NEWS VIDEO SRIPO

Dilema Program Sekolah Gratis dan Iuran Komite Yang di Sebut Sumbangan Berjangka

Gaung sekolah gratis begitu menggema di Sumsel sejak sembilan tahun terakhir, mulai dari jenjang pendidikan SD,SMP, dan SMA.

Penulis: Panji Maulana | Editor: Igun Bagus Saputra

Menurutnya, biaya tersebut dirasa cukup membebani walaupun angkanya terbilang sedikit.

Namun bagi ia yang sekolah merantau ke Palembang, mengeluarkan biaya Rp 150 ribu setiap bulan artinya
harus menghemat uang sakunya.

"Saya di Palembang ini tinggal di rumah saudara, biar hemat dan tak perlu bayar kos.

Hayalan saya kalau bisa sekolah tetap gratis bagi kami yang kurang mampu seperti ini," ujarnya sembari menunjukkan kartu merah muda tanda pembayaran SPP di sekolahnya.

Alasan yang sama juga diungkapkan Ramadeni, siswa kelas XI di SMKN kawasan IBA Palembang. Setiap bulan selalu bayar SPP Rp150 ribu dan boleh dirapel (dibayar penuh) pada awal tahun ajaran
maupun tahun akhir.

Awalnya ia tidak memusingkan iuran tersebut karena sudah dijelaskan untuk keperluan menambah fasilitas
sekolah.

Namun saat ada sumbangan tambahan lain barulah orangtuanya mulai gelisah.

"Biasanya nggak banyak, seperti  cerita kakak kelas kemarin yang mau UNBK. Katanya sumbangan untuk beli
PC dan angkanya lumayan besar.

Orangtua saya bertanya, apakah sekolah tidak dibantu pemerintah. Karena saya pun tak tahu jawabannya jadi ya... ikut nyumbang aja," ujarnya.

Lain halnya pengakuan Indah, salah satu siswa SMAN 14 Palembang.

Ia mengaku sekolahnya gratis dan tidak ada SPP per bulan.

Namun saat awal masuk ada uang sukarela dan uang beli baju sekolah.

"Selanjutnya memang tidak ada bayaran lagi," ujarnya.

PSG Diperuntukkan Bagi Siswa Miskin

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Drs Widodo MPd mengatakan, PSG memang tetap berjalan seperti biasa.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved