Hari HIV International
Harapan Ibu Positif HIV Di Palembang 'Aku Ingin Anakku Bebas dari HIV'
Image yang muncul di setiap benak sebagian besar masyarakat Indonesia jika disebutkan kata HIV
Ada yang dijauhi oleh keluarga, ada yang depresi, ada yang menyalahkan pasangan, dan ada juga yang berakhir dengan perceraian hingga meninggal dunia.
Peranan keluarga terdekat dan tenaga kesehatan sangatlah dibutuhkan untuk menguatkan kondisi Psikologis si ibu.
Selain itu juga, hal yang paling utama adalah sang ibu positif HIV harus berani mengurangi self-stigma dan self-diskriminasi di dalam diri sendiri dan yakin akan keberhasilan program ini.
Kita akan biasa jika mendengar, sang artis meninggal karena Kanker Serviks, eh si "Melati" sakit Hepatitis B, eh si "Merpati" kena TB, tapi akan menjadi luar biasa jika mendengar si Mawar eh dia HIV, hati hati/.
Padahal, jika kita lihat dari si penyakit, penderita kanker Serviks akan sadar jika dia menderita penyakit ini pada stadium lanjut dan akan sangat sulit disembuhkan; Hepatitis-B sangat mudah tertular hanya dengan bertukar barang pribadi, -baju sikat gigi-; dan TB yang mudah sekali menular lewat
percikan batuk si penderita.
Sedangkan HIV sangat tidak mudah menularkan seperti penyakit lainnya, tetapi sangat ditakuti.
Menjadi perempuan, merupakan faktor resiko tersendiri di budaya patriarki kita.
Berdasarkan beberapa studi perempuan dan HIV di Indonesia, umumnya perempuan akan lebih menutup diri ketika dia terinfeksi HIV.
Jikalau mereka memutuskan untuk menikah kembali, ada saja perempuan positif menutup status HIV-ya kepada pasangannya.
Perempuan dengan HIV identik dengan "wanita nakal", "wanita selingkuh" atau pun "karma/kutukan". Sehingga, sudah tersandung batu, tertimpa tangga pula.
HIV yang identik dengan penyakit yang mematikan, sehingga wajar saja banyak yang takut akan kondisi dengan HIV, masih banyak tenaga kesehatan pun takut dengan ODHA, apalagi masyarakat umum.
HIV itu identik dengan sehat dan bugar sulit dilihat oleh kasat mata.
Semua ibu positif di Kota Palembang tidak ada bedanya dengan ibu di masyarakat umum, berkecimpung dengan urusan rumah tangga atau pun berkarir di luar rumah.
Untuk membuka status HIV di depan umum, masih hal yang sulit bagi mereka pada masyarakat kita.
Sehingga, motivasi perempuan positif HIV untuk mengakses pelayanan sangat harus diapresiasi, karena keberanian mereka melawan arus yang ada, mereka mau SEHAT demi anak-anak mereka kelak.
MERUBAH PARADIGMA TENTANG HIV DIMULAI DARI DIRI KITA SENDIRI
HIV itu tidak mematikan, nyatanya kami sehat begini, tetapi Stigma dan Diskriminasi itu yang mematikan, celetus seorang ibu positif kota Palembang.