Kerasukan Mbah Mangku Jati, Apa Yang Diucapkan Roh Ini Buat Semua Orang Terdiam, Malu

“Manusia itu tidak perlu digoda sudah melenceng sendiri! Sekarang setan malah menganggur"

Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis
Youtube 

“Manusia itu tidak perlu digoda sudah melenceng sendiri! Sekarang setan malah menganggur, karena manusia sendiri yang mencari setan, bukan sebaliknya.

“…kalau masalah agama, tanya ke saya. Di sini gudangnya ilmu agama.”

“Gudang ilmu bagaimana maksudnya, Mbah?”

“Kamu punya masalah apa?...kamu sholat? Kamu yakin sudah shalat dengan sempurna? Saya yakin belum. Sekedar contoh, inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. Coba, harta duniamu saya minta, boleh tidak?

“Kalau masih lebih berat dunia, artinya niatnya tidak kepada Tuhan. Padahal kalian sudah janji bahwa sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam.

“Memang manusia itu munafik. Tak ada manusia yang bersih hatinya. Beruntung para leluhur mengajarkan Islam di sini, kalau tidak, manusia semestinya rusak.”

Aku tak merespon.

Youtube
Youtube (Youtube)

Cerocosnya menyita perhatianku hingga aku tak banyak kata.

“Apa Anda dulu punya pusaka saat menyebarkan agama?” rekanku bertanya lagi.

“Dalam menyebarkan agama, pusaka kita adalah lidah dan tingkah laku. Manusia akan diikuti jika bicaranya baik. Akan ditiru, jika tingkah lakunya baik.

Dengan kebaikan itulah manusia bisa menjadi guru.

Artinya, manusia bisa didengar omongannya juga bisa ditiru kelakuannya.

Itulah senjata menyebarkan agama.

Tidak memakai keris atau pusaka sejenisnya.

Senjata itu tidak ada apa-apanya, sekedar besi yang ditempa menjadi keris.

Itu semua buatan manusia,” jelasnya panjang lebar.

Aku ternganga atas tiap kata yang keluar dari mulut bapak itu sejak awal.

Perkataannya bagai intisari ilmu yang keluar satu per satu.

Aku baru sadar bahwa masih begitu jauh pemahamanku tentang agama.

Selama ini justru aku meremehkannya, larut dalam materialisme dunia.

Dan ilmu agama…hal yang menjadi dasar hidup justru kuanggap sepele. Tahu itu aku malu.

“Ada pesan untuk kami semua, Mbah?” dengan masih tertegun aku mulai kembali bertanya.

“Pesanku sedikit saja. Kalian hidup di dunia diciptakan oleh Allah untuk menyembahNya. Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun. Jadi jika ingin hidup selamat, mendekatlah kepada Allah. Jangan tinggalkan shalat lima waktu. Pelajari syahadat dengan benar, biar paham. Tidak hanya jadi saksi palsu.

“Mengaji jangan terlalu muluk. Perdalami dulu al-Fatihah. Contoh kecilnya, alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji milik Allah Tuhan Semesta Alam. Jadi, kalau manusia masih berhasrat dipuji maupun disanjung, maka itu masih belum menjadi hamba Allah. Artinya manusia masih punya sifat riya’, ingin dipuji karena amalnya.
“Buka kitab kalian. Pelajari. Pahami kalau kalian ingin tahu rahasia alam semesta.”

videonya:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved