Cerita Haru Pelaksanaan UNBK SMP, Tetap Semangat Ujian Meski Harapan Jadi Polisi Kandas
"Sudah tak ada harapan lagi kalau mau jadi polisi. Paling tidak dengan sekolah ini bisa meraih masa depan yang cerah," ujarnya saat hendak
Penulis: Yuliani | Editor: Reigan Riangga
Laporan wartawan Sripoku.com, Yuliani
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Suasana berbeda cukup terlihat di SMPN 22 Pakjo Palembang, Selasa (24/4/2018).
Membaur dengan siswa lainnya, AU (17) salah seorang penghuni Lembaga Pendidikan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1A Palembang terlihat tegap saat tiba di SMPN 22 Palembang sekira pukul 10.15 WIB.
Anak didik lapas (Andikpas) ini terlihat percaya diri untuk mengikuti Ujian Nasional Kertas dan Pensil (UNKP) di hari kedua. Narapidana kasus penganiayaan tersebut mengaku bercita-cita ingin menjadi polisi.
Meski harapannya kandas, namun ia tetap semangat melanjutkan pendidikan yang sempat putus pada tahun 2014 silam.
Baca: Merasa Dirampok Pemerintah, Ratusan Warga Pagaralam Utara Geruduk Kantor DPRD Pagaralam
"Sudah tak ada harapan lagi kalau mau jadi polisi. Paling tidak dengan sekolah ini bisa meraih masa depan yang cerah," ujarnya saat hendak masuk mengikuti ujian sesi kedua.
Andikpas yang menjalani masa tahanan selama 4 tahun ini, mengaku cukup mendapat pendidikan selama berada di dalam Lapas. Ia bersama 12 anak lainnya diberikan buku untuk belajar di dalam tahanan.
"Ada juga seragam sekolah, sepatu dan buku diberikan secara cuma-cuma sehingga kami bisa belajar untuk persiapan ujian ini," ungkapnya.
Baca: Tiga Lembaga Diminta Duduk Bareng Sepakati Penempatan TPS di Bordertown Tegalbinangun
Sementara itu, Kasubsi Pendidikan dan Keterampilan LPKA Kelas 1A Palembang, F Jusep menyebutkan ada 13 anak yang mengikuti ujian dari Lapas Anak, terdiri dari 10 anak masih dalam tahanan dan 3 anak sudah bebas.
"Kita memfasilitasi seluruh kebutuhan belajar selama berada di dalam tahanan termasuk buku untuk mereka belajar," jelasnya.
Baca: Jukir Minta Uang Lebih Pada Pengendara di Palembang, Hukuman Penjara Tiga Bulan Menanti
Tak hanya itu, pihaknya juga menciptakan suasana Lapas seperti pesantren. Dengan harapan agar selama belajar akan merasa nyaman.
"Anggap saja berada di dalam pesantren atau asrama, lupakan seluruh kasus yang pernah dialami. Tujuannya tiada lain agar mereka merasa nyaman belajar di dalam Lapas," terangnya. (*)