Dikerjain Janda, Pengemis Ini Tak Berdaya . Dan Terpaksa Lakukan Ini

Melihat ulah janda Zhang, muka Wen langsung merah padam menahan emosinya, lalu berusaha menghentikan kelakuan Zhang

Editor: Budi Darmawan
NET
ILUSTRASI 

Orang-orang tampak tertawa geli melihat tingkah mereka.

Melihat tujuannya tercapai, Zang pun menghentikan aksinya.

Wen berdiri dan menarik Zhang ke sudut, dan bertanya padanya : “Apa sih maumu ? Aku sudah bantu kamu, tapi kamu malah membalasnya seperti ini, sengaja ya mau merusak usahaku, senang ya kalau melihat aku susah ?”

“Kita sekampung, siapa suruh kamu tidak peduli dengan hidup dan matiku. Aku lapar, kamu juga bukannya nanya dulu sudah makan atau belum. Lagipula aku juga tidak bohong, kamu memang pengemis penipu kan, kecuali kalau kamu yang menanggung biaya hidupku, aku akan tutup mulut,”kata Zhang.

Wen terkejut dan bertanya kepadanya : “Hah, sudah tidak punya uang lagi? Hebat juga kamu, ke kota hanya membawa bekal sekadarnya, sudah berani mengembara di kota yang keras. Ya sudah, asal mulutmu tidak ngoceh semaunya, biaya hidup kamu aku yang tanggung, bagaimana?”

Janda Zhang menatap Wen sebentar, dan dengan perasaan tidak enak berkata : “Sebenarnya aku juga tidak bermaksud mengacaukan usahamu, tapi hanya dengan cara ini, kamu baru akan peduli padaku, jangan simpan di hati ya.”

“Kamu memang pengacau,”timpal Wen tersenyum kecut. Lalu mengajaknya makan.

Sejak saat itu, janda Zhang pun tinggal bersama Wen untuk sementara waktu, dan Wen yang menanggung biaya hidupnya.

Dan janda Zhang pun tidak perlu khawatir lagi dengan biaya hidupnya, ia ke bursa kerja lagi mencari pekerjaan.

Namun, setelah satu bulan, belum juga mendapatkan pekerjaan, dan dia mulai putus asa, bahkan sempat terlintas dalam pikirannya untuk pulang kampung.

Suatu hari, Zhang keluar dari bursa kerja, dan kembali melihat Wen menggelar lapaknya lagi. Sambil memutar musik, ia merangkak pura-pura menunjukkan rasa iba.

Tiba-tiba terlintas ide dalam benak Zhang, ia menghampiri Wen, dan berdiri di hadapanya sambil berseru dengan kencang :“Suamiku, jangan lagi berpura-pura cacat, caramu menarik simpati orang seperti ini tidaklah benar, kamu masih punya tangan dan kaki, kamu bisa andalkan sepasang tanganmu untuk kerja, pasti akan berhasil. Ayo, mari kita pulang, hasil panen setahun juga lumayan saya pikir.”

Wen mendongakkan kepala dan melihat janda Zhang lagi, hampir saja ia pingsan. Tampaknya pekerjaan mengemis tidak bisa diteruskan lagi, mau tidak mau dia mengemasi lapaknya, dan pulang ke kontrakannya dengan Zhang.

Malam harinya, Wen menghela napas dalam-dalam, dia tahu Zhang punya ide lagi, lalu bertanya kepadanya : “Ayo ceritakan, sebenarnya apa sih maumu ? Kalau alasannya bisa diterima kamu boleh tinggal, sebaliknya kamu pulang saja ke kampung.”

Janda Zhang tersenyum dan berkata : “Kak Wen, tadi saya memanggilmu suami itu tidaklah benar, karena kamu bukan suamiku. Tapi apa yang kukatakan memang benar kalau kamu pura-pura cacat.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved