Kisah Wafatnya Abu Thalib, Dibimbing Rasulullah Menjelang Ajal, Tapi Ini Yang Diucapkan Sang Paman

Abu Thalib-lah yang menanggung hidup Nabi setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat. Mulai dari usia 8 tahun hingga lebih dari 40 tahun.

Editor: ewis herwis
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM-- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling ridha terhadap takdir Allah.

Beliau adalah teladan, bagaimana selayaknya seseorang bersikap dalam menghadapi ujian hidup.

Tapi, beliau juga memiliki sisi manusia umumnya.

Merasakan apa yang dirasakan manusia biasa.

Beliau merasakan lapar, sakit, perih karena luka, dan bersedih.

Di antara peristiwa yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersedih adalah wafatnya paman beliau, Abu Thalib.

Terlebih sang paman wafat dalam keadaan masih memegang agama jahiliyah.

Abu Thalib adalah kerabat dan orang terdekatnya.

Abu Thaliblah yang mengasuh Nabi sejak berusia 8 tahun.

Saat sang kakek meninggal hingga Nabi berusia 40-an tahun.

Kedekatan yang luar biasa dengan sang paman terjalin sedari kanak-kanak hingga masa kenabian.

Saat Nabi Muhammad menerima wahyu dan mendakwahkannya. Cinta Abu Thalib kepada anak saudaranya itu tak berubah.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Walaupun ajaran yang dibawa sang keponakan bertentangan dengan keyakinannya. “Langkahi dulu mayatku, kalau berani mengganggu keponakanku”, kira-kira seperti itulah bentuk perlindungannya.

Ia bagaikan sosok seorang ayah yang melindungi.

Tidak heran, Nabi Muhammad sangat menginginkan hidayah untuknya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved