Bom Bunuh Diri Surabaya
Bukan Cuma Ditolak Warga Begini Nasib Jasad Pelaku Bom Bunuh Diri 3 Gereja, Mengenaskan!
Bom di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati yang membawa dua anak perempuannya.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM - Dita Oepriarto menjadi otak bom bunuh diri di 3 gereja Surabaya.
Bersama istrinya Puji Kuswati (43), anaknya Yusuf Fadhil (18) Firman Halim (16) Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (9).
Bom bunuh diri awalnya terjadi di gereja Santa Maria Surabaya, kemudian menyebar kedua titik lain.
Dita Oeprianto meledakkan bom di Gereja Pantekosta, Jalan Arjuno.
Bom di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati yang membawa dua anak perempuannya.
Kedua anak laki-laki Dita meledakkan bom di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel.
Setelah ditetapkan menjadi pelaku, tak disangka masa lalu kelam Dita membawanya menjadi pelaku ektrem tersebut.
Kini dua hari setelah tewas ditempat usai melancarkan aksinya.
Nasib mengenaskan menimpa jasad mereka berenam.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan Keluarga Dita merupakan satu dari 500 pihak yang pulang dari Suriah Ke Indonesia.
Mereka bergabung dengan ISIS dan kembali ke Indonesia. Tito menjelaskan Dita merupakan sel dari Jemaah Ansorut Daulah (JAD).
"Yang kembali dari Suriah 500,termasuk di antaranya keluarga ini," ujar Tito saat konfrensi pers di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu (13/5).
Salah satu tetangga Dita tak mengira pria yang berprofesi sebagai distributor obat herbal ini adalah pelaku bom bunuh diri.
Baca:
Diduga Gangguan Jiwa, Pria di Martapura Ini Tega Bacok Istri hingga Tewas Bersimbah Darah
Bom Bunuh Diri - 5 Artis Ini Paling Berduka, No 4 Ajak Semua Orang Untuk Ngamuk Saatnya Perang!
"Terakhir saya ketemu kemarin, pulang dari musala. Dan beliau selalu menyapa, setelah itu tak berbicara banyak. Tapi selalu menyapa," katanya.
Cara berpakaian keluarga yang tinggal di Wonorejo Asri, Rungkut ini juga biasa saja.
"Kalau istrinya jarang keluar, tapi tak mencurigakan. Nggak pakai cadar juga, yang sering keluar adalah dua anaknya yang perempuan, main sepeda keliling komplek," lanjut Unjung.
Sedangkan kedua anak laki-laki Dita selalu berboncengan menuju ke musala. Kelimanya dikenal rajin salat berjamaah di musala setempat.
Baik keluarga Dita maupun Puji pun syok dengan aksi yang mereka lakukan. "Kami sekeluarga syok, ibu dan bapak saya juga syok. Kami tak menyangka dia (Dita) melakukan itu," kata Dentri, adik Dita saat ditemui detikcom di rumahnya.
Sayangnya, Dentri enggan bercerita banyak terkait kepribadian kakaknya. Dia berdalih sudah lama tak bertemu dengan kakak kandungnya itu.
Hanya, dia mengaku kesal atas ulah Dita yang dengan tega mengajak keempat anaknya melakukan aksi bom bunuh diri.
Ditambah lagi, kini ketenangan keluarganya terganggu setelah menjadi sorotan banyak pihak terkait aksi Dita.
"Otak dia ditaruh mana, kok tega ngajak anak melakukan itu," tuturnya.
Bahkan keluarga Puji tak bisa ditemui. Yang ada hanya perwakilan keluarga yang memberikan keterangan didampingi Kepala Desa Tembokrejo.
Mendengar kabar Puji Kuswati, sebagai pelaku terorisme bom bunuh diri, pihak keluarga langsung syok.
"Semua masih syok, mereka baru tahu dari siaran berita tadi malam," ungkap Rusiono, perwakilan keluarga.
Keluarga tidak pernah menduga nasib Puji Kuswati, beserta anak-anaknya, berakhir tragis.
