5 Bahan Berbahaya Ini Digunakan Sebagai Campuran Miras Oplosan, Penyebab Keracunan dan Kematian
Hanya berpikir tentang kesenangan, tapi tak sadar bahwa miras oplosan dapat merenggut nyawa.
Metanol juga merupakan bahan yang sangat beracun bagi manusia. Konsumsi sebesar 10 ml saja dapat menyebabkan kerusakan saraf mata.
Jika dikonsumsi lebih dari itu, dapat timbul efek keracunan skala berat hingga menyebabkan kematian.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan aditif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan industri.
Penambahan metanol disebut memberikan keuntungan bagi para peracik miras oplosan, karena menghindarkan pajak industri yang dikenakan ketika memakai etanol.
Padahal, biasanya etanol menjadi bahan utama untuk minuman keras yang biasa dikonsumsi.
Menurut Roy Sparingga, mantan ketua Badan Pengendali Obat dan Makanan (BPOM) lewat cuitannya di Twitter, minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau tanpa destilasi.
Miras oplosan menggunakan alkohol technical grade yang mengandung metanol, sangat berbahaya! Apalagi miras oplosan ada yang sengaja ditambah metanol atau spiritus yang sulit dibedakan oleh masyarakat.
Tidak seperti dulu, bahan ini sengaja diberi pewarna agar tidak disalahgunakan.
2. Aseton
Dalam kehidupan sehari-hari, aseton biasa digunakan sebagai pelarut seperti perlarut cat, minyak, lilin, resin, plastik, lem, dan masih banyak lagi.
Selain itu, aseton juga dimanfaatkan untuk pembersihan dan pengeringan.
Dalam industri rumah tangga dan kosmetik, aseton dimanfaatkan untuk beberapa produk seperti pembersih alat-alat rumah tangga, deterjen, pembersih cat kuku, pembersih cat, dan lain-lain.
Meski sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, aseton juga dapat menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh manusia.

Keracunan aseton biasa disebut dengan ketoasidosis yang terjadi apabila jumlah aseton dalam tubuh melebihi ambang batas normal.
Keracunan aseton juga bisa berasal dari dalam tubuh (seperti pada kondisi medis yang bersifat metabolik seperti diabetes tipe 1 dan tipe 2) maupun dari lingkungan sekitar.