Sempat Bikin Heboh Dunia Maya. Sekarang Begini Kondisi Keluarga Miskin Asal OKU Selatan Ini
Bahkan pria ini sempat dibilang pemalas oleh istri orang nomor satu di Kabupaten OKU Selatan
Penulis: Alan Nopriansyah | Editor: Sudarwan
Laporan wartawan Sriwijaya Post, Alan Nopriansyah
SRIPOKU.COM, MUARADUA - Setelah sempat viral sebagai keluarga kurang mampu sebulan lalu, kini kehidupan Jiwit mencoba memanfaatkan bantuan yang ada.
Bantuan kemanusiaan yang ia terima tidak hanya dari dalam daerah akan tetapi dari luar daerah seperti dari Kota Palembang dan Baturaja (OKU) serta dari dari dalam daerah OKU Selatan.
Bantuan pun beragam dalam bentuk uang tunai, sembako, pakaian dan dua unit sepeda seken yang diberikan warga untuk anak Jiwit pergi sekolah setelah sempat putus sekolah.
Baca: Heboh Istri Bupati OKUS Tulis Pernyataan Mengejutkan di Medsos Soal Jiwit, Keluarga Miskin Asal OKUS
Baca: Istri Bupati OKU Selatan Berikan Klarifikasi tentang Tudingan Warga Miskin Asal OKUS disebut Pemalas
Menurut Jiwit, bantuan yang diberikan warga kepada keluarganya sangat bermanfaat.
Setidaknya dapat membantu ekonomi keluarga dan yang paling membuat Jiwit senang putrinya Vera dengan adanya bantuan sepeda kembali bersemangat untuk pergi sekolah.
"Dengan ada bantuan sepeda ia (Vera) sangat bersemangat pergi ke sekolah.
Pagi-pagi sudah bangun untuk mandi dan bergegas ke sekolah," ujar Jiwit kepada Sripoku.com, Rabu (24/1/2018) siang.
Baca: Sering Di-bully Teman Sekolah karena Miskin, Bocah SD Asal OKUS Ini Terpaksa Putus Sekolah
Baca: Viral di Dunia Maya. Keluarga Miskin Asal OKUS Ini Banjir Simpati Netizen. Ingin Bantu? Ini Caranya
Putrinya kembali ke sekolah merupakan kebahagian tersendiri bagi Jiwit.
Sedangkan anaknya Bambang akan dimasukan ke sekolah pada tahun depan, untuk menunggu usia yang lebih tepat.
"Melihat dia kembali sekolah itu sudah kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan apapun," ujar Jiwit.
Anaknya tersebut kembali sekolah duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD) tanpa menggunakan biaya.
Sedangkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) masih diurus Kepala Sekolah.
Jarak antara rumah dengan sekolah lumayan jauh, sehingga sepeda yang diberi warga yang ia gunakan untuk pergi ke sekolah.
Untuk menyambung kehidupannya Jiwit berencana akan menanam jagung dengan bibit dari uang yang ia sisihkan dari bantuan warga.
Ia akan menyewa setengah hektare lahan jagung yang berada di samping kediamannya.
Kemudian untuk keperluan air bersih ia mendapat hibah dari PDAM setempat yang tinggal menunggu realisasinya.
Rumah gubuk tempat tinggalnya pun sudah lebih layak.
Ia membeli papan untuk digunakan sebagai dinding gubuk sehingga lebih luas pada bagian dalam rumah.
Untuk Kartu Indonesia Sehat (KIS) memang sedang dalam proses pembaharuan data sehingga belum diterima Jiwit.
Hal itu dijelaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) OKU Selatan Drs Herman Azedi, SKM, MM bahwa pihaknya akan segera memberikan kartu KIS kepada keluarga Jiwit.
"Akan segera diberikan. Kemarin memang sempat dilakukan pembaharuan dan apabila sudah dikeluarkan pihak BPJS langsung kuta berikan," ungkapnya Rabu (24/1/2018).
-==========
Sungguh Miris. Tinggal di Gubuk Darurat, Keluarga Miskin di OKUS Ini Kadang Seharian tak Makan
Miris yang dialami keluarga kurang mampu, Jiwit (51) yang tinggal bersama keempat anggota keluarganya di sebuah gubuk yang berukuran 4x2 meter persegi.
Di dalam gubuk yang bersebelahan dengan kadang ayam tersebut tempat Jiwit bersama istri, Evi Susanti, dan ketiga buah hatinya tinggal.
Dinding gubuk darurat yang telah ditutup beberapa lembar plastik tersebut milik tuan kebun yang ia tumpangi.
Gubuk yang persis berada di Desa Pelangki Kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan yang berjarak 100 meter dari Desa Pelangki menjadi tempatnya berteduh dari air hujan dan terik mentari.
Dari penjelasan warga Desa Pelangki, Yudi, keluarga yang terdapat anak balita tersebut terkadang kesehariannya tidak memasak karena tidak mempunyai persediaan beras.
"Keluarga Pak Jiwit terkadang kesehariannya tidak memasak karena kehabisan persedian beras," ujar Yudi.
Pantauan Sripoku.com di lapangan tak banyak peralatan rumah tangga yang terdapat di gubuk tersebut.
Hanya terdapat teko dan panci yang tersedia di gubuk tanpa pintu penutup itu.
Lantai gubuk yang hanya beralaskan papan dan dilapisi selembar tikar yang sudah lapuk tempat kelima anggota keluarga itu tidur.
Jiwit yang merupakan kepala keluarga di rumah tangga tersebut tak punya pekerjaan yang pasti.
Terkadang kesehariannya mencari umbut dan sayur pakis untuk dijual yang bisa menghasilkan uang untuk keperluan membeli beras untuk makan sehari-hari.
Pria berusia lebih setengah abad tersebut bertekad tetap mencari rejeki yang halal yang bisa menyambung kehidupan sehari-hari keluarganya.
Bukannya tidak mau bertani, modal dan tak punya ladang sendiri menjadi kendala baginya.
Istrinya Evi Susanti (45) pun tak bisa berbuat banyak.
Selain harus mengurus anaknya Aldi yang belum genap berusia dua tahun dan Bambang yang berusia 6 tahun dan anak tertuanya berusia 10 tahun.
Anak bungsunya Aldi, yang sakit-sakitan dan perutnya anak tersebut mulai membuncit namun tak pernah mereka bawa berobat ke dokter atau Puskesmas setempat lantaran tak mempunyai biaya.
Sedangkan anaknya yang tertua, Harmoko, yang berusia 10 tahun harus putus sekolah karena tak biaya.
"Ia tak mau lagi sekolah, lantaran malu tiap kali diminta uang iuran pupuan kelas ia tak punya," jelas Jiwit.
Tahun ini anaknya yang nomor dua Bambang (6) seharusnya masuk sekolah dasar (SD).
Lagi-lagi terkendala biaya. Jiwit masih bingung menyekolahkan anaknya.
"Seharusnya awal tahun ini ia telah didaftarkan. Akan tetapi jangankan biaya sekolah untuk makan sehari-hari pun susah," ungkapnya, Kamis (21/12/2017).
Bahkan saat ditanya tentang persediaan beras, Jiwit mengaku istrinya memasak 2 canting beras pada sore kemarin hingga hari ini.
Saat ditanya sanak saudaranya Jiwit, ia mengaku mereka terkadang membantu seadanya.
Namun karena semuanya juga orang yang kurang mampu tak bisa saling membantu.