Keluarga makin prihatin karena mobil Toyota Avanza yang digunakan Dita untuk melakukan serangan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna, dibeli di Banyuwangi.
"Ini mungkin mobil yang ketiga yang diberikan ke Puji. Dua mobil sebelumnya dijual. Tidak jelas karena apa dijual," kata Rusiono.

Kemudian, keluarga di Banyuwangi kembali membelikan mobil, tanpa diberikan BPKB. Mobil ini yang diduga digunakan untuk meledakkan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS).
"Keluarga kecewa, karena dua kali dibelikan mobil, lalu dijual dengan alasan yang kurang jelas. Akhirnya, dibelikan lagi, tapi tidak diberi BPKB. Mobil itu yang diduga dipakai pelaku," tambahnya.
Meski sejak kecil diasuh saudara orangtuanya di Magetan, kata Rusiono, keluarga di Banyuwangi selalu peduli dengan keluarga Puji Kuswati.
Bahkan, pelaku sempat dibelikan rumah seharga Rp 600 juta di Surabaya.
"Semua untuk kepentingan keluarga Puji. Sempat juga memberi kabar jika akan menjual rumahnya, katanya tidak jelas," tambahnya.
Baca:
Rela Korbankan Anak Sendiri, Menyedihkan Ini Pesan Rahasia Bom Bunuh Diri Surabaya, Ya Allah Kejam
Merinding! Ternyata Ini Cara Puji Kuswati Rayu 4 Anaknya Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri, Pantes Tergiur
Ditolak di Banyuwangi
Setelah jenazah Dita dan keluarganya dievakuasi, rencananya mereka akan dimakamkan di TPU Tembok Gede, Jalan Tembok, Gang Kuburan, Tembok Dukuh.
Pemakaman ini letaknya tak jauh dari rumah orang tua Dita.
Namun sebagian warga menolak jika jenazah Dita dimakamkan di wilayah mereka.
"Saya hanya dengar bisik-bisik, ada warga yang tak mau Pak Dita dimakamkan di sini," ungkap Ketua RT 8 RW 1 Abdul Hamid.
Warga RW 1 Kelurahan Tembok Dukuh, Bubutan, Surabaya pun menggelar rapat untuk membahas rencana pemakaman Dita.
Warga di lingkungan rumah orang tua Puji di Banyuwangi juga menolak menerima jenazah wanita ini.
Mereka beralasan Puji bukan warga desa setempat.
"Puji bukan warga Banyuwangi. Ya, seharusnya ikut dengan suaminya di Surabaya untuk dimakamkan," jelas Rusiono
Tak hanya itu, keluarga Puji sendiri pun tak berharap jenazah pelaku dan kedua anaknya itu dimakamkan di Banyuwangi.
Meskipun punya hubungan darah, kata Rusiyoni, pelaku tidak lagi dianggap sebagai anggota keluarga. Sebab, puji sudah lama berpisah lantaran diasuh oleh saudaranya.
Ditambah lagi keluarga sebelumnya tidak merestui hubungan dengan sang suami, Dita Oeprianto.
"Alasan lain, keluarga sebelumnya tak menerima perbedaan prinsip dan pandangan mengenai aliran yang dianut," ungkapnya.
Baca:
5 Bom Meledak dari 25, Kapolri Tito Karnavian: 500 Teroris Pulang dari Suriah, Waspada Lokasi Ini!
Gegara Tulisan di Celana Dalam AIS, Polisi Ungkap Fakta Mengejutkan Bom Bunuh Diri Surabaya
Ditolak Warga Surabaya
Usai ditolak di Banyuwangi, warga Makam Tembok Surabaya menolak pemakaman keluarga teroris.
Sejumlah warga setempat pada intinya tidak ingin pelaku teroris bom pengantin tersebut dimakamkam di tempat tersebut.
Fauzi (55) salah satu warga Jalan Makam Tembok Gede menuturkan, meski orang tua pelaku teroris pernah tinggal di daerah Jalan Kranggan Surabaya, warga tetap menolak pelaku dimakamkan di Makam Tembok Gede Surabaya.
"Kami tetap menolak sebab, pelaku sudah meresahkan masyarakat Surabaya dan sekitarnya terkait peledakkan bom di tiga gereja," tuturnya, Senin (14/05/2018).
Masih menurut Fauzi, meski ada informasi salah satu orang tua keluarga teroris pernah tinggal di daerah Jalan Kranggan Surabaya. Namun, sudah pindah sangat lama dan bukan lagi warga Jalan Kranggan.
"Kendati orang tuanya pernah disini, kami intinya tetap menolak karena perbuatanya sudah merugikan banyak korban yang tak berdosa," paparnya.
Begini Nasibnya Sekarang
Polisi mengatakan bahwa pemerintah akan memakamkan jenazah keluarga pelaku bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, Jawa Timur, jika keluarga tetap menolak memakamkan mereka.
Keluarga besar pelaku menolak memakamkan jenazah Dita Oepriarto (47) dan istrinya Puji Kuswati (48) beserta keempat anaknya yakni Yusuf Fadil (18), Firman Halim (16), Fadhila Sari (12), dan Pamela Riskita (9) yang meledakkan bom di tiga gereja yang berbeda di Surabaya pada Minggu pagi.
"Tidak bisa dipaksakan. Kalau menolak, itu hak keluarga. Nanti pemerintah yang memakamkan," ucap Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Jakarta, Senin malam.
Dia mencontohkan bahwa di Jakarta ada Taman Pemakaman Umum Pondok Rangon, Cipayung, Jakarta Timur, yang sering dijadikan tempat peristirahatan terakhir bagi jasad tak dikenal maupun ditolak.
Sebelumnya, keluarga besar pelaku yang berada di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menolak untuk mengebumikan jenazah keenam pelaku dengan alasan para pelaku tercatat sebagai warga Surabaya, bukan warga Banyuwangi.
Mereka menilai alangkah baiknya keenamnya dimakamkan sesuai alamatnya di Surabaya.
Selain pihak keluarga, warga dan kepala desanya juga menolak dengan alasan yang sama
Baca: Keren! Pria Ini Siapkan Uang Cash 1 Miliar, Siapapun Bisa Tangkap Dalang Bom Bunuh Diri Surabaya
Mayat Orang Yang Tewas Bunuh Diri Perlukah Disolatkan? Begini Penjelasan Ustaz Abdul Somad
Ustaz Abdul Somad, Lc., MA. juga dalam dakwanya pernah mendapatkan pertanyaan serupa.
Ia pun memberikan penjelasan mengenai orang yang meninggal dengan tidak wajar seperti bunuh diri.
Ustad Abdul Somad, Lc., MA. mengatakan bahwa orang yang meninggal karena bunuh diri tetap disolatkan.
Adapun dalinya yakni pada saat nabi mendatangi orang yang meninggal karena bunuh diri, Rasulullah membiarkan sahabatnya menyolatkannya tapi Rasulullah SAW tak mau menyolatkannya.
Rasulullah SAW tak mau menyolatkan bukan berarti Beliau mengharamkannya, seandainya diharamkan, pasti Rasulullah melarangnya.
Rasulullah bertindak demikian sebagai teguran bagi orang yang bunuh diri, bahwa tindakan tersebut merupakan salah satu yang dibenci oleh Allah dan Rasulnya.
Adapun tetap disholatkan disini mempunyai pengecualian yaitu kecuali orang yang bunuh diri tersebut sebelumnya ia adalah murtad.
Seperti ia menyatakan tak percaya bahwa Tuhan itu ada lalu ia meninggal dunia, maka orang seperti ini meninggalnya tak perlu disolatkan karena ia sudah murtad sebelum ia bunuh diri.
Dalam islam bunuh diri mutlak sangat dilarang karena termasuk dosa besar, karenanya Rasulullah tak mau menyolatkan orang yang mati dikarenakan bunuh diri.
(Sripoku.com/Candra)