Keberadaan Pasar
Pasar Cinde , Icon Kota Palembang
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksai jual beli atas barang dan jasa
Dari sisi aksesibilitas jaringan transportasi, mudah dijangkau karena dikelilingi akses jalan yang menuju berbagai pusat area lainnya di kota Palembang.
Dari sisi keekonomian, sebagian besar masyarakat menyatakan pasar Cinde pusat oleh oleh makanan khas Palembang, terutama kerupuk Palembang dan pempek Palembang serta kue kue asli daerah, selain itu juga pusat penjualan berbagai jenis ikan basah yang hampir langka didapat dipasar lainnya di Palembang.
Sebagian lagi menyatakan bahwa keunikan pasar Cinde terletak pada keberadaan tiang cendawan (paddestoel) ciptaan Karsten, yang hanya tersisa di beberapa bangunan pasar di kota Semarang. Bahkan terkait dengan sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan tahun 1947 menghadapi agresi Belanda.
Dari berbagai alternatif yang dianggap memiliki keunikan yang tidak dimiliki pasar lainnya di dalam kota dan di luar kota Palembang, nampaknya terkait aspek pariwisata dan ekonomi yang paling kuat dalam membentuk landmark atau icon kota.
Jika kacamata ini yang digunakan, maka perlu memahami kenapa hal tersebut dapat terbentuk, siapa inisiatornya.
Pada awalnya pasar Cinde dibangun untuk melayani kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang harian.
Pedagang kerupuk, kue kue, pempek, ikan basah, umumnya sudah berdagang lebih dari 20 tahun, bahkan sudah ada yang lebih dari satu generasi.
Kemampuan bertahan dan pengalaman berdagang puluhan tahun pada spesifikasi produk yang ditawarkan, pada gilirannya membentuk brand loyalty dibenak masyarakat konsumen akan hubungan bisnis diantara penjual dan pembeli. Bahkan sempat menjadi acuan harga pasar dan mutu barang.
Dalam konsep pemasaran tidak berlebihan apabila posisi produk (product positioning) Pasar Cinde dikatakan sebagai pasar pusat panganan khas Palembang.
Dalam benak konsumen dalam dan luar kota Palembang telah tertanam citra Pasar Cinde pusat segala makanan khas Kota Palembang yang lengkap untuk segala kelas sosial ekonomi, bagi kelas atas dan menengah mereka membutuhkan terutama mutu dan kelengkapan item produk.
Sedangkan sebagian kelas menengahdan kelas bawah harga sesuai dengan mutu barang yang cenderung diyakini produk bermutu baik.
Keunikan lain secara antropologis, sejak awal berdiri berbeda dengan pasar lainnya, Cinde dibangun sebagai ajang perekonomian yang multi rasial di kota Palembang.
Pasar ketika dibangun pada masa kolonial amat kental bernuansa etnis ruang tinggal penduduk (mialnya; Pasar 16 Ilir berada di kawasan Kampung Cina, Pasar Lemabang di kawasan Kampung Arab).
Pasar Cinde menyatukan pedagang-pedagang yang berasal dari berbagai suku bangsa di se-Sumatera Selatan dan luar wilayah Palembang menjadi satu kesatuan Bhineka Tunggal Ika di bawah satu atap, sunggh luar biasa. Hubungan harmonis di antara mereka membentuk kooptasi yang produktif dan positif.
Masa Depan Di dalam bisnis satu aspek yang pasti selalu ada adalah perubahan, hal yang sama akan dirasakan dalam kehidupan pasar Cinde, pertanyaan mau dibawa kemana Pasar Cinde ke masa depannya.