Kerasukan Mbah Mangku Jati, Apa Yang Diucapkan Roh Ini Buat Semua Orang Terdiam, Malu
“Manusia itu tidak perlu digoda sudah melenceng sendiri! Sekarang setan malah menganggur"
Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis
“Dulu, manusia di sini belum punya agama. Manusia di sini masih bodoh. Mangku Jati belum punya pengikut. Beliau malah dianggap akan merusak tata krama di desa ini,” jawabnya.
“Kenapa disangka merusak, bukannya niatnya baik?”
“Lho...baik itu kan menurut kamu yang hidup di zaman sekarang!”
Jawabannya membuatku tersontak. Namun kulanjutkan untuk berdialog, “Orang-orang di sini dulu memang seperti apa?”
“Di sini dulu belum ada agama. Belum ada aturan dan norma. Manusia liar layaknya binatang!” jawabnya sembari terus menatapku tajam.

“Cara Mangku Jati menyebarkan agama di sini bagaimana?”
Bapak itu kemudian menggerak-gerakkan tangannya.
Melenggak-lenggok gemulai layaknya seorang penari.
Namun kemudian irama gerakan berubah total.
Tangannya kokoh, mengepal melesat-lesat bak pendekar.
Bapak itu menjelaskan bahwa orang-orang di sini dulu suka berjoget, suka kesenian tari dan musik tradisional. Mangku Jati juga melakukan hal yang sama, namun disisipi dengan silat.
Pendekatan zaman dahulu bukan langsung dengan ilmu agama, namun dengan seni dan silat.
“Coba aku tanya, agamamu apa?” bapak itu mengacungkan telunjuk jarinya ke arahku, tiba-tiba melemparkan sebuah pertanyaan.

“Agamaku Islam, Mbah.”
“Tahu syarat masuk Islam?”
“Membaca syahadat...” jawabku agak ragu. Padahal pertanyaan itu seharusnya mudah untuk seseorang yang sudah lama ber-Islam sepertiku.