Harga Naik Tinggi, Petani 'Perkosa' Singkong Racun di Bawah Umur

Harga singkong racun di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, kembali mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir

Penulis: Evan Hendra | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/EVAN HENDRA
Salah satu petani di Kabupaten OKU Timur menanam singkong racun. Harga singkong racun saat ini kembali mengalami kenaikan hingga Rp 1.040 per kilogram. 

Laporan wartawan Sriwijaya Post, Evan Hendra

SRIPOKU.COM, MARTAPURA - Harga singkong racun di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, kembali mengalami kenaikan sejak beberapa hari terakhir hingga mencapai Rp 1.040 per kilogram.

Harga tersebut tentu saja membuat petani sumringah mengingat beberapa berapa bulan sebelumnya harga singkong racun anjlok hingga Rp 600 per kilogram.

Menurut Anshori, salah satu petani singkong di Kabupaten OKU Timur, Senin (26/2/2018), saat ini singkong racun kembali menjadi primadona masyarakat karena harga yang terus mengalami kenaikan dalam tiga hari terakhir.

Tiga hari sebelumnya harga singkong racun per kilogram hanya Rp 1.010 dan saat ini mengalami kenaikan menjadi Rp 1040 per kilogram.

Kenaikan tersebut tentu saja memicu petani untuk melakukan pemanenan lebih awal Kendati usia singkong masih belum pantas untuk dipanen.

Seyogyanya usia singkong racun untuk dipanen mulai dari delapan hingga 12 bulan namun saat harga cukup tinggi petani melakukan spekulasi dengan melakukan pemanenan meskipun usia singkong racun baru sekitar enam bulan.

Petani di OKU Timur yang mulai memanfaatkan lahan mereka untuk menanam singkok racun
Petani di OKU Timur yang mulai memanfaatkan lahan mereka untuk menanam singkok racun (SRIPOKU.COM/EVAN HENDRA)

Baca: Raup Keuntungan Puluhan Juta dari Singkong Racun

"Istilah keren di sini, 'diperkosa' walaupun belum cukup umur.

Saat ini harga singkong cukup tinggi hingga diatas Rp.1000 per kilogram.

Akhir tahun lalu harga singkong anjlok hingga Rp 600 per kilogram.

Tentu saja saat ini petani sangat senang bahkan banyak ya kembali membuka lahan untuk menanam singkong yang sebelumnya sempat menghentikan aktivitas menanam singkong karena harga yang anjlok," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved