Resmikan Fasilitas Kompresi di Lapangan Sumpal, Jonan Apresiasi Kinerja ConocoPhillips

"Kita melibatkan 100% tenaga kerja lokal/nasional. Jadi pekerja lokal hampir 90 persen dan sisanya dari daerah lain," ungkapnya.

Penulis: Darwin Sepriansyah | Editor: Darwin Sepriansyah
SRIPOKU.COM/DARWIND SEPRIYANSYAH
Menteri ESDM, Ignasius Jonan menekan tombol sirine sebagai tanda diresmikannya Sumpal Compression Project, bersama President & General Manager ConocoPhillips (Grissik) Bajian Agarwal; Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi dan Manajer Proyek Kompresi Sumpal, I Wayan Budiartha, di Gressik Rec Hall, Minggu (21/5/2017) 

Proyeknya dimulai 23 Maret 2015 dan telah diselesaikan tiga bulan lebih cepat yakni di bulan April 2017 (Place in Service) dari rencana awal Juli 2017.

Fasilitas Sumpal Gas Station memulai operasi di tahun 2011 dan berhasil mengoptimalisasi volume produksi dari 265 mmscfd menjadi 310 mmscfd dengan menggunakan kompresor.

Kemudian pencapaian kinerja keselamatan kerja 3.248.149 jam kerja tanpa kehilangan waktu kerja, tanpa mencemari lingkungan.

"Di dalam ruang lingkup proyek, ada satu tingkat sistem Kompresi (3 unit) Gas Turbine Compressor (GTC) dengan total 24.000 hotse Power (HP). Dua (2) unit @1 Mega Watt (MW) Gas Turbine Power Generator. Kemudian ruang kendali instrumentasi dan elektikal," jelasnya.

Usai melakukan peresmian, Menteri Jonan pun diajak ke Grissik Plant, pusat pengelolaan gas Conocophilips.

Dengan mengendarai bus yang berjalan perlahan, rombongan mengitari lokasi proyek sembari mendengar penjelasan dari pemandu dari tiap-tiap mesin yang ada di lokasi.

Dikatakan, ada 6 operator yang bertugas di Grissik Plant, yakni 4 operator lapangan dan 2 operator panel.

Merekalah yang bertanggungjawan melakukan proses pengolahan gas hingga siap didistribusikan.

"Penjualan migas dari kita, sebagian besar diambil oleh pasar domestik, yakni 80 persen," kata Nyoman Sidi Mantra, Field Manajer Grissik.

Terkait kasus illegal tapping (pencurian minyak) dan illegal drilling (pengeboran liar), Nyoman mengungkapkan kalau pihaknya kini mampu menekan hal itu dari tahun ke tahun.

Mulai dari 2014 ada 21 kasus, menurun menjadi 17 kasus di 2015 dan 2016 hanya 7 kasus.

"Untuk tahun ini belum ada kasusnya, jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, kita sekarang menggunakan drone dengan inframerah, untuk melakukan pengawasan waktu rawan, yakni jam 21.00 sampai 03.00 dini hari," ungkapnya. (*)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved