Kisah Sedih 6 TKW asal NTB yang Berhasil Kabur dari Turki, Disiksa, Dilecehkan sampai Kawin Kontrak

Mereka berenam adalah TKW yang berani mengambi risiko melarikan diri dari tempat mereka disekap di Turki.

KOMPAS.com/FITRI RACHMAWATI
TKW ini adalah korban perdagangan orang yang berhasil melarikan diri bersama lima TKW lainnya, dari tempat mereka disekap di Turki. Mereka telah dipukangkan ke kampung halaman dan tiba Jumat (23/2/2018) ini. 

JN, TKW lainnya yang telah bersepakat melarikan diri, meminta kawan-kawannya untuk bersiap kabur.

Mereka hanya memiliki waktu 5 menit untuk keluar dari tempat mereka disekap.

“Kami harus menuruni tangga besi yang kecil dan licin dari lantai dua apartemen tempat kami disekap.”

“Waktu kami hanya 5 menit.”

“Jika lebih dari itu, kami akan ketahuan dan mendapat siksaan dari agensi,” kata JN.

Mereka kabur karena selain karena tak ada kejelasan akan dipekerjakan di mana, juga khawatir dan takut mengingat sudah ada TKW yang disiksa dan dianiaya, dilecehkan, dan diminta menjadi istri kontrak oknum agensi.

“Jika tahu kejadiannya akan seburuk ini, kami tak akan pernah menginjakkan kaki ke Turki.”

“Apalagi, Turki yang disebut-sebut sebagai negera tujuan dengan upah yang bisa mencapai Rp. 4 juta per bulan hanyalah tipuan hingga akhirnya kami merasakan penderitaan yang menyakitkan,” Kata SY, TKW yang pernah mengadu nasib sebelumnya di Timur Tengah ketika berusia 14 tahun.

“Saya selalu diminta ke kamar berbeda, saya diajak kawin kontrak tapi saya menolak, dan akhirnya saya melarikan diri.”

“Kalau tidak, apa yang akan terjadi saya tidak tahu,” sambung SY yang menutup sebagian wajahnya dengan masker.

===

SY mengaku pernah bekerja di Yordania ketika masih di bawah umur.

Pulang dari Yordania, dia membawa uang lebih dari Rp. 100 juta.

Selama bekerja, ia mengirim uang untuk membuat rumah dan tanah 1,5 hektar yang ditanami padi hingga kini.

“Saya mau mengulangi keberuntungan saya karena saya mau hidup cukup bersama anak saya.”

“Saya sudah bercerai dengan suami saya karena itu saya coba bekerja ke luar negeri lagi,” katanya.

Keenam TKW itu menceritakan pengalaman mereka saat melarikan diri.

Hampir semuanya tak ada yang mengunakan alas kaki.

Barang bawaan pun ditinggalkan.

Hanya pakaian melekat di badan, paspor, serta sedikit uang yang mereka bawa sebagai bekal

 Melarikan diri tak mudah bagi mereka.

Bertanya kepada polisi Turki tak ada yang merspons apalagi membantu, mereka juga terkendala bahasa.

Hingga akhirnya mereka bertemu polisi Irak yang membantu mereka ke KBRI.

“Kami ditampung di KBRI.”

“Kami dibantu di sana.”

“Kami kabari mereka bahwa masih banyak TKW NTB yang masih disekap.”

“Ada yang patah tulang iganya karena disiksa, semua kami ceritakan,” kata SY.

Menyaksikan kengerian yang mereka alami di Turki, JN yang juga seorang perawat, meminta Gubernur NTB, Zainul Majdi, dan Presiden Jokowi untuk benar-benar menutup jalan pengiriman TKW ke Timur Tengah karena di sana para pahlawan devisa itu hanya disiksa.

“Pada Pak Jokowi, bukalah lapangan kerja untuk kami agar kami tidak mengharapkan bekerja di luar negeri.”

“Kami punya ijazah, tapi tak ada lowongan pekerjaan, dan jika ada, gajinya sangat kecil,” kata JN, yang diamini SAK.

===

Apresiasi Polda NTB

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) NTB, Ratnaningdiah, yang mendampingi mereka selama dalam pemulihan psikis dan trauma mengatakan, apa yang dialami TKW ini sebenarnya bukan hal baru lagi.

Sudah banyak kasus serupa dan selalu terulang.

Karena itu, P2TP2A sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Ditreskrimum Polda NTB, terutama langkah AKBP Pujawati, yang sampai melakukan investigasi ke Turki, mengungkap jaringan TPPO ini.

“Kami sebagai pemerintah sangat terbantu dengan langkah progresif yang dilakukan tim penyidik Polda NTB ini,” kata Ratna.

Jaringan ini memang kerap melakukan aksinya di kantong-kantong TKI di NTB.

Ini yang harus diwaspadai oleh semua pihak, terutama para TKI atau TKW.

“Jangan mudah tergiur iming-iming dan janji palsu, sampai di negeri orang akan mengalami nasib buruk.”

“Ini masih banyak TKW kita yang masih disekap di Turki dari pengakuan mereka yang melarikan diri,” katanya.

===

Tekong Lokal Jaringan Agen Internasional

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

Kasubdit IV Direskrimum Polda NTB, AKBP I Made Pujawati menjelaskan, enam TKW, masing-masing SAK (20), SY, S dan JN (21) serta SK dan LK (19), dipulangkan ke kampung halamannya di Dompu setelah sebulan berada di Mataram untuk dimintai keterangan dan menjalani terapi psikis.

Menurut Puja, pengakuan keenam TKW ini sangat mengejutkan.

Mereka bukan hanya mengalami penyiksaan fisik dan pelecehan seksual, tetapi juga kekerasan psikis selama berada di penampungan di Turki.

“Kami pulangkan korban karena bagaimanapun korban membutuhkan suasana psikologis yang lebih baik ketika mereka bertemu dengan keluarga mereka masing-masing.”

“Tetapi, kami sudah tekankan pada korban untuk tetap kooperatif komunikasi dengan kami dari penyidik karena masih banyak keterangan yang kami butuhkan untuk klarifikasi dalam rangka mengungkap perkara ini secara terang benderang,” kata Pujawati.

Berdasarkan investigasinya bersama tim di Direskrimum Polda NTB, Puja mengatakan, meskipun telah berhasil menangkap tekong yang merupakan sindikat perdagangan orang berjaringan internasional di Turki, pihaknya kesulitan mengeksekusi mereka yang terlibat jaringan internasional ini.

“Kita mendapatkan kendala di sana (Turki) ketika kepolisian Turki belum melangkah untuk melakukan investigasi secara mendalam, dan sementara orang-orang yang disebutkan jaringan internasional ini memiliki perusahaan yang legal di Turki.”

“Ini kendala kita, termasuk pihak KBRI di Turki sulit mengungkap ini,” kata Puja.

===

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu TKW di Turki, Ditumpuk seperti Kucing dan Disiksa hingga Tulang Iga Patah".

Penulis : Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati

Editor : Farid Assifa

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved