Generasi Penerus di Kecamatan Tungkal Jaya Muba Terancam Kurang Gizi Kronis. Ini Penyebabnya

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Penulis: Yuliani | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM/YULIANI, HANDOUT
Sejumlah warga memeriksakan bayinya di posyandu Kecamatan Tungkal Jaya, Muba beberapa waktu lalu. 

"Kalau yang di desa-desa itu juga ada poskesdes dan pustu. Jadi kalo warga yang jauh dari puskesmas, mereka bisa berobat ke poskesdes atau pustu. Di sana juga ada bidan desanya," terangnya.

Terkait stunting sendiri untuk di Muba tidak terlalu tinggi seperti di OKI dan masih bisa dikontrol.

"Kemren ada survei pemantauan status gizi tapi hasilnya belum dipublish mbak. Kalau sosialisasi juga bisa dilakukan di posyandu dan kelas ibu.

Jadi bidan bisa sampaikan pesan yang bersangkutan tentang kesehatan ibu dan anak terkhusus stunting," ujarnya.

Apalagi kalau ada pertemuan di kecamatan atau pihak puskesmas mengadakan acara lintas sektor, fasilitator seperti dirinya juga kerap menyampaikan pesan-pesan stunting.

"Awalnya masyarakat nggak tahu apa itu stunting. Sekarang sedikit-sedikit jadi terbiasa mendengar kata stunting dan mereka mulai paham cara mencegahnya," jelasnya.

Pemeriksaan kesehatan bayi di posyandu Kecamatan Tungkal Jaya, Muba, beberapa waktu lalu.
Pemeriksaan kesehatan bayi di posyandu Kecamatan Tungkal Jaya, Muba, beberapa waktu lalu. (SRIPOKU.COM/YULIANI, HANDOUT)

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved