Kisah Wafatnya Abu Thalib, Dibimbing Rasulullah Menjelang Ajal, Tapi Ini Yang Diucapkan Sang Paman

Abu Thalib-lah yang menanggung hidup Nabi setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat. Mulai dari usia 8 tahun hingga lebih dari 40 tahun.

Editor: ewis herwis
Ilustrasi 

"Demi Allah, akan kumohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang."

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

"Tidak patutu bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampunan kepada orang-orang musyrik." (QS. At-Taubah: 113).

Allah mengisahkan ayat ini tentang Abu Thalib. Dan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, allah Ta’ala berfirman,

‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki.’ (QS. Al-Qashash: 56). (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Tafsir al-Quran, Suratu al-Qashash, 4494 dalam Fath al-Bari).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada pamannya:

“Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, nanti akan kupersaksikan untukmu di hari kiamat.”

Abu Thalib menjawab,

“Kalau tidak khawatir dicela oleh orang-orang Quraisy. Mereka akan berkata, ‘Abu Thalib mengucapkan itu karena ia panik (menjelang wafat)’. Akan kuucapkan kalimat itu sehingga membuatmu senang.”

Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

‘Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak mampu menunjuki orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah-lah yang menunjuki siapa yang Dia kehendaki.’ (QS. Al-Qashash: 56). (Riwayat Muslim dalam Kitab al-Iman, Bab Awwalul Iman Qawlu: laa ilaaha illalllaah, 25).

Kesedihan Yang Mendalam

Menurut penulis -Allah yang lebih tahu hakikatnya- peristiwa ini adalah peristiwa paling menyedihkan yang dialami Rasulullah dalam hidupnya.

Memang benar, Rasulullah banyak mengalami musibah kehilangan orang-orang yang beliau cintai.

Beliau menyaksikan dua orang istrinya wafat sebelum dirinya, Khadijah dan Zainab bin Khuzaimah radhiallahu ‘anhuma.

Satu per satu anak-anak beliau wafat mendahului dirinya, kecuali Fatimah. Beliau juga kehilangan sahabat-sahabat dekat semisal Hamzah bin Abdul Muthalib, Abu Salamah bin Abdul Asad, Utsman bin Mazh’un, Saad bin Mu’adz, Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abu Thalib, dll. Radhiallahu ‘anhum.

Tapi, musibah kematian Abu Thalib berbeda. Kematian Abu Thalib ini lebih terasa berat. Mengapa? Karena sang paman yang sangat beliau cintai wafat dalam kekufuran.

Sedangkan keluarga dan sahabat-sahabatnya tadi wafat dalam keimanan.

Beliau -dengan izin Allah- tetap akan berjumpa dengan mereka di telaganya dan di surga kelak.

Adapun Abu Thalib, perpisahan dengannya adalah perpisahan untuk selama-lamanya.

Peristiwa wafatnya Abu Thalib ini memberikan pesan yang dalam pada kita bahwa segala perkara itu di tangan Allah.

Dia mengetahui yang tidak kita ketahui. Dia mengetahui mata-mata yang khianat dan apa yang tersembunyi di sanubari. Dia tahu, mana orang yang layak mendapat hidayah.

Seseorang itu tak hanya dipandang zahirnya, tapi batinnya jauh lebih penting.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada fisik kalian, tidak juga pada tampilan kalian. Akan tetapi ia melihat kepada hati kalian.” Nabi menunjukkan tangannya ke dada. (kisahmuslim.com)

Baca: Dianggap Cocok Dan Didoakan Berjodoh dengan Ariel Noah, Begini Tanggapan Syahrini

Baca: BERSIAP-SIAPLAH, Ini Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar Itu Datang Kepadamu

Baca: Detik-detik Desta Terjatuh Sampai Mencium Lantai Saat Live Acara Sahur, Ini Videonya, Bikin Ngakak!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved