Di Depan Muridnya, Dia Bunuh Anak Kecil dan Aniaya Tukang Perahu, Ternyata Alasannya Bikin Merinding
Banyak yang percaya Nabi Khidir masih hidup hingga kini, namun banyak yang percaya pula bahwa dia sudah wafat.
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Nabi Musa as tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khaidir as ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk menzalimi mereka.
Nabi Khaidir as menegaskan pada Nabi Musa as bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa as menjadi muridnya dan Nabi Musa as tidak diperkenankan melanjutkan perjalan bersama Nabi Khaidir as.
Lantas Apa yang dijelas Nabi Khaidir as dan Ini lebih membuat Nabi Musa tercengang.
Mengapa Menghancur Perahu Milik Nelayan Miskin?
Menghancurkan perahu yang mereka tumpangi itu, karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin, sementara di daerah yang mereka tuju tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.
Mengapa Membunuh Anak Kecil?
Nabi Khaidir as menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur.
Kematian anak ini digantikan dengan anak yang sholeh dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya. Maka Nabi Musa pun lebih terkejut lagi karena tahu akan masa depan.
Memperbaiki Dindang Rumah
Rumah yang dinding diperbaiki itu milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota itu. Karena tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua.
Orang tua kedua kakak beradik ini sudah meninggal dunia dan merupakan seorang yang sholeh. Jika tembok rumah itu runtuh, maka dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik itu masih kecil untuk mengelola peninggalan harta ayahnya.
Banyak riwayat mengatakan, bahwa kejadian itu berlangsung di negeri Antakya, Turki.
Nabi Musa as pun sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khaidir as.
Dia pun merasa bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba Allah yang sholeh yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yang dipercaya merupakan ilmu ladunni.
KESAKSIAN ORANG YANG PERNAH BERTEMU DENGAN NABI KHIDIR AS
Hingga sekarang tidak ada yang tahu pasti siapa sebenarnya Khidir. Sosok manusia suci ini masih menjadi perdebatan, dia seorang Nabi atau Waliyullah. Tetapi mengapa Allah SWT menyuruh Nabi Musa AS untuk berguru kepadanya. Dan mengapa juga Allah SWT memerintah Khidir untuk berguru kepada Abu Hanifah. Bahkan ada suatu legenda menarik dalam kalangan masyarakat Jawa, bahwa Lakon Wayang Dewa Ruci tak lain adalah pertemuan antara Sunan Kalijaga dengan Nabi Khidir di tengah samudera. Konon Khidir masih hidup hingga akhir zaman nanti.
Dinamakan khidir (hijau) karena dimana dia berada maka tempat disekitarnya menjadi hijau. (Ibnu Asakir dari Mujahid). Dan apabila khidir duduk diatas jerami yang sudah kering, maka jerami itu akan berubah menjadi hijau kembali. (HR. Imam Bukhari). Khidir adalah nama seorang anak cucu Adam AS yang taat beribadah kepada Allah SWT dan ditangguhkan ajalnya. (Riwayat Ibnu Abbas).
Berikut ini akan kami ketengahkan beberapa kesaksian orang-orang yang pernah bertemu dengan Nabi Khidir AS, dan kami sarikan dari beberapa sumber terpilih:
Rasulullah SAW
Ketika Rasulullah SAW sedang berada di dalam masjid, beliau mendengar orang berkata: “Ya Allah SWT, tolonglah aku atas apa yang bisa menyelamatkan aku dari apa yang paling aku takuti.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Mengapa orang itu tidak menyertakan pasangan do’anya ini; Ya Allah SWT, berilah kepadaku kerinduan orang-orang shaleh yang paling mereka rindukan.”
Kemudian Rasulullah SAW menyuruh sahabat Anas untuk mengatakan apa yang dikatakan itu kepada orang tersebut.
Setelah Anas menyampaikan kepadanya, orang itu berkata: “Ya Anas, katakan kepada Rasulullah SAW bahwa Allah SWT telah memberi kelebihan karunia kepadanya diatas para Nabi seperti kelebihan kepada umatnya diatas umat para Nabi, seperti kelebihan bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya, dan memberi kelebihan hari Jum’at atas hari-hari yang lainnya.
Lalu orang itu berdo’a: “Ya Allah SWT, jadikanlah aku termasuk golongan umat yang dimuliakan ini.”
Orang tersebut adalah Khidir, kata Anas.
(Riwayat Ibnu Addi dalam Al Kamil).(Hendra Kusuma/Berbagai Sumber/Dokomentasi Sripo)
