Eksklusif Sripo

Pembalut Wanita Dipakai Teler. Lima Menit Langsung Ngoceh

Cara baru mabuk-mabukan ini belum berani secara vulgar, tapi baru sebatas coba-coba antar anak muda yang akrab dengan jalanan.

Editor: Hendra Kusuma
ISTIMEWA
Ilustrasi 

Sementara beberapa ABG yang biasa mangkal di Ampera, 16 Ilir, mereka tidak mau mencoba ngebalut.

"Kami puas teler dengan ngelem karena harganya tidak begitu mahal dan tidak perlu air," kata
Herman (27).

Maraknya pembalut wanita gunakan untuk mabuk-mabukan, membuat prihatin pihak Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumsel.

Pasalnya, zat klorin yang terkandung dalam busa pembalut yang di dalamnya terdapat semacam jel yang berfungsi menahan cairan bukanlah narkotik, melainkan tergolong zat adiktif.

"Dalam kandungannya itu zat adiktif bukan narkotik. Tidak ada Undang-undangnya melarang seperti rokok, inheler,"

"BNN itu sesuai UU No 35 Tahun 2009 mengatur tentang narkotika, tidak mengatur adiktif,"

"Adiktif itu merupakan zat berbahaya kalau disalahgunakan. Jadi itu termasuk adiktif," ungkap Kusmaneti, SE Kabid Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Sumsel, Jumat (24/2/2017).

Meski demikian kata Nety, pihaknya selalu tetap mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari penggunaan zat adiktif pada pembalut.

Nety mengaku penyalahgunaan klorin dari pembalut wanita untuk bahan mabuk-mabukan ini sampai saat ini belum ditemukan di Sumsel.

"Sampai sekarang ini belum kita temukan. Mungkin saja belum terungkap," kata Nety.

Dikatakan Nety, untuk penyalahgunaan klorin dari pembalut wanita untuk bahan mabuk-mabukan ini selama ini diketahui pernah terjadi di Kepulauan Bangka Belitung.

"Kasus ini pernah di Bangka Belitung. Di dalamnya ada klorin. Pembalut itu direbus, airnya diminum untuk mabuk-mabukan," kata Nety.

Terkait dengan pencegahan, pihak BNN tak henti-hentinya melakukan upaya sosialisasi ke masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

"Secara langsung kita lakukan tatap muka. Secara tak langsung melalui media cetak, elektronik," ujarnya.

BNN Provinsi Sumsel melakukan sosialisasi ke seluruh segmen.

Mulai dari anak-anak, remaja, usia produktif.

Begitu juga semua sektor.

Mulai dari sektor pendidikan, pekerja swasta/PNS, Ormas, agama, pria maupun wanita.

"Supaya di keluarga terutama sang Ibu agar menjaga anaknya,"

"Kalaupun sudah ada anaknya bakal terjerumus pemakaian ini, hendaknya dilakukan pendekatan," katanya. (sin/fiz)

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved