Menegangkan! Ini Detik-detik Teroris di Palembang Ditangkap, Ternyata Punya Niat Jahat Ini, Waspada

Diamankan di Palimo, detailnya belum bisa dijelaskan. Keduanya yakni AH dan HK yang saat ini masih menjalani pemeriksaan petugas

Penulis: Welly Hadinata | Editor: Candra Okta Della
kolasesripoku.com
2 Teroris ditangkap Densus 88 di Palembang 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dua terduga teroris diciduk petugas gabungan Densus 88 dan Polda Sumsel di wilayah hukum Polda Sumsel.

Keduanya yakni berinisial AH (37) dan HK (39), tercatat sebagai warga Pekanbaru Riau.

Kedua terduga teroris ini diamankan di kawasan Palimo KM 5 Palembang, Senin (14/5) pukul 17.00.

Diketahui keduanya ke Palimo, hendak menemui seorang dosen yang diduga kerabat keduanya.

Dari informasi dihimpun Sripoku.com, kedua terduga teroris ini nyaris lolos dari petugas.

Bahkan saat berada di kawasan Banyuasin, keduanya lolos dari pantauan petugas tim Densus 88.

"Diamankan di Palimo, detailnya belum bisa dijelaskan. Keduanya yakni AH dan HK yang saat ini masih menjalani pemeriksaan petugas," ujar Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara.

Dari hasil pemeriksaan petugas, diketahui kedunya berasal dari Pekanbaru Riau.

Keduanya berangkat dari Riau ke Jakarta, dengan misi untuk membebaskan napiter di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Jakarta.

Ketika itu napiter masih bertahan dan terkurung di Mako Brimob.

Penangkapan seorang teroris di Sidoarjo
Penangkapan seorang teroris di Sidoarjo (google)

Namun saat keduanya berada di Jakarta, ternyata napiter di Mako Brimob sudah menyerahkan diri.

Diketahui jumlah terduga teroris asal Riau ini ada tujuh orang, namun yang mampir ke Palembang hanya dua orang.

"Jadi sebelum pulang ke Riau dari Jakarta, mereka berdua ini mampir ke Palembang. Mereka ke Jakarta itu memang mau melepaskan ikhwan-ikhwan kelompok mereka yang ada di Rutan Mako Brimob, namun ternyata kelompok mereka sudah menyerahkan diri," ujar Zulkarnain.

Terkait siapa yang akan ditemui di Palembang, Zulkarnain menegaskan, keduanya hendak menemui seorang dosen.

Namun saat ini masih dalam pemeriksaan petugas.

Memang di wilayah Sumsel, masih ada sel-sel kelompok JAD.

Baca:

Bukan Cuma AIS, Ini 4 Anak Bomber yang Selamat Bom Bunuh Diri, Diselamatkan Tuhan, Begini Kondisinya

Netizen Pertanyakan dan Kritik Ceramah Ustad Abdul Somad Soal Bom Bunuh Diri & Mati Syahid, Kenapa?

"Keseharian AH dan HK ini di Riau, keduanya bekerja sebagai penjual makanan. Sepertinya keduanya memiliki jaringan yang sama dengan napiter di Rutan Mako Brimob. Pastinya saat ini kedua terduga teroris ini masih menjalani pemeriksaan petugas sesuai undang-undang terorisme selama tujuh hari," ujar Zulkarnain.

Alone Wolf

"Jangan biarkan teroris itu menjadi serigala penyendiri atau lone wolf, karena itu modus mereka dan bergerak secara silent," ujar Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara, Senin (14/5).

Ditegaskan jenderal bintang dua ini, wilayah Sumsel kondisinya aman dan terkendali.

Namun tetap waspada sehingga memang harus siaga dan jangan sampai jebol.

Pergerakan teroris susah ditebak dengan menjadi serigala yang berjalan sendiri mencari mangsa.

"Sumsel masih ada sel-sel kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Karena kita ketahui ada tahun 2016 ada dua atau tiga orang yang diamankan. Serta tahun 2017 ada delapan yang diamankan. Jadi kita tetap siaga," ujarnya.

TERDUGA TERORIS - Dua terduga teroris yang matanya ditutup ketika diamankan petugas di Mapolda Sumsel Jalan Jenderal Sudirman KM 4 Palembang, Senin (14/5/2018).
TERDUGA TERORIS - Dua terduga teroris yang matanya ditutup ketika diamankan petugas di Mapolda Sumsel Jalan Jenderal Sudirman KM 4 Palembang, Senin (14/5/2018). (istimewa)

Diketahui Polda Sumsel masih memburu enam orang terduga teroris yang masih berkeliaran.

Jika tak segera ditangkap, mereka dikhawatirkan akan menjadi lone wolf, istilah bagi pelaku tunggal teror.

Zulkarnain mengatakan, enam buronan teroris itu kabur dalam penggerebekan sarang teroris di Kabupaten Muaraenim beberapa bulan lalu.

Mereka adalah kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang bermarkas di Jawa Barat.

Posisinya tidak diinformasikan, tetapi mereka masih ada.

Buronan teroris tetap terus di diawasi dan akan ditangkap. Sebab, mereka bisa saja merangkul anggota baru dan melakukan aksi teror.

Pengawasan terhadap sel-sel teroris ini dikoordinasikan dengan Densus 88 karena memiliki teknologi dalam memonitor pergerakan.

Saat ini ada sembilan narapidana teroris yang berada di Sumsel.

Empat diantaranya sudah dibebaskan dan sudah dilakukan deradikalisasi.

Polisi masih berkomunikasi baik dengan mereka dan memantau secara tidak langsung keseharian mereka.

"Untuk pengamanan selain di markas komando, kami pun melakukan patroli di tempat-tempat strategis. Kita tetap siaga dan tidak mau jebol," ujar Zulkarnain.

Terkait kembali terjadinya aksi teror bom bunuh diri di Surabaya, penjagaan di Mapolda Sumsel diperketat.

Tampak belasan anggota polisi beratribut lengkap dengan rompi antipeluru dan senjata laras panjang menjaga gerbang utama Mapolda Sumsel.

Sebelumnya Mapolda Sumsel memiliki tiga gerbang yang difungsikan untuk keluar masuk pengunjung.

Baca:

Kisah Detik-detik Tukang Parkir Hadang Avanza Berisi Bom, Tubuhnya Hancur Bikin Keluarga Histeris

Mengungkap Sosok AIS Anak Selamat Bom Bunuh Diri, Ternyata Sempat Lakukan Ini, Rencana Tuhan!

Namun kini hanya satu gerbang utama yang difungsikan sebagai pintu keluar masuk markas.

Setiap pengunjung yang mengendarai motor, akan diberhentikan terlebih dahulu, ditanya memiliki keperluan apa, dan digeledah barang bawaannya.

Jok motor dibuka, dan mereka diharuskan mendorong motornya hingga melewati penjagaan berlapis.

Sementara pengunjung berjalan kaki akan diperiksa seluruh barang bawaannya.

Pengunjung yang mengendarai kendaraan roda empat pun diharuskan turun dari mobilnya, membuka seluruh pintu termasuk pintu kap belakang.

Pendeteksi logam digunakan untuk pemeriksaan mobil.

Bahkan anjing polisi K-9 yang terlatih mengendus keberadaan bom pun diterjunkan ikut memeriksa para pengunjung.

Sementara itu Kapolresta Palembang Kombes Pol Wahyu Bintono Hari Bawono menambahkan, situasi di Palembang aman dan kondusif.

Pihaknya menambah jumlah personil untuk melakukan penjagaan di markas serta personil untuk patroli di lokasi-lokasi yang dirasa perlu penambahan penjagaan.

"Saya imbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh berita yang tersebar di media sosial. Polri sudah melakukan upaya antisipasi dan pencegahan untuk memberikan jaminan keamanan di Palembang," ujarnya.(bew/diw)

Mengapa Paham Teroris Beranak Pinak 

Pengamat Sosial Sumsel, Prof Abdullah Idi menilai paham agama yang salah alias paham radikal dan faktor ekonomi menjadi biang lahirnya bibit teroris di Indonesia.

Para teroris yang nekat melakukan pemboman atau rela menjadi bomber (pelaku bom bunuh diri, red) hampir rata-rata salah memaknai arti dari jihad.

Dengan pemahaman ilmu yang kurang mendalam menyebabkan mereka nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

"Paham yang terbatas membuat mereka melakukan aksi pemboman. Karena agama manapun tak ada yang mengajarkan pengikutnya menyakiti manusia yang lain," ujarnya.

Tak hanya mengenai paham agama yang salah, faktor ekonomi, lingkungan dan keluarga juga jadi faktor penting masuknya paham yang salah kepada seseorang.

Dalam keadaan yang kalut karena tak memiliki uang, keluarga yang carut marut serta lingkungan memiliki paham radikal membuat seseorang dengan mudah tercuci otaknya untuk menjadi seorang teroris.

"Di Surabaya pelaku pemboman merupakan satu keluarga, artinya paham yang mereka dapatkan sudah disebar langsung terhadap keluarganya," tegasnya.

Seorang napi teroris di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, yang menyerah usai kerusuhan yang terjadi di tahanan tersebut, Kamis (10/5/2018).
Seorang napi teroris di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, yang menyerah usai kerusuhan yang terjadi di tahanan tersebut, Kamis (10/5/2018). (ist)

Abdullah Idi menyebut, seseorang dengan mudah termakan bujuk rayu untuk melakukan sesuatu hal apabila dalam keadaan terdesak khususnya apabila terhimpit faktor ekonomi.

Hal tersebut dapat dilihat dari oknum-oknum yang rela berjihad ke Timur Tengah dengan mendapatkan iming-iming hadiah untuk keluarga mereka apabila mau menjadi teroris.

"Terbukti banyak orang mau jihad karena faktor ekonomi, apabila di negara kita ekonominya sudah baik tentu warga tidak tertarik melakukan hal demikian," ujarnya.

Baca:

Bukan Teroris! Ahmad Dhani Blak Blakan Beberkan Siapa di Balik Layar Bom Bunuh Diri, Dhani Kenal?

Ini 4 Kisah Pencarian Korban Bom 3 Gereja di Surabaya, Ada Kakek Tergesa-gesa Mencari Cucunya, Pilu!

Maka dari itu ia menekankan kepada orangtua untuk memberikan pendidikan agama sejak dini secara mendalam berdasarkan kepercayaan masing-masing terhadap anak, mengontrol kegiatan kesehariannya serta mencari tahu lingkungan tempat si buah hati bermain

"Perkuat pendidikan agama sejak dini secara benar, agar anak-anak kita paham betul. Apabila telah diawasi dengan baik,  mudah-mudahan tak akan terjadi lagi aksi teroris," harapnya. (Sripoku.com/BEW/OCA)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved