Bom Bunuh Diri Surabaya
Bukan Cuma Ditolak Warga Begini Nasib Jasad Pelaku Bom Bunuh Diri 3 Gereja, Mengenaskan!
Bom di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro diledakkan oleh istri Dita, Puji Kuswati yang membawa dua anak perempuannya.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
"Kalau istrinya jarang keluar, tapi tak mencurigakan. Nggak pakai cadar juga, yang sering keluar adalah dua anaknya yang perempuan, main sepeda keliling komplek," lanjut Unjung.
Sedangkan kedua anak laki-laki Dita selalu berboncengan menuju ke musala. Kelimanya dikenal rajin salat berjamaah di musala setempat.
Baik keluarga Dita maupun Puji pun syok dengan aksi yang mereka lakukan. "Kami sekeluarga syok, ibu dan bapak saya juga syok. Kami tak menyangka dia (Dita) melakukan itu," kata Dentri, adik Dita saat ditemui detikcom di rumahnya.
Sayangnya, Dentri enggan bercerita banyak terkait kepribadian kakaknya. Dia berdalih sudah lama tak bertemu dengan kakak kandungnya itu.
Hanya, dia mengaku kesal atas ulah Dita yang dengan tega mengajak keempat anaknya melakukan aksi bom bunuh diri.
Ditambah lagi, kini ketenangan keluarganya terganggu setelah menjadi sorotan banyak pihak terkait aksi Dita.
"Otak dia ditaruh mana, kok tega ngajak anak melakukan itu," tuturnya.
Bahkan keluarga Puji tak bisa ditemui. Yang ada hanya perwakilan keluarga yang memberikan keterangan didampingi Kepala Desa Tembokrejo.
Mendengar kabar Puji Kuswati, sebagai pelaku terorisme bom bunuh diri, pihak keluarga langsung syok.
"Semua masih syok, mereka baru tahu dari siaran berita tadi malam," ungkap Rusiono, perwakilan keluarga.
Keluarga tidak pernah menduga nasib Puji Kuswati, beserta anak-anaknya, berakhir tragis.
Keluarga makin prihatin karena mobil Toyota Avanza yang digunakan Dita untuk melakukan serangan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna, dibeli di Banyuwangi.
"Ini mungkin mobil yang ketiga yang diberikan ke Puji. Dua mobil sebelumnya dijual. Tidak jelas karena apa dijual," kata Rusiono.

Kemudian, keluarga di Banyuwangi kembali membelikan mobil, tanpa diberikan BPKB. Mobil ini yang diduga digunakan untuk meledakkan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS).
"Keluarga kecewa, karena dua kali dibelikan mobil, lalu dijual dengan alasan yang kurang jelas. Akhirnya, dibelikan lagi, tapi tidak diberi BPKB. Mobil itu yang diduga dipakai pelaku," tambahnya.