Hari HIV International

Harapan Ibu Positif HIV Di Palembang 'Aku Ingin Anakku Bebas dari HIV'

Image yang muncul di setiap benak sebagian besar masyarakat Indonesia jika disebutkan kata HIV

Editor: Salman Rasyidin

Mengubah paradigma penularan HIV "Setiap orang beresiko tertular HIV" tanpa disadari, belajar dari kasus beberapa ibu positif di Kota palembang:

1. HIV dapat menular pada ibu rumah tangga dan anak-anak.

Seperti contoh, tertular dari suami mereka yang mungkin dulunya pernah bertukar pasangan (homoseksual ataupun heteroseksual) dan menggunakan narkoba suntik bersama.

Dan itu pun membuka peluang penularan HIV kepada bayinya jika ibu mengandung.

Kita pun sebagai perempuan, terkadang sangat percaya pada pasangan kita dan tidak mengetahui perilaku pasangan kita atau pun tidak mau tahu, yang dapat meningkatkan resiko penularan HIV ke pada kita dan anak-anak.

2. Tanpa kewaspadaan universal, tenaga kesehatan pun atau pasien lainnya beresiko tertular HIV, tanpa disadari.
Seperti kasus Kenanga, karena ketakutan yang luar biasa, Kenanga, ibu positif HIV, tetap memutuskan untuk melahirkan di bidan terdekat tanpa membuka status HIV-nya.

Apa yang bisa terjadi jika si Bidan tidak menggunakan sterilisasi yang optimal untuk alat-alat medis yang telah digunakan Kenanga?

Apa yang bisa terjadi jika bidan menggunakan jarum jahit yang tajam buat menjahit luka jalan lahir dll. Dan pikirkan resiko lainnya?

Walau dengan memperhatikan prinsip penularan HIV "ESSE" (Exit, Sufficient, Survive, and Enter) bahwa HIV tidak mudah menular jika ke empat prinsip ini tidak terjadi bersamaan, namun secara prosedural layanan kesehatan (SOP), semua alat medis seharusnya disterilisasi dengan ultraviolet dan ruangan operasi setelah digunakan ibu positif HIV melahirkan sebaiknya tidak digunakan 1x24 jam.

3. Alat kontrasepsi, seperti Kondom mengurangi resiko penularan HIV kepada pasangan hingga 90 %. Seorang pengidap HIV misalnya tidak ingin menularkan HIV-nya kepada suami keduanya, dia memutuskan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual.

Akses pengobatan ARV (antiretroviral) di layanan VCT yang tersebar di beberapa Puskesmas dan Rumah sakit juga daoat mengurangi volume virus HIV (viral load) di dalam tubuhnya.

Beberapa studi menyebutkan, ODHA (orang yang hidup dengan HIV) akan menurunkan resiko menularkan HIV kepada pasanganyajikalau dia mengkonsumsi ARV secara teratur dan dalam waktu jangka panjang.

4. HIV dari ibu positif HIV bisa memiliki anak bebas HIV. Ibu positif HIV akan menurunkan resiko penularan hingga dibawah 2 % jika selama hamil mengkonsumsi obat ARV, melahirkan lewat operasi (sesar) dan memberikan susu formula pengganti ASI.

Sehingga mengetahui status HIV sejak dini dengan mengikuti tes HIV pada screening HIV di Puskesmas dan Rumah Sakit atau menawarkan diri untuk tes HIV merupakan langkah awal pencegahan Penularan HIV dari ibu/orang tua ke anak --PPIA.

5. HIV tidak menular jika bersentuhan dan berpelukan langsung, praktekkanlah dengan berinteraksi dengan ODHA. HIV tidak menular kepada kita jika kita bersentuhan darah mereka dan anda tidak memiliki luka yang terbuka.

Mungkin sebagian dari kita tahu bahwa HIV tidak menular lewat berbagi makanan, bersalaman, berpelukan, dll, namun untuk merubah perilaku yang "Takut berinteraksi dengan Ibu positif" harus dengan langkah yang nyata.

Misal, bagi saya --pada saat itu lagi hamil-- untuk mengeliminasi STIGMA yang ada dengan berinteraksi dan nongkrong bareng dengan mereka, berbagi makanan, memeluk erat, mengunjungi mereka atau mengajak anak saya bermain dengan anak mereka.

6. Perempuan lebih rentan tertular HIV daripada laki-laki. Uniknya, istri/perempuan positif belum tentu menularkan HIV kepada sang suami, namun, jika suami positif, mayoritas mereka akan menularkan HIVnya kepada sang istri.

Jika kita analogikan proses pembuatan empek-empek kapal selam, bagaimana seluruh bahan dari sagu, ikan, garam, gula, telur berpadu di dalam suatu adonan untuk membentuk satu pempek kapal selam.

Begitu pula penanggulangan HIV, terutama pada ibu rumah tangga dan anak memerlukan banyak komponen: adanya dukungan pasangan, terbuka status HIV pada pasangan, pelukan erat tenaga kesehatan di layanan, pendamping yang siap siaga, berbagai instansi yang menyediakan layanan kesehatan, dukungan sosial dan ekonomi untuk ODHA yang belum mandiri, serta dukungan organisasi kesehatan-bidan, dokter kandungan- serta LSM terkait HIV duduk dalam harmonisasi suatu program, "bukan hanya menjalankan program sendiri dan duduk rapat setelah itu kembali ke rutinitas masing-masing", sehingga sebuah Visi Misi bisa tercapai secara bersama--sama.

Tekan angka penderita HIV/AIDS, Plt Bupati OI HM Ilyas Panji Alam membagi-bagikan souvenir  berupa bunga mawar merah, kipas dan gantungan kunci kepada para sopir yang melintas di Jalintim Inderalaya-Kayuagung, tepatnya di depan pasar Inpres Inderalaya.
Tekan angka penderita HIV/AIDS, Plt Bupati OI HM Ilyas Panji Alam membagi-bagikan souvenir berupa bunga mawar merah, kipas dan gantungan kunci kepada para sopir yang melintas di Jalintim Inderalaya-Kayuagung, tepatnya di depan pasar Inpres Inderalaya. (SRIPOKU.COM/BERI SUPRIYADI)

Jika tidak dilakukan dari sekarang, analogi ini yang sedang terjadi di Sumsel akan terus terjadi. Dengan mengutip salah satu Dokter Kandungan Kota Palembang yang peduli ibu positif "semuanya itu melewati lampu merah, tetapi yang tertangkap polisi cuma belakangnya".

Begitulah kasus HIV pada ibu usia subur dan anak positif HIV di Indonesia.

Harapan sederhana ibu positif itu, "aku ingin anakku bebas dari HIV", bisa terwujud.

Selamat Hari HIV/AIDS sedunia, 1 Desember 2017, semoga dari hari ini kita mulai memahami apa itu arti HIV, mencegah penularan HIV sejak dini, dan mulai merangkul mereka yang positif HIV untuk hidup sehat bersama anak-anak mereka yang bebas HIV.

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved