengan segala ide pendaur ulang-an sampah yang marak belakangan ini.
Sebenarnya hal ini menjadi alasan yang paling kuat dalam pemisahan sampah.
Dalam pendaur ulang-an sampah diperlukan bahan yang bagus dan utuh sehingga bisa diolah dengan baik.

3. Memudahkan pendaur ulang-an sampah.
Seperti yang disebutkan diatas, sekarang ini sampah sudah banyak didaur ulang oleh masyarakat.
Dengan adanya pemisahan sampah ini, masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan bahan pendaur ulang-an sampah.
Mereka tidak harus memilah-milah di tumpukan sampah yang bercampur jadi satu.
Hal ini menjadi salah satu cara peng-efisiensian dalam pemilahan sampah.
4. Menambah pengetahuan Dengan adanya pemisahan tersebut, secara tidak langsung itu merupakan suatu pembelajaran baru bagi masyarakat.
Banyak masyarakat yang mungkin tidak tahu perbedaan sampah organik dan anorganik.
Dengan cara seperti itu masyarakat bisa mengetahui perbedaannya, alasan pemisahan sampah, dampak nya dan banyak hal lain yang mejadi pengetahuan baru bagi mereka.
Pengelolaan sampah sudah mulai dilakukan di sekitar kita, yaitu dengan menerapkan konsep pemilahan dan 3R.
Sekolah sebagai wadah berkumpul orang banyak, termasuk guru dan peserta didik ikut pula
menerapkan konsep tersebut.
Di sekolah-sekolah sudah mulai menerapkan cara untuk mengelola sampah tersebut.
Karena sangat memungkinkan sampah akan dapat membawa berkah juga bagi masyarakat kota Palembang yang memiliki mata pencaharian sedikit atau yang ekonominya lemah.
Asalkan dari diri pribadi mempunyai semangat dan kemauan untuk menambah income dari cara yang halal. Contoh atau bukti nyata sudah banyak kita lihat.
Baru-baru ini di televisi disiarkan bahwa banyak pemulung yang dapat merubah nasibnya dari pengelolaan sampah.
Tanpa malu-malu mereka memungut sampah yang ada di lingkungan, dikumpulkan dan selanjutnya sampah tersebut diolah menjadi barang-barang yang berguna. Kadang-kadang ada beberapa orang yang menyepelekan keberadaan pemulung tanpa menyadari peran mereka sangat besar untuk mengantisipasi terjadinya banjir.
Konsep 3R yang dilakukan adalah Re-use (Guna ulang) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah yang masih digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain, Reduce (Mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.
Recycle (Mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru.
Di sekolah, aplikasi pengelolaan sampah dapat dimulai dengan penyediaan fasilitas tong sampah yang berbeda untuk jenis sampah organik dan anorganik.
Seluruh komponen sekolah harus sepakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan bersama-sama mengawasi proses pemilahan saat pembuangan sampah.
Fasilitas tong sampah organik dan anorganik berfungsi sebagai tempat pemilahan awal sampah yang kemudian dapat diolah kembali menjadi produk baru.
Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos alami untuk dimanfaatkan sebagai pupuk taman di sekolah, sedangkan produk anorganik seperti kertas bekas dapat diolah menjadi kertas daur ulang yang dapat dimanfaatkan untuk mading (majalah dinding).
Bentuk pemanfaatan kembali sampah inilah yang merupakan aplikasi konsep 3R yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pembelajaran aplikasi ini dapat menunjukkan kepada siswa mengenai pentingnya menjaga lingkungan dari sampah dan merangsang siswa untuk belajar kreatif dalam pemanfaatan sampah.
Proses kesepakatan bersama juga menjadi hal penting dalam pengelolaan sampah, karena dapat menarik siswa untuk merasa dilibatkan dalam kegiatan menjaga lingkungan sekolah.
Budaya yang ditanamkan secara terus menerus dan diwariskan ke generasi-generasi peserta didik selanjutnya, dapat menjadi budaya positif bagi sekolah.
Proses kesepakatan ini dapat dilakukan melalui pembuatan piagam pengelolaan sampah dalam internal sekolah, melibatkan klub-klub esktrakurikuler dalam pengaplikasian pengelolaan sampah, membuat seminar-seminar percontohan penggunaan produk baru dari sampah dan melibatkan pihak-pihak terkait dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan sampah yang telah berjalan di sekolah.
Selain seminar, sangat mendukung sekali bila diadakan lomba-lomba dari hasil 3R.
Dan pelaksanaan ini jangan bersifat sementara tetapi pelaksanaannya secara berkelanjutan.
Sekolah menjadi motivator bagi peserta didik untuk dapat menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat luas.
Perlunya inovasi-inovasi atau penyuluhan--penyuluhan dari pemerintah akan dapat menjadi pendorong atau motivasi untuk masyarakat bahwasannya sampah dapat membawa berkah untuk kehidupan.
Lebih lanjut, pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab setiap orang.
Namun dengan penanaman nilai positif melalui sekolah, diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai model pembelajaran komunitas mereka di luar sekolah.
Dengan terciptanya hal ini, maka kesadaran dan tanggung jawab lingkungan oleh masyarakat luas dapat dipahami dengan lebih baik.
Dampak yang lain dari pengelolaan ini adalah berkurangnya sampah sehingga mengurangi tingkat pencemaran.
Tulisan di atas mudah-mudahan akan memberi manfaat bagi banyak orang, walaupun masih banyak yang belum merasakan manfaat tersebut.
Semuanya kembali kepada individu masing-masing, apakah sampah dianggap penting atau tidak.
Kepedulian masyarakat menjadi kunci utama penerapan ini.
Hal sepele seperti ini mungkin hanya berdampak kecil dalam penyelamatan bumi dari masalah sampah dunia.
Namun, hal kecil ini bisa berpengaruh besar jika semua masyarakat sadar dan menerapkannya dimanapun berada.
Mulailah dari diri sendiri untuk menjadi lebih baik.